Ratusan Warga Intan Jaya Mengungsi akibat Teror Kelompok Bersenjata
Ratusan warga mengungsi ke kompleks gereja Katolik di daerah Bilogai, Kabupaten Intan Jaya, Papua. Upaya ini untuk menghindari kontak senjata antara aparat keamanan dan kelompok kriminal bersenjata.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Ratusan warga mengungsi ke kompleks pastoran Gereja Katolik di daerah Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, sejak Senin (8/2/2021) malam. Hal ini disebabkan serangan kelompok kriminal bersenjata yang sudah memasuki Sugapa, ibu kota Intan Jaya.
Pastor Yustinus Rahangiar selaku pemimpin perwakilan Gereja Katolik di Intan Jaya saat dihubungi Kompas pada Selasa (9/2/2021) mengatakan, sebanyak 60 keluarga atau sekitar 300 orang mengungsi ke kompleks pastoran gereja di Bilogai.
Ia mengungkapkan, para pengungsi merasa ketakutan pascaserangan kelompok bersenjata pada Senin sore, yang menyebabkan seorang warga sipil terkena tembakan.
Dari data Polres Intan Jaya, kelompok kriminal bersenjata menyerang seorang warga sipil bernama Ramli di kiosnya di Distrik Sugapa, ibu kota Intan Jaya, pukul 17.30 WIT. Ramli mengalami luka di pipi karena terkena tembakan.
”Ratusan warga yang berlindung di tempat kami berasal dari dua kampung atau desa, yakni Kumbalagupa dan Bilogai. Mereka merasa sangat ketakutan dengan konflik yang sudah terjadi di ibu kota kabupaten ini,” ungkap Yustinus.
Ia menuturkan, aktivitas warga di Sugapa tidak berjalan normal pasca-aksi teror kelompok tersebut pada Senin kemarin. Diduga aksi ini sebagai balas dendam karena salah satu anggota kelompok ini tewas ditembak TNI di Distrik Hitadipa.
Ratusan warga yang berlindung di tempat kami berasal dari dua kampung atau desa, yakni Kumbalagupa dan Bilogai. Mereka merasa sangat ketakutan dengan konflik yang sudah terjadi di ibu kota kabupaten ini. (Yustinus Rahangiar)
Diketahui, Satuan Batalyon Infanteri 400/Banteng Raider berhasil melumpuhkan satu anggota kelompok kriminal bersenjata dalam kontak tembak di daerah Hitadipa pada Kamis (4/2/2021). Identitas anggota kelompok yang tewas dalam kontak tembak adalah Peria Mirip.
”Kami berharap ada kesepakatan antara kelompok bersenjata dan pihak keamanan untuk menghentikan kontak tembak. Konflik ini menyebabkan warga sipil yang tidak bersalah menjadi korban,” ujar Yustinus.
Antisipasi serangan
Kepala Polres Intan Jaya Ajun Komisaris Besar I Wayan G Antara mengatakan, seluruh aparat polres dalam status keamanan siaga satu untuk mengantisipasi serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang dipimpin Sabinus Waker.
Diketahui, sudah terjadi lima kali aksi KKB pada awal tahun ini di Papua. Pertama, anggota KKB membakar sebuah pesawat perintis PK-MAX di Lapangan Terbang Kampung Pagamba, Distrik Mbiandoga, Intan Jaya.
Aksi kedua, penembakan terhadap Prajurit Dua Agus Kurniawan hingga gugur di daerah Titigi, Kabupaten Intan Jaya, pada 10 Januari 2021. Aksi ketiga, penembakan terhadap Prajurit Satu Roy Vebrianto dan Prajurit Satu Agus Hamdani hingga gugur pada 22 Januari 2021.
KKB kembali beraksi untuk keempat kalinya dengan menembak warga bernama Boni Bagau hingga tewas di Kampung Agapa, Intan Jaya, pada Sabtu (30/1/2021). Terakhir, penembakan menyebabkan Ramli terluka pada Senin kemarin.
”Anggota kami terus meningkatkan kewaspadaan dan selalu berjaga di markas. Sementara anggota kami yang lain bersama satuan Brimob rutin melaksanakan patroli di daerah Sugapa,” tutur Wayan.
Sementara itu, Bupati Intan Jaya Natalis Tabuni mengungkapkan, aparatur sipil negara di seluruh instansi tidak dapat berkantor di Kabupaten Intan Jaya sejak tahun lalu hingga awal tahun ini. Hal ini disebabkan mereka ketakutan dengan intimidasi dari KKB.
”Mereka mendatangi rumah pegawai kami dan warga pada malam hari dengan membawa senjata. Apabila tidak diberi uang dan makanan, mereka akan menganiaya dan menembaki mereka,” ungkap Natalis.
Menurut dia, sudah terdapat dua warga sipil yang tewas ditembak kelompok kriminal bersenjata. Sebab, para korban tidak memenuhi kebutuhan anggota kelompok tersebut.
”Kelompok ini menganggap warga yang tidak mau memberikan uang dan makanan sebagai bagian dari aparat keamanan. Karena itu, mereka tidak ragu untuk menembak warga sipil,” tuturnya.