Rantai Ekonomi Belum Pulih, Harga Bahan Pokok di Mamuju Melonjak
Penderitaan para penyintas gempa di Sulawesi Barat semakin besar seiring melonjaknya harga-harga bahan kebutuhan pokok, seperti ikan dan sayur-mayur.
Oleh
M Ikhsan Mahar/Saiful Rijal Yunus
·5 menit baca
MAMUJU, KOMPAS — Penderitaan para penyintas gempa di Sulawesi Barat semakin besar seiring melonjaknya harga-harga bahan kebutuhan pokok, seperti ikan dan sayur-mayur. Rantai pasok yang belum pulih akibat bencana menyebabkan stok sejumlah kebutuhan menipis sehingga harga naik. Di sisi lain, daya beli masyarakat anjlok.
Rabiah (44), pedagang ikan di Pasar Baru Mamuju, baru mulai berjualan lagi sejak Sabtu (23/1/2021) setelah gempa mengguncang Sulbar 15 Januari lalu. Akan tetapi, untuk memulai berjualan, tidak mudah bagi Rabiah. Pasalnya, ia kesulitan mendapatkan pasokan ikan karena mayoritas nelayan di kampung nelayan Desa Sumare, Mamuju, berhenti melaut.
Alhasil, ia harus mengontak para distributor ikan hingga ke wilayah Majene, yang berjarak sekitar 100 kilometer dari Mamuju. Gempa mengakibatkan para nelayan hingga kini masih bertahan di pengungsian. Minimnya pasokan ikan pun menyebabkan harga ikan melonjak tinggi.
”Ikan cakalang dan tuna berukuran sedang yang selama ini saya jual Rp 15.000 per kilogram sekarang menjadi Rp 30.000 per kilogram. Kenaikan harga ini belum pernah saya alami sebelumnya,” kata Rabiah, yang telah berjualan sejak 2005, saat ditemui di Mamuju, Senin (25/1/2021). Selain itu, harga ikan tongkol kini berkisar Rp 25.000 per kilogram, naik dari sebelumnya yang berkisar Rp 10.000-Rp 15.000 per kilogram.
Tidak hanya sulit mencari ikan, Rabiah menambahkan, dirinya kesulitan menjual ikan karena masyarakat masih sangat sedikit yang berbelanja di pasar itu. Biasanya, Rabiah bisa menjual lebih dari 50 kg ikan dalam sehari, tetapi dalam tiga hari terakhir, ia hanya bisa menjual 10-15 kg. ”Sebelum gempa, omzet saya hampir Rp 2 juta per hari. Tetapi, setelah gempa, bisa dapat setengahnya saja sudah bersyukur,” ujarnya.
Nurdin (45), pedagang lainnya, menuturkan, harga ikan tidak terkendali setelah gempa 11 hari lalu itu. Pasokan ikan sangat kurang sehingga membuat harga melonjak tinggi. Ia menjual dengan untung tidak terlalu besar agar jualan tetap laku di pasaran. ”Nelayan di Mamuju belum ada yang melaut. Ikan didatangkan dari Majene sampai Palu. Makanya, harga tinggi begini,” katanya.
Pedagang lainnya, Wahdah (54), menyampaikan, mau tidak mau ia harus menjual ikan dengan harga yang lebih tinggi daripada biasanya. Ikan cakalang dengan ukuran besar mencapai Rp 70.000, jauh lebih tinggi daripada sebelumnya yang seharga Rp 40.000. Sejauh ini, tutur Wahdah, pasokan ikan sangat kurang dari nelayan. Sebagian besar ikan didatangkan dari luar Mamuju.
Salah satu distributor ikan asal Desa Sumare, Amiruddin (42), mengungkapkan, dirinya belum kembali beraktivitas untuk membawa hasil tangkapan nelayan ke Mamuju. Untuk membawa ikan dari Sumare ke Pasar Baru Mamuju dan Pasar Sentral Mamuju, Amiruddin harus menempuh jarak sekitar 15 km.
”Bagaimana saya bisa membawa ikan kalau nelayan juga masih mengungsi? Apabila sudah ada pernyataan pemerintah kalau situasi sudah aman, baru kami akan kembali ke rumah dan beraktivitas secara normal,” kata Amiruddin, yang mengungsi ke wilayah Desa Tapandullu.
Tidak hanya ikan, cabai hingga kangkung juga mengalami lonjakan harga. Satu liter cabai mencapai Rp 25.000, naik jauh daripada harga sebelumnya yang hanya di kisaran Rp 10.000. ”Kami beli satu liter di harga Rp 20.000-an, jadi mau tidak mau dijual di harga Rp 25.000,” tutur Lidong (55), pedagang sayuran.
Tiga hari setelah gempa, tutur Lidong, ia mulai kembali berjualan di pasar. Kondisi ekonomi yang sulit membuatnya harus kembali beraktivitas seperti sebelumnya. Rumahnya yang berjarak sekitar 500 meter dari pasar mengalami retak di sejumlah bagian.
Mungkin harga belum banyak berubah, tetapi pembeli masih sangat kurang karena masih berada di pengungsian.
Beberapa sayuran, seperti kangkung, juga dijual lebih mahal daripada biasanya. Jika sebelumnya empat ikat kangkung seharga Rp 5.000, saat ini seharga Rp 7.000. Hal tersebut disebabkan kurangnya pasokan dari wilayah terdekat. ”Tapi, kalau saya, untung sedikit tidak apa-apa. Yang penting jangan terlalu tinggi dan susahkan orang lain. Mana semuanya korban di sini,” tambahnya.
Penjual sayuran di Pasar Sentral Mamuju, Daeng Tompo (52), menyebutkan, kenaikan sayuran yang paling terasa adalah wortel, yakni dari Rp 10.000 per kg menjadi Rp 15.000 per kg. Meski begitu, harga sayuran hijau, cabai, dan bawang masih belum ada perubahan dibandingkan dengan sebelum gempa.
”Mungkin harga belum banyak berubah, tetapi pembeli masih sangat kurang karena masih berada di pengungsian. Biasanya saya bisa dapat omzet Rp 1 juta, sejak buka Jumat kemarin maksimal dapat omzet Rp 300.000,” kata Tompo. Dia menambahkan, mayoritas pembeli sayur-mayur adalah para sukarelawan yang membuka dapur umum.
Secara umum, aktivitas jual-beli di dua pasar terbesar di Mamuju itu belum normal. Belum ada pedagang yang berjualan di gedung utama. Mayoritas pedagang hanya berani membuka kios di luar gedung utama dan sisi jalan. ”Kami jaga-jaga supaya kalau ada gempa susulan bisa langsung tutup kios dan melarikan diri,” kata Tompo.
Wali (44), warga Mamuju, mengatakan, sejumlah harga makanan pokok dan sayuran melonjak setelah gempa melanda wilayah ini. Harga tahu dan tempe yang memang tinggi sejak awal tahun, terus naik setelah gempa melanda. Ia berharap pemerintah segera melakukan pemulihan ekonomi agar harga tidak semakin melambung. Pasokan dari luar juga dijaga agar harga barang tidak tinggi setelah tiba di Mamuju.
Untuk mengantisipasi harga pangan yang tinggi di pasaran, Pemerintah Provinsi Sulbar meminta masyarakat untuk berangsur-angsur kembali beraktivitas normal. Hal ini terutama para petani dan nelayan yang memasok bahan kebutuhan pokok.
”Pak Gubernur (Ali Baal Masdar) meminta masyarakat untuk segera bangun kemandirian dengan kembali beraktivitas sehingga kita tidak terlena dengan situasi bencana ini. Mari kita pulihkan bersama perekonomian di Sulbar,” kata Juru Bicara Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Sulbar M Natsir.