Ditutup, Pengungsian Merapi di Magelang Diminta Tetap Siapkan Logistik
Semua barak pengungsian di Kabupaten Magelang resmi ditutup karena pengungsi telah pulang ke rumah. Namun, pengelola barak tetap diminta menyiapkan logistik untuk kebutuhan mereka jika kembali mengungsi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Kendati semua barak pengungsian erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sudah resmi ditutup, kesiapsiagaan mesti tetap diutamakan. Salah satunya, para pengelola barak pengungsian tetap diminta menyiagakan kebutuhan logistik jika sewaktu-waktu pengungsian kembali terjadi.
Kabupaten Magelang tidak lagi memiliki pengungsi dari lereng Gunung Merapi. Semua barak pengungsian resmi ditutup setelah rombongan terakhir pengungsi dari Dusun Babadan I, Desa Paten, Kecamatan Dukun, meninggalkan pengungsian mereka di Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, Senin (1/2/2021).
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Supranowo mengatakan, kondisi tersebut sama sekali tidak mengurangi kesiapsiagaan berbagai pihak, termasuk BPBD, untuk mengantisipasi potensi bencana erupsi dan menangani pengungsi.
”Kami tetap meminta semua TEA untuk tetap dalam posisi siap sedia menerima pengungsi dengan mempersiapkan semua kebutuhan di pengungsian, termasuk di dalamnya kebutuhan logistik,” ujarnya, Senin.
Saat ini, kata Supranowo, BPBD Kabupaten Magelang juga masih membuka posko siaga bencana erupsi Merapi dengan melibatkan perwakilan dari 10 sektor. Hingga kemarin, posko juga masih menerima berbagai donasi dari berbagai pihak untuk kebutuhan pengungsi, yang sementara akan disimpan dan akan disalurkan saat warga kembali ke pengungsian.
Pemerintah Kabupaten Magelang juga masih menetapkan status tanggap darurat bencana erupsi, terhitung sejak 16 Januari hingga 14 Februari 2021. Status tanggap darurat ini ditetapkan dengan mengikuti kondisi Gunung Merapi yang saat ini masih berstatus Siaga (Level III).
Sebelumnya, setelah aktivitas Gunung Merapi meningkat hingga statusnya naik pada November 2020, jumlah pengungsi dari lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang terdata lebih dari 800 orang. Pengungsi dari 11 dusun di empat desa di Kecamatan Dukun tersebut tersebar mengungsi di sembilan lokasi pengungsian.
Namun, karena tidak ada gejolak aktivitas yang dinilai mengancam keselamatan warga, jumlah pengungsi pun fluktuatif. Setiap hari, jumlah pengungsi bisa berkurang atau bertambah tergantung kondisi psikologis warga. Pada Desember 2020, jumlah pengungsi sempat berkurang cukup banyak.
Namun, pada awal Januari, ratusan warga bergerak kembali ke pengungsian. Pada Sabtu (16/1/2021), Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengubah rekomendasi mengenai daerah yang berpotensi terkena dampak erupsi Merapi dari semula ke wilayah sekitar barat laut menjadi selatan-barat daya. Dengan perubahan itu, desa-desa dalam radius 5 kilometer dari Merapi di Magelang yang semula diminta mengungsi untuk tidak lagi mengungsi. Hal itu secara otomatis mendorong gelombang kepulangan pengungsi secara bertahap hingga terakhir terjadi Senin (1/2/2021).
Perubahan rekomendasi bahaya itulah yang menjadi alasan bagi 265 pengungsi asal Dusun Babadan I kembali pulang ke rumah.
Kepala Desa Banyurojo Iksan Maksum mengatakan, perubahan rekomendasi itulah yang kemudian menjadi alasan bagi 265 pengungsi asal Dusun Babadan I kembali pulang ke rumah. Pemerintah Desa Banyurojo dan BPBD Kabupaten Magelang juga tak bisa mencegah mereka meninggalkan pengungsian.
Kendati demikian, kata Iksan, pihaknya tetap siap menerima pengungsi kembali. Selain membersihkan barak dan tidak membongkar bilik pengungsian, Pemerintah Desa Banyurojo juga masih menyimpan cadangan logistik antara lain berupa 5 kuintal beras, gula, minyak, dan berbagai bahan pangan lainnya. ”Stok logistik yang kami simpan setidaknya bisa memenuhi kebutuhan pengungsi selama satu minggu,” ujarnya.
Sebelum pulang, setiap keluarga pengungsi juga masih dibekali sejumlah logistik, berupa 5 kilogram beras, bumbu dapur, susu, jajanan anak-anak, dan mi instan.
Wahyudi, salah seorang koordinator pengungsi, mengatakan, semula pengungsi dari Dusun Babadan I masih ragu untuk pulang dan khawatir akan perubahan aktivitas vulkanik Merapi. Oleh karena itu, ketika sebagian pengungsi di lokasi lain mulai pulang, mereka memilih menunggu sambil memantau aktivitas Merapi selama sepekan, hingga Minggu (31/1/2021). Ketika ternyata tidak ada gejolak dan tidak ada informasi tentang perubahan arah erupsi, mereka pun memutuskan pulang pada Senin.
Namun, menyadari Gunung Merapi masih berstatus siaga, Wahyudi mengatakan, warga tetap akan terus waspada dan intensif memantau perkembangan aktivitas Gunung Merapi. Pemantauan dilakukan secara visual ataupun dengan mengikuti perkembangan informasi dari BPPTKG.