Kasus Meningkat, Sumsel Kaji Pembukaan Rumah Sehat Covid-19
Dalam tiga bulan terakhir, kasus positif Covid-19 di Sumsel bertambah cukup pesat. Pemprov Sumsel tengah mengkaji untuk membuka kembali rumah sehat bagi pasien Covid-19 tak bergejala yang sebelumnya telah ditutup.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Dalam tiga bulan terakhir, kasus positif Covid-19 di Sumatera Selatan bertambah pesat. Penambahan kasus pada Januari 2021 tertinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pemerintah Provinsi Sumsel tengah mengkaji untuk membuka kembali rumah sehat bagi pasien Covid-19 tak bergejala yang sebelumnya telah ditutup.
Epidemiolog dari Univeritas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty, Rabu (3/2/2021), mengatakan, penambahan kasus pada Januari 2021 mencapai 2.476 kasus. Angka ini menjadi yang tertinggi sepanjang masa pandemi melanda Sumsel. Sepanjang Desember 2020, penambahan kasus sebesar 2.370 orang, sedangkan pada November 2020 penambahan kasus sebanyak 1.627 orang.
Selain itu rentang waktu per 1.000 kasus di Sumsel juga semakin pendek. Penambahan kasus dari 13.000 kasus ke 14.000 kasus positif Covid-19 hanya membutuhkan waktu 11 hari. Padahal, dari 12.000 kasus ke 13.000 kasus positif Covid-19 membutuhkan waktu 13 hari.
Positivity rate atau rasio antara tingkat pemeriksaan dan kasus konfirmasi positif juga masih tinggi, yakni 27,68 persen, jauh dari yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang memberi standar 5 persen. ”Fakta ini membuktikan penularan Covid-19 di Sumsel semakin masif,” ucapnya.
Iche menilai lonjakan kasus ini terjadi karena dua hal, yakni mobilitas warga yang tinggi di awal tahun dan tidak terkontrolnya orang yang melakukan isolasi mandiri. ”Kita tidak tahu apakah mereka yang melakukan isolasi mandiri sudah menjalankan peraturan secara benar,” ujarnya.
Terbukti, dari total pemeriksaan terhadap kontak erat, 13 persen di antaranya dinyatakan terjangkit Covid-19. ”Bisa jadi mereka yang terjangkit adalah yang tinggal serumah dengan orang yang sedang melakukan isolasi mandiri,” ucapnya.
Kita tidak tahu apakah mereka yang melakukan isolasi mandiri sudah menjalankan peraturan secara benar.
Memang, lanjut Iche, orang yang tidak bergejala atau dengan gejala ringan diperbolehkan menjalani isolasi mandiri di rumah. Namun, tidak ada yang bisa menjamin mereka menjalankannya dengan benar. ”Untuk itu, perlu pemantauan yang lebih ketat agar penularan tidak semakin meningkat,” kata Iche menegaskan.
Terkait mobilitas, lanjut Iche, pada Januari ini, aktivitas warga di sejumlah fasilitas publik cenderung meningkat dibandingkan dengan Desember 2020. Peningkatan terjadi di pusat-pusat retail, toko bahan makanan, pusat transportasi umum, dan tempat kerja.
Fenomena ini terjadi karena warga sudah telanjur terbawa dalam euforia vaksinasi yang sedang berjalan. ”Walau sudah ada vaksin, warga seharusnya tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat,” ucapnya.
Asisten III Gubernur Sumsel Edward Juliarta menuturkan, pihaknya sedang melakukan kajian untuk membuka kembali rumah sehat, tempat karantina bagi pasien Covid-19 tanpa gejala untuk menangkal meluasnya penularan. Pada Agustus 2020, rumah sehat ditutup sementara dengan pertimbangan menurunnya kasus positif Covid-19 dan sudah tersedianya layanan di sejumlah rumah sakit di daerah. ”Hasil kajian akan diserahkan segera kepada gubenur sebagai referensi untuk mengambil kebijakan,” ucapnya.
Tidak hanya rumah sehat, lanjut Edward, dengan pertimbangan dari tim ahli, pemerintah juga sedang mengkaji membuka ruang isolasi bagi orang yang tak bergejala ataupun yang bergejala ringan. Namun, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, salah satunya terkait anggaran dan ketersediaan sumber daya manusia.
Dia berharap masyarakat memiliki kesadaran menjalankan protokol kesehatan secara benar. Nyatanya, masih banyak warga yang tidak melakukannya. ”Lihat di beberapa tempat hiburan atau tempat makan di pinggir jalan masih banyak yang tidak menjalankan protokol kesehatan,” ujarnya.
Sebelumnya, ahli mikrobiologi dari Universitas Sriwijaya, Yuwono, mengingatkan agar masyarakat tetap menjalani protokol kesehatan secara ketat karena efikasi vaksin Coronavac masih 63,5 persen. Artinya, walau sudah divaksin, kemungkinan untuk terjangkit Covid-19 masih ada.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Yusri menuturkan, sebanyak 100.200 vial vaksin sudah disebar ke 17 kabupaten/kota di Sumsel. ”Targetnya, pada akhir Feburuari, vaksinasi terhadap sumber daya manusia kesehatan di Sumsel bisa rampung,” tuturnya.