Menyemai Kesadaran Mandiri Protokol Kesehatan
”Jarang Bonmas” menjadi inovasi program untuk menumbuhkan kesadaran protokol kesehatan dari dalam diri warga. Dengan berbelanja, warga bisa mendapat masker gratis. Protokol kesehatan ditegakkan, ekonomi terungkit.
Ikhtiar menumbuhkan kesadaran warga untuk bersama melawan Covid-19 terus digelorakan. Penegakan aturan kurang efektif selama pemahaman warga menaati protokol kesehatan tak tumbuh secara mandiri.
Vita (44), warga Kecamatan Tegal Timur, memasuki sebuah toko roti berspanduk Jarang Bonmas di Kecamatan Tegal Selatan, Jumat (5/2/2021). Siang itu, Vita memakai masker kain warna hijau. Sebelum masuk ke toko, Vita menyemprot kedua telapak tangannya menggunakan cairan pembersih.
Sesampainya di dalam toko, suhu tubuh Vita dicek menggunakan termometer tembak. Karena suhu tubuhnya di bawah 37,3 derajat celsius, Vita diperbolehkan langsung memilih roti yang sudah berjajar rapi di atas rak. Setelah memilih sejumlah roti, Vita membayar belanjaannya di kasir.
”Karena Mbak memakai masker, kami akan memberikan potongan harga sebesar 5 persen. Ini, masker kain juga bonus untuk Mbak karena sudah berbelanja di toko yang ikut program Jarang Bonmas. Tetap patuhi protokol kesehatan agar kita terhindar dari Covid-19,” kata Wike Haryani (30), pemilik toko, sembari menyerahkan masker kain merah kepada Vita.
Baca juga: Nekat Buka Saat ”Jateng di Rumah Saja”, Pedagang di Kota Tegal Dites Antigen
Mendengar perkataan Wike, mata Vita berbinar. Vita mengaku antusias mendapat potongan harga karena memakai masker dan mendapat hadiah masker saat berbelanja. Ini adalah pengalaman pertamanya.
”Menurut saya, cara ini bagus untuk menarik pembeli. Selain itu, pembeli juga akan semakin rajin memakai masker kalau setiap belanja ada potongan harga seperti ini. Belanja hemat, badan sehat,” tutur Vita.
Jarang Bonmas merupakan program inisiatif Pemerintah Kecamatan Tegal Selatan dalam kampanye protokol kesehatan di tingkat akar rumput. Mereka menggandeng pemilik warung dan toko meluncurkan program yang disebut belanja barang bonus masker. Program yang diluncurkan di tengah penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) tersebut memungkinkan pembeli mendapat masker gratis. Selain kampanye protokol kesehatan, aktivitas ekonomi pun terungkit.
Vita berharap jumlah toko atau warung yang menerapkan program Jarang Bonmas semakin banyak. Pada awal diluncurkan, yakni Kamis (21/1/2021), jumlah toko dan warung yang ikut dalam program Jarang Bonmas sebanyak 16 unit. Dalam tiga minggu, jumlah toko dan warung yang berpartisipasi bertambah menjadi 32 unit.
Menurut Camat Tegal Selatan Sartono Eko Saputro, kebanyakan yang bergabung dalam program itu adalah warung bahan pokok. ”Tidak hanya bertambah dari segi jumlah warung atau toko. Kreativitas para pedagang dalam menjalankan program itu juga berkembang,” ucap Sartono.
Selain memberikan masker cuma-cuma, para pedagang juga mengembangkan program tersebut, salah satunya dengan menambahkan bonus berupa potongan harga dan cairan pembersih tangan.
Baca juga: ”Jarang Bonmas”, Kampanye Tak Berujung Protokol Kesehatan di Tegal
Sartono menyebut, ada juga sejumlah pedagang yang sengaja menyediakan cairan pembersih tangan isi ulang bagi pembeli. Setelah selesai belanja, pembeli diperbolehkan mengisi ulang botol cairan pembersih yang mereka bawa berbelanja.
”Awalnya, kami memang menyuplai masker kepada para pemilik toko dan warung yang tergabung dalam program Jarang Bonmas. Setelah masker yang dari kami habis, mereka mengadakan lagi dengan biaya mereka sendiri,” katanya.
Jumlah warga yang ketat dalam penerapan protokol kesehatan juga tidak sedikit. Hal itu terjadi karena edukasi terus dilakukan kepada masyarakat. (Sartono)
Sartono berharap program Jarang Bonmas bisa berkelanjutan. Dengen begitu, cita-cita Sartono untuk mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih patuh terhadap protokol kesehatan bisa terwujud.
Menurut Sartono, masih ada sebagian masyarakat Tegal Selatan yang tidak menerapkan protokol kesehatan. Namun, jumlah masyarakat yang ketat dalam penerapan protokol kesehatan juga diklaimnya tidak sedikit. Hal itu terjadi karena edukasi terus dilakukan kepada masyarakat, salah satunya melalui operasi penegakan disiplin protokol kesehatan yang digencarkan pada masa PPKM.
Baca juga: Bantuan ”Jateng di Rumah Saja” Disalurkan di Kota Tegal
Presiden Joko Widodo menilai, penerapan PPKM di Jawa dan Bali tidak efektif, salah satunya karena PPKM tidak secara signifikan mampu menurunkan jumlah kasus Covid-19. Kendati demikian, penerapan PPKM di Jawa Tengah, khususnya di pantura barat, diklaim berhasil menekan laju penambahan kasus positif Covid-19.
Di Brebes, misalnya, PPKM menjadi salah satu pemicu penurunan jumlah kasus aktif. Sehari sebelum PPKM diterapkan, jumlah kasus aktif Covid-19 di Brebes 1.023 orang dari jumlah total kasus konfirmasi sebanyak 3.303 orang. Pada Sabtu (6/2/2021) atau dua hari jelang berakhirnya PPKM jilid II, jumlah kasus Covid-19 di daerah itu 4.183 orang. Adapun jumlah kasus aktif sebanyak 994 orang.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Brebes Rasipin menuturkan, jumlah pasien positif Covid-19 yang dirawat di tempatnya juga menurun hingga 50 persen selama PPKM. ”Waktu awal PPKM, jumlah pasien yang dirawat di RSUD Brebes sebanyak 41 orang. Saat ini, jumlah pasien yang dirawat 20 orang,” ujar Rasipin, Sabtu malam.
Sekretaris Daerah Brebes Djoko Gunawan mengatakan, penurunan kasus aktif terjadi karena selama PPKM mobilitas masyarakat tidak setinggi biasanya. Operasi penegakan disiplin protokol kesehatan juga digalakkan sebagai upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait bahaya Covid-19.
”Operasi penegakan protokol kesehatan kami tingkatkan menjadi tiga kali dalam sehari. Masyarakat atau pelaku usaha yang melanggar akan diberi sanksi mulai dari teguran hingga penutupan tempat usaha sampai PPKM selesai,” kata Djoko.
Terbentuk
Setelah hampir setahun menghadapi pandemi, perubahan perilaku masyarakat dinilai epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Ari Udijono, sudah terjadi. Kesadaran masyarakat bahwa protokol kesehatan adalah cara ampuh menangkal Covid-19 juga dianggapnya sudah terbentuk.
"Sekarang ini, sudah sedikit sekali orang yang berani keluar rumah tanpa memakai masker. Meski masih ada sebagian yang belum memakainya secara benar, tapi setidaknya mereka sudah sadar bahwa mereka harus memakai masker saat di luar rumah,” ujar Ari.
Ari menambahkan, tidak hanya sadar tentang pentingnya memakai masker. Masyarakat juga berupaya untuk bisa menjaga kebersihan tangannya, baik dengan menggunakan cairan pemebrsih tangan maupun mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan itu didukung oleh tersedianya fasilitas berupa cairan pembersih tangan maupun alat cuci tangan di hampir setiap tempat.
Penambahan kasus juga bisa dimaknai bahwa kesadaran masyarakat untuk mengetes dan memeriksakan dirinya meningkat. (Ari Udijono)
Menurut Ari, terus bertambahnya kasus Covid-19 tidak seutuhnya terjadi karena masyarakat tidak memiliki kesadaran dalam menerapkan protokol kesehatan. Penambahan kasus juga bisa dimaknai bahwa kesadaran masyarakat untuk mengetes dan memeriksakan dirinya meningkat.
”Bisa jadi, kasus meningkat karena sekarang mau tes usap itu mudah dan sudah bisa dilakukan di banyak tempat. Dulu, orang takut memeriksakan diri karena khawatir mendapat stigma negatif kalau hasilnya positif. Kini, orang positif Covid-19 dianggap biasa, bukan aib,” imbuhnya.
Baca juga: Keluarga Didorong Jadi Teladan Gerakan ”Jateng di Rumah Saja”