Para pengungsi lereng Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diizinkan pulang. Namun, dengan mempertimbangkan aktivitas Merapi yang masih mungkin berubah, warga harus tetap siap untuk kembali mengungsi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pengungsi dari lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diizinkan kembali ke rumah dan meninggalkan pengungsian. Namun, mereka diharapkan selalu waspada terhadap potensi bahaya erupsi serta berbagai dampak aktivitas vulkanik yang masih mungkin terjadi.
”Izin kami berikan juga bukan karena situasi sudah aman. Izin kami berikan sekadar untuk memberi kesempatan kepada warga untuk sementara waktu berada di rumah,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto, Jumat (22/1/2021).
Karena situasi belum aman, menurut Edy, Pemerintah Kabupaten Magelang sebenarnya juga belum mengeluarkan rekomendasi atau menggerakkan semua pengungsi untuk pulang. Sebaliknya, jika ada yang tetap ingin bertahan di pengungsian, Pemkab Magelang akan tetap berupaya mencukupi kebutuhan mereka di pengungsian.
Selain mempertimbangkan keinginan warga yang jenuh dan ingin pulang, kelonggaran izin untuk pulang diberikan mempertimbangkan perubahan pemetaan daerah terdampak erupsi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).
Jika sebelumnya daerah rawan terdampak erupsi dipetakan mengarah ke barat laut, kini diprediksi mengarah ke sektor selatan-barat daya yang meliputi wilayah Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih. Adapun radius bahaya masih 5 kilometer dari puncak.
Edy menambahkan, potensi erupsi eksplosif Gunung Merapi saat ini juga cenderung menurun karena beberapa kali erupsi belakangan cenderung efusif. Di wilayah Kabupaten Magelang, daerah yang sebelumnya terpetakan sebagai daerah rawan terdampak erupsi terdata sembilan dusun di empat desa.
Kondisi itu diharapkan tidak membuat warga lengah karena aktivitas vulkanik berikut arah potensi erupsi Merapi masih dimungkinkan berubah.
Dari pemetaan BPPTKG terakhir, lanjut Edy, desa-desa tersebut memang terpetakan aman karena berada di sisi barat laut. Kendati demikian, kondisi itu diharapkan tidak membuat warga lengah karena aktivitas vulkanik berikut arah potensi erupsi Merapi masih dimungkinkan berubah.
Dengan mempertimbangkan kemungkinan perubahan aktivitas vulkanik tersebut, pengungsi yang sudah pulang ke rumah akan diperhatikan sebagai warga yang rawan terdampak erupsi. Mereka diharapkan juga menyadari bahwa kepulangannya hanya bersifat sementara dan sewaktu-waktu bisa kembali ke pengungsian.
Menyikapi kondisi tersebut, semua tempat evakuasi akhir (TEA) juga harus tetap siaga menerima pengungsi. Oleh karena itu, semua petugas dan relawan di barak-barak pengungsian juga tetap harus menjalani tugas piket jika sewaktu-waktu terjadi gelombang pengungsi.
Ismail, kepala Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, mengatakan, pada Jumat (22/1/2021), dengan mempertimbangkan perubahan pemetaan daerah terdampak erupsi dari BPPTKG, sebanyak 121 warga dari tiga dusun di Desa Krinjing sepakat pulang ke rumah.
Kendati demikian, perubahan pemetaan tersebut tidak akan memengaruhi kesiapsiagaan warga untuk memantau aktivitas vulkanik Merapi. ”Kami masih akan terus intens melakukan ronda dan memantau kondisi Merapi,” ujarnya.
Setiap warga juga akan tetap menyiapkan satu tas berisi berbagai keperluan untuk sewaktu-waktu dibawa jika mesti tiba-tiba mengungsi. Setiap kendaraan juga akan tetap diparkir mengarah ke jalan demi memudahkan kegiatan evakuasi saat diperlukan.
Sebanyak 121 warga Desa Krinjing sebelumnya mengungsi di Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan. Risyanto, Kepala Desa Deyangan, mengatakan, sekalipun pengungsi pulang, barak tetap akan disiapkan untuk menerima pengungsi.
”Bilik-bilik tidak dibongkar dan kasur-kasur masih kami sediakan di dalamnya. Barak tetap siap menampung pengungsi kapan saja diperlukan,” ujarnya.
Pada November 2020, jumlah pengungsi di Kabupaten Magelang terdata mencapai lebih dari 800 orang dan tersebar di sembilan lokasi pengungsian. Namun, pada Jumat (22/1), seiring dengan gelombang pengungsi yang mengajukan izin untuk pulang, jumlah pengungsi tersisa 336 orang di dua lokasi pengungsian.