Tingginya kasus kematian pasien Covid-19 membuat Pemerintah Provinsi NTB mendorong donor plasma dari penyintas Covid-19 yang telah sembuh.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·2 menit baca
KOMPAS, MATARAM — Kasus kematian akibat Covid-19 di Nusa Tenggara Barat termasuk tinggi. Oleh karena itu, selain deteksi dini lewat penelurusan riwayat kontak, Pemerintah Provinsi NTB juga mulai mendorong donor plasma konvalesen dari penyintas yang telah sembuh.
Hingga Jumat (29/1/2021), jumlah kematian pasien Covid-19 di NTB mencapai 328 orang dari total 7.416 kasus. Pasien meninggal terbanyak berasal dari Kota Mataram sebanyak 101 orang, disusul Sumbawa 56 orang, dan Lombok Barat 52 orang. Lainnya di tujuh kabupaten kota lain termasuk dari luar negeri.
Tingginya kasus kematian akibat Covid-19 di NTB, berdasarkan catatan Kompas, salah satunya karena banyaknya pasien yang terlambat mendapat penanganan. Itu karena mereka datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi gejala berat.
Oleh karena itu, kampanye agar masyarakat membantu petugas kesehatan untuk mau diperiksa ketika terdeteksi menjadi kontak dekat pasien positif terus dilakukan. Termasuk mendorong mereka mau menjalani perawatan jika terkonfirmasi positif.
”Sekarang, kasus memang meningkat. Itu karena kami mengintensifkan penelusuran riwayat kontak. Selain untuk mencegah penyebaran, upaya itu juga untuk menekan kasus kematian karena kita lebih cepat diketahui (statusnya dan ditangani),” kata Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah.
Selain deteksi dini, menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB dr Lalu Hamzi Fikri, mereka juga mulai mendorong donor plasma konvalesen dari penyintas Covid-19 yang telah sembuh.
”Jumlah yang donor masih kecil. Kami targetkan minimal tiga sehari atau maksimal lima sehari sudah bagus. Apalagi yang sembuh sudah banyak hingga 5.700 orang lebih,” kata Fikri.
Pelaksana Tugas Direktur RSUD Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi menambahkan, hingga saat ini, mereka sudah menerima 22 donor yang telah digunakan untuk 34 pasien.
”Menemukan donor juga bukan perkara sederhana. Ada syarat batas minimal antibodi yang harus dimiliki agar bisa memberikan perlindungan kepada mereka yang menerima donor plasma,” kata Eka.
Jumlah yang donor masih kecil. Kami targetkan minimal tiga sehari atau maksimal lima sehari sudah bagus.
Menurut Eka, respons penyintas yang telah sembuh juga bagus. Jika diminta donor, mereka langsung datang. Namun, setelah diukur, antibodinya sudah turun hingga tidak bisa donor. ”Itu kenapa donor masih terbatas,” kata Eka.
Meski masih terbatas, kata Eka, setidaknya itu menjadi harapan lain bagi para pasien. Apalagi rata-rata penerima donor plasma, kondisi mereka membaik lebih cepat.
”Dari 34 penerima, ada satu yang meninggal tetapi itu karena kondisinya sudah berat. Tetapi setidaknya sudah berusaha,” kata Eka.