Material longsor, seperti lumpur, batu, dan kayu, memenuhi kawasan permukiman. Pada Kamis siang, air sudah surut, tetapi material masih menumpuk.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Banjir bandang melanda Kota Langsa dan Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh, pada Rabu (27/1/2021) dan Kamis (28/1/2021). Tidak ada korban jiwa, tetapi 21 rumah warga dan sejumlah kendaraan rusak.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Langsa Nursal Syahputra menuturkan, luapan sungai menerjang permukiman pada Kamis pukul 01.00. ”Tidak ada korban jiwa, tetapi beberapa rumah, kendaraan, dan jalan desa rusak,” tuturnya
Saat terjadi banjir warga masih tertidur. Gemuruh air membuat warga panik. Material longsor seperti lumpur, batu, dan kayu memenuhi kawasan permukiman. Pada Kamis siang, air sudah surut, tetapi material masih menumpuk di permukiman warga.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Ilyas mengatakan, 14 rumah warga rusak dan kantor PLN Cabang Lampahan terendam banjir. Seusai banjir listrik di kawasan itu terpaksa dipadamkan.
Banjir bandang di Lampahan terjadi saat warga hendak melakukan ibadah shalat magrib. Beberapa mobil diseret air bah, tetapi tidak ada korban jiwa dalam musibah banjir bandang itu.
Geografis Lambahan berupa gugusan perbukitan. Permukiman penduduk berada di kaki perbukitan sehingga sangat rawan dihantam banjir.
Di Lampahan juga terdapat gunung berapi aktif Burni Telong. Konon nama Lampahan berasal dari kata ”limpahan” material letusan gunung api pada masa lampau.
Sepanjang 2019, laju deforestasi hutan di Provinsi Aceh 15.140 hektar atau setara dengan 14.000 kali lapangan sepak bola profesional.
Bencana hidrometeorologi terjadi semakin masif karena hujan ekstrem dan kondisi lingkungan yang buruk. Sepanjang 2019, laju deforestasi hutan di Provinsi Aceh 15.140 hektar atau setara dengan 14.000 kali lapangan sepakbola profesional. Sebagian besar kerusakan dipicu perambahan perkebunan dan pembalakan liar.
Selama Januari 2021 terjadi 62 kali bencana alam di Provinsi Aceh dengan nilai kerugian Rp 11,6 miliar. Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan angin puting beliung, paling sering terjadi.
Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Krueng Aceh Eko Nur Wijayanto menyatakan, kerusakan daerah aliran sungai juga memicu banjir. Sebanyak 20 daerah aliran sungai skala besar di Provinsi Aceh dalam keadaan rusak sehingga mendesak untuk dipulihkan.