Gotong Royong Memupuk Harapan pada Budidaya Ikan di Saluran Irigasi Banyumas
Sejumlah warga Desa Wiradadi, Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah, merintis usaha budidaya ikan nila di saluran irigasi. Mereka bergotong royong membangun usaha untuk bangkit dari terpaan pandemi Covid-19.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·5 menit baca
Ketua Kelompok Minadadi Noviar Ilmawan (53) berdiri di lokasi budidaya ikan nila dan lele di Desa Wiradadi, Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (26/1/2021).Pandemi Covid-19 mendesak orang untuk kreatif bertahan dan menyiasati tantangan. Di Desa Wiradadi, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, warga bergotong royong memanfaatkan saluran irigasi dan pekarangan sekitar untuk budidaya ikan. Usaha bersama itu mulai menebar harapan di tengah terpaan pandemi.
”Sehari bisa jual 40-50 kilogram ikan nila. Satu kilogramnya Rp 30.000. Ikan sudah dibersihkan,” kata Ketua Kelompok Minadadi Noviar Ilmawan (53), di Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (26/1/2021).
Setiap hari, omzet yang didapatkan kelompok ini sekitar Rp 1,5 juta. Mereka menjadi penyedia ikan untuk lima rumah makan dan tiga unit usaha katering di Purwokerto. Kelompok ini juga melayani pembelian perseorangan. Untuk rumah makan dan katering, pesanan setiap hari berkisar 5-10 kilogram.
Noviar mengisahkan, gagasan usaha mereka terinspirasi sejumlah kisah sukses budidaya ikan di irigasi seperti dilakukan di Klaten dan Yogyakarta. Bersama tetangga dan pemuda di desa, dia kemudian mengurus perizinan untuk memanfaatkan saluran irigasi dan kesediaan patungan guna memulai usaha ini.
”Kami iuran dari Rp 50.000 sampai Rp 200.000. Awalnya iuran untuk membuat kolam berukuran 10 meter x 2 meter di saluran irigasi, dan untuk mengisi benih ikan sebanyak 15.000 ekor,” ungkapnya.
Ide usaha itu juga datang karena terdesak dampak pandemi. Noviar, misalnya, yang sehari-hari memiliki usaha jual-beli air minum isi ulang mengatakan, sejak pandemi, usahanya sepi. Dia pun akhirnya terdorong berkreasi membuat usaha bersama sejumlah temannya.
Di atas lahan sekitar 2.000 meter persegi, kelompok yang beranggotakan 15 orang dari warga perumahan dan desa sekitar bekerja sama merintis budidaya ikan nila dan lele. Lahan yang semula kotor dan tidak terawat kini ditata dan dimanfaatkan untuk area pendukung budidaya ikan. Taman berhiaskan bunga kertas ditanam secara gotong royong pula oleh ibu-ibu sekitar.
Bambu untuk membangun gazebo juga berasal dari sumbangan anggota. Seiring berjalannya waktu, kini ada 5 kolam di sepanjang 50 meter irigasi itu. ”Semua anggota juga dijadwal piket untuk jaga. Sehari dua orang. Selain jaga dan memberi makan ikan, juga melayani pembeli yang datang,” katanya.
Dua gazebo dibangun sebagai naungan untuk menikmati belasan ribu ikan nila yang berenang-renang di saluran irigasi. Wahana mainan anak-anak komidi putar mini juga disediakan di sana. ”Saya prihatin sekarang anak-anak tidak punya tempat bermain. Di sini, anak-anak bisa ikut memberi makan ikan, mandi di irigasi, dan juga bermain di taman. Ke depannya, saya berharap ini bisa jadi desa wisata,” papar Noviar.
Menurut Noviar, hingga kini belum ada bagi hasil yang diberikan kepada anggota kelompok karena uang yang ada masih digunakan untuk penataan kawasan dan pemeliharaan ikan. ”Kalau ditanya berapa bagi hasilnya, ini belum ada karena uangnya diputar lagi untuk pengembangan,” katanya.
Meski demikian, Noviar dan sejumlah anggota mengaku senang secara batin ketika bisa bersama-sama mengelola dan membudidayakan ikan di lahan itu. Usaha bersama ini jadi sarana penghilang stres kala pandemi. ”Saya lihat anak-anak bermain di sini senang sekali rasanya,” ujarnya.
Cholik (38) salah satu anggota kelompok Mindadi juga senang ketika bisa berpartisipasi dan membudidayakan ikan secara komunal. ”Dengan budidaya ikan ini saya jadi lebih terhibur dan minimal menambah ilmu bagaimana memelihara ikan,” kata Cholik sambil memberi makan ikan dengan pelet.
Cholik sehari-hari bekerja sebagai penjual kaca film dan stiker. Sebelum berangkat ke kiosnya, dia menyempatkan diri menengok ikan-ikan ini. Ketika sore, sepulang dari kios, dia bersama kedua anaknya pun kadang bermain bersama di tempat ini.
Dio (30), anggota kelompok lainnya yang sehari-hari bekerja sebagai tukang bangunan, juga mengaku senang bisa ikut memelihara ikan di Mindadi. ”Saya tukang bangunan. Kalau sore pulang kerja bisa ke sini memberi makan ikan sambil momong anak, lumayan buat hiburan,” kata Dio.
Noviyanti (30), salah satu pengunjung, mengatakan, anaknya tidak mau pulang setelah bermain air dan memberi makan ikan karena keasyikan. ”Mintanya main air terus dan tidak mau pulang,” tutur Noviyanti yang datang untuk membeli 1 kilogram ikan nila sambil bermain bersama anaknya.
Dalam tulisan ”Stres dan Cara Menguranginya” pada Jurnal Cakrawala Pendidikan, Februari 2010 Tahun XXIX, No 1, Sukadiyanto menyebutkan salah satu cara mengurangi stres adalah dengan memelihara hewan atau tanaman. Disebutkan bahwa dengan memelihara binatang atau menanam tanaman bisa menjadi hiburan dan pengalihan perhatian atau konsentrasi pada suatu permasalahan.
Adapun dalam tulisan ”Manajemen Stres pada Masa Pandemi Covid-19” pada ESENSI: Jurnal Manajemen Bisnis, Vol 23, No 2/2020, Moh Muslim menyebutkan, akibat pandemi orang mengalami stres pada ruang lingkup akademik, pekerjaan, dan juga keluarga. Dituliskan pula bahwa orang yang mampu menyesuaikan diri dan mengelola kondisi tekanan akibat pandemi dengan baik akan terhindar dari stress, dan bahkan mampu menjadikan stres menjadi eustress atau stres yang positif. Tandanya orang menjadi kreatif dan produktif.
Becermin dari upaya gotong royong kelompok Minadadi itu harapan untuk bangkit bersama menjadi kekuatan untuk menghadapi tekanan akibat pandemi Covid-19. Mereka bekerja sama membudidayakan ikan di saluran irigasi secara kreatif dan produktif. Kerumunan ikan nila yang gesit menyambar pakan memberikan pemandangan yang teduh di mata sekaligus memupuk harapan di batin bahwa hasil usaha kiranya tiada pernah mengkhianati proses.
Cholik (38) anggota Kelompok Minadadi memberi makan ikan nila yang dipelihara di saluran irigasi di Desa Wiradadi, Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (26/1/2021).