Banjir Semarang Telan Korban Jiwa dan Lumpuhkan Sistem Transportasi
Kawasan Kota Lama Semarang, yang merupakan salah satu daya tarik wisata, tak luput dari banjir. Padahal, lebih dari lima tahun terakhir, kawasan itu tak pernah terendam banjir, terlebih setelah direvitalisasi.
SEMARANG, KOMPAS — Sebanyak 10 dari 16 kecamatan di Kota Semarang, Jawa Tengah, terdampak banjir, Sabtu (2/6/2021). Banjir mengakibatkan satu orang meninggal tersetrum listrik dan dua orang tertimbun longsor. Bandara dan stasiun pun terdampak.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, 10 kecamatan di Kota Semarang yang terdampak banjir ialah Tugu, Semarang Barat, Semarang Utara, Semarang Tengah, Semarang Selatan, Ngaliyan, Pedurungan, Semarang Timur, Genuk, dan Gayamsari. Daerah-daerah itu berada di wilayah utara ke arah selatan hingga tengah kota. Banjir berketinggian hingga 1 meter itu dipicu hujan yang berlangsung sejak Jumat (5/2/2021) malam hingga Sabtu subuh.
Salah satu wilayah terdampak yang cukup mencuri perhatian adalah kawasan Kota Lama Semarang yang telah menjadi salah satu ikon Kota Semarang. Lebih dari lima tahun terakhir, kawasan itu tak pernah terendam banjir, terlebih setelah direvitalisasi. Namun, pada Sabtu (6/2/2021), kawasan itu terendam genangan sekitar 30 sentimeter (cm), bahkan di beberapa titik mencapai 70 cm.
Dari pantauan, Sabtu pagi, air bahkan sudah menggenangi perempatan Jalan Pemuda dan Jalan H Agus Salim dan sekitar Pasar Johar dengan ketinggian sekitar 30 cm hingga arah Kota Lama. Sejumlah pengendara terpaksa mendorong sepeda motornya karena mogok. Beberapa anggota polisi berjaga di Jembatan Mberok untuk mengalihkan kendaraan dan membantu pesepeda motor.
Baca juga : Longsor di Semarang, Satu Orang Tewas dan Satu Lainnya Masih Dicari
”Air mulai naik sejak pukul 08.00 dan terus meninggi hingga masuk bangunan sekitar pukul 09.00. Lebih dari lima tahun terakhir, tidak pernah Kota Lama banjir seperti ini,” ujar Fais (43), salah satu petugas keamanan di kawasan Kota Lama Semarang.
Ferdy (32), warga Kabupaten Pati, berencana naik kereta api ke Purwokerto dari Stasiun Semarang Tawang pukul 08.00. Namun, ia tertahan di Jalan Kaligawe karena sepeda motornya mogok setelah menerobos banjir dengan ketinggian 20-30 cm. Ia kemudian naik ojek, tetapi ternyata daerah di sekitar Stasiun Semarang Tawang banjir juga mencapai 50 cm dan tak ada kereta api beroperasi.
Wakil Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu mengatakan, derasnya hujan dalam waktu lama menyebabkan banjir dan longsor di banyak lokasi. ”Ini harus kami evaluasi. Sebab, sebenarnya sudah tak pernah terjadi lagi banjir di Kota Lama. Kalau di Ngaliyan, di cekungan, memang setiap tahun terjadi dan saat ini sudah mulai normalisasi Kali Bringin oleh Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat),” ujar Hevearita.
Saat ini, Pemerintah Kota Semarang mengutamakan warga atau penghuni yang terdampak banjir untuk memastikan mereka selamat. Setelah itu, Pemkot akan melakukan penataan. Hevearita juga telah meminta BPBD Kota Semarang untuk menginventarisasi segala hal terdampak. Pemkot memiliki anggaran bantuan tak terduga (BTT) untuk mengatasinya.
Ini harus kami evaluasi. Sebab, sebenarnya sudah tak pernah terjadi lagi banjir di Kota Lama.
Sekretaris BPBD Kota Semarang Winarsono menuturkan, beberapa wilayah selalu kebanjiran ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan berdurasi lama. Hal itu berulang setiap tahun. ”Namun, kali ini lebih luas, antara lain karena hujan tak berhenti sekitar 12 jam. Tertinggi hingga 1 meter. Mungkin, ini banjir terluas di Semarang dalam sekitar 10 tahun terakhir,” ujarnya.
Sementara itu, longsor di RT 003/RW 001 Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, menyebabkan dua warga meninggal akibat tertimbun material longsor. Mereka adalah Munah (95) dan Dito (18). Munah dievakuasi oleh tim SAR gabungan pada Sabtu siang. Sementara Dito yang tinggal di bawah rumah Munah baru bisa dievakuasi pukul 17.15. Banyaknya timbunan material menjadi kendala evakuasi.
General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Hardi Ariyanto menyampaikan, penerbangan di Bandara Ahmad Yani ditutup hingga Minggu (7/2/2021). ”Sampai saat ini terdapat 21 penerbangan yang terdampak, baik kedatangan maupun keberangkatan, dengan rute penerbangan dari dan ke Jakarta, Pangkalan Bun, Banjarmasin, Surabaya, dan Makassar. Bagi seluruh penumpang yang melakukan perjalanan pada hari ini akan dilakukan penjadwalan ulang pada penerbangan esok hari,” ujar Hardi.
Adapun karena akses menuju bandara terdampak banjir, pengelola bandara mengakomodasi para penumpang yang telah berada di bandara untuk diantar hingga area depan Museum Ronggowarsito agar terhindar dari banjir menggunakan truk dari Pangkalan Udara TNI AD.
Menurut Hardi, kondisi di area terminal saat ini cukup kondusif dan tidak terjadi penumpukan penumpang. Para petugas memberikan informasi pemberhentian operasional penerbangan dan mengarahkan penumpang menuju area penjemputan untuk keluar dari bandara dengan kendaraan yang telah disediakan.
Terkait kondisi landasan pacu, sampai saat ini masih terdapat genangan air dan serpihan benda asing yang dapat mengganggu penerbangan. Karena itu, petugas bandara memonitor dan terus melakukan pembersihan di area runway serta optimalisasi 54 pompa di area bandara. ”Kami berharap cuaca akan segera membaik sehingga pembersihan area runway dan fasilitas lain berjalan optimal,” katanya.
Sementara di Stasiun Semarang Tawang dan Semarang Poncol, sejumlah kereta api penumpang yang operasinya terganggu lantaran terdampak banjir antara lain Argo Bromo Anggrek, Joglosemarkerto, Kaligung, Harina, dan Kedungsepur atau total tujuh perjalanan. Selain itu, ada tujuh KA barang yang perjalanannya juga terganggu.
Selain menyediakan layanan pengembalian tiket (refund), PT KAI juga melakukan pengalihan jalur ke lintas selatan. ”Di samping itu, kami juga melakukan overstappen atau pengalihan penumpang dengan moda lain. Kami sediakan bus untuk penumpang,” ujar Manajer Humas PT KAI Daop IV Semarang Krisbiantoro.
Pompa macet
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Sabtu siang, meninjau sejumlah lokasi terdampak banjir di Semarang, termasuk kawasan Kota Lama. Menurut dia, curah hujan ekstrem, yakni 171 milimeter (mm), menjadi pemicu banjir. Curah hujan tinggi juga sebenarnya sudah diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Adapun di kawasan Kota Lama, banjir disebabkan matinya satu dari tiga pompa. ”Tadi dipompa (untuk mengurangi banjir). Ada tiga pompa, tetapi yang satu macet. Akan diperbaiki dan dihidupkan. Di Kali Bringin, Kali Plumbon, dan (Jalan) Kaligawe juga meluap. Air pasang tinggi, yakni 1,4 meter. Maka, pompa ini sangat menentukan,” kata Basuki.
Baca juga : Stasiun Semarang Tawang Lumpuh Terendam Banjir
Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, Yulius, menuturkan, total terdapat 11 pompa dengan kapasitas 2 meter kubik per detik di Kota Semarang yang dimiliki pihaknya. Pascabanjir, penanganan baru bisa dilakukan, dengan pengerjaan paket rob Semarang-Demak, yang terdiri atas dua paket.
Kota Pekalongan
Di Kota Pekalongan, hujan deras yang turun sejak Jumat malam juga membuat sebagian wilayah terendam banjir. Hingga Sabtu siang, ketinggian air masih sekitar 60 sentimeter. Kecamatan Pekalongan Barat dan Pekalongan Timur terdampak dan mengakibatkan sedikitnya 681 orang mengungsi di delapan titik pengungsian yang disiapkan pemerintah setempat.
Sejak Sabtu pagi, kabar terkait banjir berwarna merah viral di media sosial. Masyarakat menduga, warna air banjir berubah menjadi merah lantaran tercemar limbah industri. Menurut Kepala BPBD Kota Pekalongan Saminta, air berwarna merah tersebut merendam sejumlah permukiman dan jalan-jalan di Kecamatan Pekalongan Barat.
”Berdasarkan penelusuran petugas, warna merah itu bukan berasal dari limbah industri, melainkan dari warga yang membeli pewarna batik. Pastik pembungkus batik itu diduga bocor, lalu pemiliknya membuang begitu saja pewarna tersebut,” ujarnya.
Saminta menambahkan, pihaknya sedang mencari warga yang membuang pewarna batik tersebut. Sabtu siang, air berwarna merah sudah disedot oleh armada khusus penyedot limbah dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Pekalongan.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengingatkan semua kepala daerah untuk waspada terhadap cuaca ekstrem yang terjadi. Sebab, menurut prakiraan BMKG, cuaca ekstrem akan terjadi hingga sepekan. ”Kita harus siaga terus-menerus karena BMKG mengingatkan setidaknya lebih kurang seminggu ini kita harus siaga terus-menerus karena cuaca ekstrem,” ujarnya.
Ganjar juga meminta semua daerah mengutamakan keselamatan masyarakat. Untuk mereka yang tinggal di daerah rawan, harus segera diungsikan. Ia menyebut pengungsian sudah ada di Pekalongan dan Kudus serta beberapa di Kota Semarang dan sudah ditangani. ”Kondisi pengungsian saya minta dibuat di tempat yang lebih lega. Karena lagi Covid-19, maka ini harus disiapkan agar semuanya aman,” ucapnya.