129 Pengungsi Merapi di Magelang Izin Pulang Sementara
Sebanyak 129 warga Dusun Babadan II, Desa Paten, Kecamatan Dukun, meninggalkan pengungsian, Minggu (31/1/2021). Mereka sebatas izin untuk pulang sementara.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebanyak 129 warga Dusun Babadan II, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, meninggalkan pengungsian dan pulang ke rumah masing-masing, Minggu (31/1/2021). Meskipun demikian, warga paham mereka belum diizinkan untuk pulang seterusnya.
”Mengingat kondisi Gunung Merapi yang masih bisa berubah, kali ini kami hanya bermaksud izin untuk pulang sementara,” ujar salah seorang koordinator pengungsi asal Dusun Babadan II, Teimuri Suchini, saat ditemui, Minggu (31/1/2021).
Sebanyak 129 warga Dusun Babadan II tersebut sebelumnya mengungsi di Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Keinginan untuk pulang ke rumah sebenarnya sudah tercetus sejak awal pekan lalu. Sebelumnya, rencana pulang ini ditolak pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang dan Pemerintah Desa Mertoyudan. Namun, warga akhirnya bersikeras untuk meninggalkan pengungsian dengan status pulang sementara.
Suchini mengatakan, warga mengambil kesempatan untuk pulang dan terus mengikuti perkembangan informasi terkini tentang Merapi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Dari kajian BPPTKG, dipastikan dusun mereka aman dari bahaya erupsi.
”Ketika dusun kami tidak lagi disebut sebagai daerah rawan terdampak erupsi, kami pun berpikir untuk sementara tidak perlu lagi berada di pengungsian,” ujarnya.
Saat berada di rumah, lanjut Suchini, warga akan tetap meningkatkan kesiapsiagaan dan memantau perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Merapi. Warga Dusun Babadan II juga akan terus melakukan ronda malam sembari mengamati Gunung Merapi secara visual.
Kepala Desa Mertoyudan Eko Sungkono mengatakan, sekalipun status Gunung Merapi masih Siaga (Level III), pihaknya tidak mampu mencegah atau melarang pengungsi untuk pulang. Kendati demikian, selama masih diberlakukan status tanggap darurat bencana erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, pemerintah Desa Mertoyudan juga akan tetap siap siaga kembali menerima pengungsi, kapan saja diperlukan.
”Bilik-bilik pengungsian tidak akan kami bongkar sehingga nantinya siap dipakai untuk dipakai pengungsi kapan saja mereka kembali ke pengungsian,” ujarnya.
Karena ditinggalkan warga, barak pengungsian untuk sementara ini akan dikunci. Namun, ruangan juga akan tetap dibersihkan dan kasur-kasur di dalamnya akan tetap dibersihkan serta dijemur secara berkala.
Saat pulang, setiap keluarga pengungsi diberi 2,5 kilogram beras, 1 kg gula pasir, serta sejumlah bungkus mi instan yang dimaksudkan sebagai bekal untuk kebutuhan memasak saat hari pertama mereka berada di rumah. Di luar itu, TEA Mertoyudan juga masih menyimpan stok logistik berupa 5 kuintal beras dan mi instan. Stok tersebut dimaksudkan sebagai cadangan logistik saat menerima pengungsi kembali.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magelang Supranowo mengatakan, sekalipun tidak merekomendasikan kepulangan pengungsi, di satu sisi, pihaknya pun tidak bisa melarang pengungsi untuk kembali ke rumah. Namun, saat kembali berada di lereng Gunung Merapi, dia pun tetap meminta warga untuk selalu waspada dan siap siaga menghadapi perubahan aktivitas vulkanik Merapi.
Sejak BPPTKG mengubah rekomendasi mengenai daerah yang berpotensi terkena dampak erupsi Gunung Merapi pada Sabtu (16/1/2021), gelombang kepulangan pengungsi kembali ke rumah terjadi di Kabupaten Magelang. Dengan kepulangan warga Dusun Babadan II, jumlah pengungsi di Kabupaten Magelang pada Minggu (31/1/2021) tinggal 265 orang. Mereka adalah warga Dusun Babadan I yang mengungsi di TEA Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan.