Sebanyak 203 Tenaga Kesehatan Lanjut Usia di Sumsel Divaksin
Sebanyak 203 tenaga kesehatan berusia di atas 60 tahun di Sumatera Selatan menjadi sasaran vaksinasi. Kebanyakan dari mereka adalah dokter spesialis yang masih melayani di rumah sakit.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Sebanyak 203 tenaga kesehatan berusia di atas 60 tahun di Sumatera Selatan menjadi sasaran vaksinasi. Kebanyakan dari mereka adalah dokter spesialis yang masih melayani di rumah sakit. Pemeriksaan sebelum vaksinasi harus dilakukan secara ketat karena kelompok lansia merupakan yang paling rentan terhadap vaksin.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy, Selasa (9/2/2021), di Palembang, menuturkan, 203 tenaga kesehatan di Sumsel yang masuk dalam golongan lansia akan divaksinasi. Kebanyakan dari mereka adalah dokter spesialis yang masih melakukan pelayanan di rumah sakit. ”Kalau untuk di puskesmas biasanya di usia 60 tahun ke atas sudah pensiun,” ujarnya.
Vaksinasi terhadap tenaga kesehatan lansia perlu dilakukan terutama bagi mereka yang berhadapan langsung dengan pasien. Angka ini menambah 55.000 sumber daya manusia kesehatan (SDMK) yang menjadi sasaran vaksinasi di Sumsel.
Kalau untuk di puskesmas biasanya di usia 60 tahun ke atas sudah pensiun. (Lesty Nurainy)
Mulanya sasaran SDMK di Sumsel sekitar 59.000 orang, tetapi yang tergistrasi ada 55.000 orang. ”Dengan adanya penambahan ini, sasaran penerima vaksin juga bertambah. Untuk saat ini dinkes masih melakukan pendataan lapangan ke 17 kabupaten/kota di provinsi ini,” kata Lesty.
Walau jumlah sasaran bertambah, lanjut Lesty, belum ada usulan untuk vaksin tambahan lantaran ke-203 tenaga kesehatan lansia tersebut akan menggunakan vaksin yang masih tersedia saat ini.
Sebelumnya. PT Bio Farma telah mengirimkan 100.200 vial vaksin CoronaVac untuk digunakan kepada seluruh SDMK di Sumsel. ”Untuk saat ini jumlah vaksin masih sesuai dengan jumlah penerima,” ucapnya.
Di lapangan, ujar Lesty, tidak semua SDMK bisa menerima vaksin karena kondisi kesehatan yang tidak memenuhi syarat atau harus ditunda lantaran saat divaksin mereka sedang dalam kondisi tidak prima. Lesty menerangkan, dari 55.000 SDMK yang teregistrasi, 63 persen sudah divaksin.
Dengan ini, lanjut Lesty, Sumsel masuk dalam 10 besar provinsi yang melakukan vaksinasi tercepat. Harapannya hingga akhir Februari semua SDMK di Sumsel sudah divaksinasi sehingga dapat langsung ke kelompok masyarakat yang lain,” katanya.
Pembentukan kekebalan
Lesty berharap dengan vaksinasi terhadap SDMK lansia ini dapat mempercepat pembentukan kekebalan kelompok sehingga dampak dari pandemi Covid-19 di Sumsel dapat segera diminimalkan.
Ahli mirkobiologi dari Universitas Sriwijaya, Yuwono, menyambut baik vaksinasi terhadap kaum lansia. Hal itu karena kelompok usia ini adalah yang paling rentan terkena dampak Covid-19. Bahkan, berdasarkan data dari Sumsel Tanggap Covid-19, tercatat angka kematian orang yang berusia di atas 70 merupakan yang paling tinggi di antara kelompok umur lain.
Berdasarkan data pada Senin (8/2/2021), dari 495 orang yang terjangkit, 112 (22,6 persen) meninggal. Sementara pada bayi usia di bawah 1 tahun, rasio kematiannya 7,3 persen, usia 1 tahun-4 tahun 1,3 persen, usia 5 tahun-14 tahun 0,9 persen, dan usia 15 tahun-19 tahun 0,4 persen.
Selanjutnya kelompok usia 20 tahun-44 tahun 1,07 persen, usia 45 tahun-54 tahun 6,6 persen, dan usia 55 tahun-69 tahun 13,3 persen.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengklaim vaksin ini dapat meningkatkan imunitas tubuh hingga 20 kali.
Hanya saja, lanjut Yuwono, petugas kesehatan harus benar-benar teliti dalam melakukan pemeriksaan sebelum melakukan vaksinasi terhadap kaum lansia. Hal ini disebabkan kaum lansia cukup rentan terkena dampak vaksin karena kondisi tubuhnya tidak sekuat orang yang berada dalam usia produktif.
Dampak vaksin yang dimaksud, antara lain, adanya syok anafilaksis yang dikhawatirkan akan menyebabkan dampak kausatif, terutama bagi mereka yang terkena alergi. ”Untuk itu, proses wawancara pemeriksaan kondisi tubuh terhadap penerima vaksin lansia harus detail dan terperinci,” katanya.
Vaksin juga dapat menjadi pemicu (trigger) munculnya kembali penyakit yang sudah lama hilang. Untuk itu, sudah tepat jika yang divaksin lebih dulu adalah kelompok SDMK karena mereka biasanya sudah tahu apa yang harus dilakukan ketika menerima dampak dari vaksinasi.