Kasus Berpotensi Semakin Banyak, Kupang Butuh Alat Pemeriksaan Sampel Baru
Peningkatan kasus baru Covid-19 di Kupang, Nusa Tenggara Timur, terus terjadi. Penumpukan sampel pemeriksaan menumpuk karena keterbatasan infrastruktur.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Penambahan alat pemeriksaan tes Covid-19 dengan metode reaksi berantai polimerase atau PCR mendesak dilakukan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tujuannya, mengurangi penumpukan sampel pemeriksaan guna memuluskan upaya pencegahan penularan.
Saat ini, ada dua fasilitas pemeriksaan tes PCR di Kota Kupang. Laboratorium Biomolekuler RSUD Yohannes Kupang memiliki kemampuan memeriksa 282 sampel per hari, sedangkan Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Pemprov NTT berkapasitas 100 sampel per hari.
Wakil Wali Kota Kupang Hermanus Man di Kupang, Sabtu (6/2/2021), mengatakan, dalam waktu dekat bakal ada alat pemeriksaan tes PCR baru. Kapasitas pemeriksaannya mencapai 500 sampel per hari. Keberadaan alat tersebut diharapkan bisa mempercepat pelacakan kasus baru. Saat ini, rata-rata kasus baru di Kota Kupang sebanyak 50 kasus per hari.
”Alat ini untuk mengurangi penumpukan sampel spesimen di RSUD Yohannes Kupang akibat lonjakan kasus Covid-19 di Kota Kupang sejak memasuki Januari 2021 sampai hari ini,” kata Herman.
Dalam kesempatan berbeda, Gubernur NTT Viktor Laiskodat meminta Satgas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 NTT dan Kota Kupang lebih tegas menerapkan protokol kesehatan. Salah satu yang menjadi sorotannya adalah pedagang di pasar-pasar tradisional yang belum menerapkan protokol kesehatan dengan benar.
Selain itu, jumlah pengunjung di toko dan pusat perbelanjaan juga harus dikurangi. Warung makan atau restoran hanya bisa melayani pesanan makan di rumah. Pesta juga tidak diperkenankan digelar setidaknya sampai Mei 2021.
Di jalan, pengemudi kendaraan wajib mengenakan masker, termasuk penumpang kendaraan umum dan pribadi. Jumlah penumpang bagi kendaraan umum dibatasi dan tetap menjaga jarak saat di dalam angkutan umum.
”Satgas Covid-19 harus lebih tegas. Masyarakat yang melanggar diberi sanksi, dari ringan sampai berat seperti penutupan sementara tempat usaha. Sanksi ini harus diterapkan untuk memberi efek jera kepada masyarakat. Kasus ini tanggung jawab semua warga, tidak hanya pemerintah,” kata Laiskodat.
Laiskodat menegaskan, dalam pencegahan kasus Covid-19, daerah tidak boleh ragu mengalokasikan anggaran. Dalam keadaan darurat seperti sekarang, semua sumber daya dan kemampuan yang ada dikerahkan.
”Kita sedang berperang dengan musuh yang tidak kelihatan. Entah kita yang mengalahkan virus atau virus mengalahkan kita. Maka, kita harus kerja keras dan kerja tuntas,” kata Laiskodat.
Jumlah kasus Covid-19 di NTT per 6 Januari 2021 mencapai 6.147 kasus. Sejauh ini, pasien sembuh tercatat 3.181 orang, 157 orang meninggal, 2.809 orang lainnya masih dirawat.
Wakil Ketua DPRD NTT Inche Sayuna mengatakan, perlu sosialisasi kepada masyarakat soal fungsi dan pentingnya vaksin Covid-19, Sinovac. Saat ini masih ada sejumlah warga yang masih ragu dengan vaksin tersebut karena beredarnya berbagai informasi di media sosial tentang dampak negatif vaksin.
Salah satu kabar yang beredar adalah kematian pemilik salah satu swalayan di Kupang akibat vaksin. Padahal, orang itu belum menerima vaksin.
Ia juga mengingatkan pemda agar data tenaga kesehatan bagi 22 kabupaten/kota yang berhak mendapatkan vaksin harus akurat. Jangan sampai ada tenaga kesehatan yang terlewatkan karena tidak terdata.
Sementara itu, 15 anak di Asrama SMAK Suryadikara Ende reaktif Covid-19 setelah menjalani tes antigen. Para siswa kini menjalani isolasi mandiri di asrama sambil menunggu hasil PCR di RSUD Yohannes Kupang. Sekolah tersebut sebelumnya menjalani pendidikan tatap muka. Padahal, sekolah tatap muka di Ende sudah dilarang pemda Ende meskipun tingkat SMA/SMK di bawah kewenangan Pemprov NTT.
Kepala Dinas Pendidikan NTT Linus Lusi meminta semua sekolah SMA/SMK agar mempertimbangkan keselamatan anak-anak. Upaya mengejar mutu pendidikan juga penting, tetapi harus tetap mengutamakan keselamatan siswa sehingga tidak ada Covid-19 kluster pendidikan.
Ia mengajak pihak sekolah, agar di tengah lonjakan kasus di NTT yang makin sulit dikendalikan, mendukung pemerintah menekan kasus itu. Salah satu caranya, memberlakukan pendidikan secara daring, terutama di Kota Kupang.