Pantura Semarang Lumpuh, Sopir Merugi hingga Ratusan Ribu Rupiah
Banjir di wilayah Semarang menghambat aktivitas ekonomi di jalur pantura. Genangan air di Jalan Kaligawe Raya menyebabkan perjalanan truk pengangkut logistik tersendat. Para pengemudi merugi hingga ratusan ribu rupiah.
Oleh
GREGORIUS MAGNUS FINESSO/P RADITYA MAHENDRA YASA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Banjir di wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah, menghambat aktivitas ekonomi di jalur pantura. Genangan air di Jalan Kaligawe Raya menyebabkan perjalanan truk pengangkut logistik tersendat. Para pengemudi merugi hingga ratusan ribu rupiah karena terpaksa menginap untuk menunggu banjir mereda.
Dari pantauan Kompas, Minggu (7/2/2021), genangan air bervariasi hingga setinggi 50 sentimeter (cm). Terlihat antrean truk di sepanjang Jalan Kaligawe Raya, Semarang. Truk bermuatan berat ini terhambat karena akses jalan terendam banjir. Adapun di salah satu ruas pantura ini, banjir sudah melanda sejak Sabtu pagi dan hingga kini belum sepenuhnya surut.
Hujan yang masih melanda Semarang pada hari Minggu menyebabkan banjir sulit surut. Terlebih, di pesisir utara, air laut sedang pasang hingga 1,4 meter. Akibatnya, air kesulitan mengalir ke laut. Jalanan yang terendam banjir diperparah dengan kondisi jalan yang banyak berlubang dan membahayakan kendaraan.
Sejumlah sopir yang dijumpai, Minggu, di Jalan Kaligawe Raya mengaku merugi. Ormen, sopir truk, mengatakan, dirinya sudah bertahan satu malam akibat banjir. ”Ya, ini namanya musibah. Saya sudah semalam di sini. Daripada saya mutar-mutar untuk cari jalan lainnya, tetapi sama saja, rata-rata ya banjir, lebih baik saya menepi saja, hitung-hitung sambil istirahat. Untuk masalah kerugian kalau sudah bencana seperti ini mau salahkan siapa, yang penting semua aman dan selamat,” tuturnya.
Ormen, yang membawa muatan bahan baku pabrik asal Tuban, Jawa Timur, memilih menepikan truk dan menunggu air surut daripada harus mencari jalan alternatif. ”Saya sudah tidak memikirkan kerugian. Yang saya pikirkan sekarang adalah mengantarkan barang bawaan sampai selamat di tujuan,” ujarnya.
Agung, sopir truk lain asal Banyuwangi, Jawa Timur, mengaku, mereka berharap banjir cepat surut sehingga mobilitas di jalur pantura kembali lancar. Jika banjir tidak segera surut, akan berdampak pada kerugian sopir angkutan barang yang melintas di daerah ini.
Ia mengungkapkan, akibat banjir, kerugiannya berkisar Rp 100.000-Rp 200.000 per hari. Selain bahan bakar yang melonjak karena macet, para sopir juga mengeluarkan biaya ekstra karena mesti menginap sehingga pengeluaran konsumsinya meningkat.
”Ya saya berharap banjirnya ini cepat surut agar semua kembali normal. Jika seperti ini terus, kerugian saya per hari lumayan, bisa Rp 100.000-Rp 200.000,” tutur Agung.
Genangan air juga berdampak pada Terminal Bus Terboyo, Semarang, di Jalan Kaligawe Raya. Para pengguna jalan yang hendak menuju terminal memilih menitipkan motor di rumah warga lalu berjalan kaki atau menumpang truk yang melintas.
Ketersendatan lalu lintas di Jalan Kaligawe Raya terjadi hingga wilayah Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Banyak sepeda motor yang mati karena tidak kuat menerjang banjir. Waluyo (45), pengemudi truk tangki elpiji, mengatakan, ruas jalan dari Sayung hingga Terminal Terboyo yang biasanya ditempuh sekitar 30 menit kini dia tempuh selama 1,5 jam. ”Kalau tadi pagi lebih parah. Ada teman yang melalui jalan itu selama 2 jam,” tuturnya.
Terkait banjir dan longsor di pantura, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengungkapkan, telah meminta seluruh kepala daerah termasuk Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Palang Merah Indonesia, serta masyarakat, untuk dalam kondisi siaga satu.
”Banjir saat ini, dari laporan BMKG karena kondisi curah hujan yang ekstrem. Beberapa daerah, khususnya Kota Semarang, memang ekstrem. Maka, saya minta BBWS siaga, BPBD siaga, masyarakat disiapkan, dan tempat pengungsian termasuk logistik semua dipastikan aman,” kata Ganjar.
Pihaknya sudah berkomunikasi dengan sejumlah pihak, termasuk BMKG, BBWS, PSDA, dan daerah terdampak banjir untuk bersiaga. Beberapa daerah, seperti Kota Semarang, diminta memastikan semua pompa penyedot air berfungsi optimal. ”Itu saja yang kurang, saya minta di area yang parah seperti Genuk dan Kaligawe Semarang, pompanya sekarang harus ditambah. Kalau tidak punya, bisa pinjam ke BBWS atau daerah lain,” ungkap Ganjar.
Ganjar mengingatkan semua kepala daerah untuk waspada terhadap cuaca ekstrem. Sebab, menurut prakiraan BMKG, kondisi cuaca ekstrem ini masih akan terjadi hingga sepekan. Ganjar juga meminta semua daerah mengutamakan keselamatan masyarakat. Warga yang tinggal di daerah rawan harus segera diungsikan.
”Kondisi pengungsian juga mesti dibuat di tempat yang lebih lega. Karena ini sedang pandemi Covid-19, jadi harus disiapkan agar semuanya aman,” katanya menjelaskan.