Nekat Buka Saat ”Jateng di Rumah Saja”, Pedagang di Kota Tegal Dites Antigen
Pada hari pertama penerapan ”Jateng di Rumah Saja”, Sabtu (6/2/2021), sejumlah pedagang di Kota Tegal nekat membuka toko dan warungnya. Mereka kemudian dites antigen dan diminta menutup tempat usahanya dua hari.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Belasan pedagang di Kota Tegal, Jawa Tengah, nekat membuka usahanya saat masa penerapan ”Jateng di Rumah Saja”, Sabtu (6/2/2021). Mereka kemudian diminta tutup hingga Minggu (7/2/2021). Sebelum menutup usahanya, para pedagang dites usap antigen untuk mendeteksi penyebaran Covid-19.
Gerakan ”Jateng di Rumah Saja” digulirkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dia meminta implementasinya disusun pemerintah kota dan kabupaten.
Di Kota Tegal, lewat Surat Edaran Wali Kota Tegal Nomor 443/005 tentang Peningkatan Kedisiplinan dan Pengetatan Protokol Kesehatan pada Pemberlakuan Peningkatan Kegiatan Pengendalian Penyebaran Covid-19 Tahap II Kota Tegal, masyarakat diimbau tinggal di rumah selama dua hari. Semua unit usaha yang rentan memicu keramaian ditutup untuk menekan potensi kerumunan.
Kendati sudah disosialisasikan melalui media sosial, poster, spanduk, pemberitahuan secara langsung di tempat-tempat keramaian, serta pengumuman lewat masjid, masih ada warga yang mengaku tidak mengetahui program ini. Di Kecamatan Tegal Selatan, misalnya, belasan pemilik toko dan rumah makan tetap membuka usahanya, Sabtu (6/2/2021).
”Saya tidak tahu kalau disuruh tutup. Lagi pula, saya sudah telanjur kulakan. Kalau enggak dijual, nanti buahnya busuk, saya rugi,” kata Kawi (57), pedagang buah di Kecamatan Tegal Selatan.
Saat didatangi petugas, Kawi tidak memakai masker. Petugas kemudian memberinya masker, memberi edukasi terkait pencegahan penularan Covid-19, dan melakukan tes usap antigen sekaligus. Berdasarkan hasil tes usap antigen, Kawi dinyatakan negatif.
Pedagang lain, Sandi (28), juga nekat membuka toko dagingnya. Sandi mengaku tidak memiliki alasan untuk menutup tokonya karena pihaknya belum menerima surat edaran.
”Dari kantor pusat minta tetap buka, jadi kami buka. Waktu kami bilang ada peraturan tidak boleh jualan, atasan meminta bukti surat pemberitahuannya, tapi saya tidak bisa menunjukkan,” ujar Sandi.
Setelah mendapat fotokopi surat edaran, Sandi menuruti petugas untuk menutup toko tempatnya bekerja. Surat edaran tersebut akan ditunjukkan kepada atasannya supaya diizinkan menutup kegiatan operasional toko hingga Minggu.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tegal Hartoto menuturkan, petugas gabungan akan rutin berpatroli mengawasi pelaksanaan ”Jateng di Rumah Saja”. Sasaran patroli adalah tempat usaha dan masyarakat yang melanggar protokol kesehatan.
”Intinya, kami ingin membangun kesadaran masyarakat terkait gerakan ini. Pelaku usaha yang melanggar aturan kami edukasi, kemudian dites antigen untuk memastikan kondisi kesehatannya,” kata Hartoto.
Selama dua hari, Dinas Kesehatan Kota Tegal menyiapkan 200 alat tes usap antigen. Semuanya akan dimanfaatkan untuk mengetes warga yang melanggar ”Jateng di Rumah Saja”. Hingga Sabtu petang, puluhan alat tes telah terpakai.
Disinfektan
Selain itu, Pemerintah Kota Tegal juga melakukan penyemprotan disinfektan. Disinfeksi dilakukan di sejumalah tempat keramaian, seperti, pasar, taman, dan jalan-jalan protokol. ”Di pasar, penyemprotan dilakukan di dalam dan luarnya. Kami memanfaatkan situasi pasar yang sedang tutup untuk disinfeksi,” kata Wakil Kepala Polres Tegal Kota Komisaris Polisi Ahmadi.
Awalnya, Pemerintah Kota Tegal berencana menutup pasar. Namun, aturan itu direvisi, Jumat. Pasar tradisional diperbolehkan beroperasi dari pukul 00.00 hingga 00.06. ”Pasar kami buka pagi sekali supaya masyarakat ada kesempatan belanja. Kalau pagi sekali pasti masih sepi, kerumunan orang juga bisa dibatasi,” ucap Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono.
Meski pasar diizinkan buka, tidak ada pedagang ataupun pembeli yang datang ke pasar pada Sabtu pukul 00.00-00.06. Pedagang sayur di Pasar Pagi Kota Tegal, Wati (40), memilih tidak membuka lapaknya karena takut tidak ada pembeli.
”Kalau jam segitu lebih baik tidak usah buka sekalian. Saya takut, nanti belum ada pembeli tapi sudah diminta tutup,” katanya.