Jumlah Pengungsi Banjir Pekalongan Terus Bertambah
Hingga Selasa (9/2/2021), banjir masih merendam sejumlah daerah di Kabupaten dan Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Meski jumlah daerah yang tergenang berangsur turun, jumlah pengungsi masih terus bertambah.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
KAJEN, KOMPAS — Banjir dengan ketinggian mencapai 1 meter masih merendam sejumlah daerah di Kabupaten dan Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Jumlah pengungsi di dua daerah itu juga masih terus bertambah.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pekalongan, banjir merendam 28 desa yang tersebar di 4 kecamatan. Akibatnya, 11.216 rumah yang ditinggali 44.092 warga terendam.
Hingga Selasa (9/2/2021), sebanyak 1.823 orang masih mengungsi di 24 titik pengungsian di Kabupaten Pekalongan. Jumlah pengungsi, Selasa, lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pengungsi Senin (8/2/2021), yakni 1.174 orang.
”Sebagian wilayah selatan yang berada di selatan jalan pantura sudah mulai surut karena airnya mengalir ke utara. Kemudian, yang utara jalan pantura ketinggian banjirnya terus bertambah karena mendapat tambahan debit air dari selatan,” kata Kepala BPBD Kabupaten Pekalongan Budi Raharjo di Pekalongan.
Menurut Budi, pemerintah setempat juga menetapkan status tanggap darurat bencana banjir pada 6-19 Februari. Hal itu dilakukan agar mekanisme pendanaan untuk penanganan banjir lebih mudah diakses.
Pemerintah setempat juga menetapkan status tanggap darurat bencana banjir pada 6-19 Februari. (Budi Raharjo)
Budi menamabahkan, pihaknya mengutamakan penanganan pengungsi dan upaya mengurangi genangan. Pengurangan genanganan dilakukan dengan cara menyedot air di sejumlah titik, terutama daerah yang berada di utara jalan pantura.
”Sebenarnya, di setiap wilayah sudah ada masing-masing satu pompa. Supaya lebih cepat, kami menyiapkan enam mobil pompa milik Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Pekalongan untuk menyedot genangan di utara,” ucap Budi.
Budi menyebut, banjir yang melanda Kabupaten Pekalongan terjadi karena curah hujan yang ekstrem. Hal itu membuat sungai tidak mampu menahan debit air, kemudian limpas ke permukiman.
Di Kota Pekalongan, wilayah terdampak banjir pada Selasa relatif lebih sedikit dari Senin. Pada Senin, 26 dari total 27 kelurahan di Kota Pekalongan terendam banjir.
”Selasa, jumlah wilayah yang terendam berkurang menjadi sekitar 24 kelurahan. Tapi, jumlah pengungsinya malah bertambah menjadi 4.240 orang dari kemarin sebanyak 3.882 orang,” ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha.
Seiring dengan bertambahnya pengungsi, jumlah pengungsian juga bertambah. Semula ada 41 titik pengungsian yang disediakan di Kota Pekalongan. Selasa, jumlah titik pengungsian menjadi 63 titik.
Museum
Banjir tidak hanya merendam rumah warga, tetapi juga sejumlah tempat publik dan tempat wisata, termasuk Museum Batik Pekalongan. Senin, museum terpaksa tutup lantaran terendam air dengan ketinggian 10 sentimeter.
Pada Selasa, air sudah berangsur surut dan meninggalkan lumpur di halaman museum. Setelah selesai dibersihkan, museum kembali dibuka untuk masyarakat yang ingin berwisata.
”Selama pandemi, jam operasional museum dibatasi pukul 08.00-15.00. Adapun tamu yang datang dan semua petugas diwajibkan menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Museum Batik Pekalongan Bambang Saptono.
Bambang mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan mesin pompa untuk menyedot genanganan air agar tidak masuk ke museum. Petugas keamanan juga disiagakan untuk berjaga memantau perkembangan banjir.