Sebanyak 936 Vent-I Diberikan Gratis untuk 348 Rumah Sakit di Indonesia
Sebanyak 936 ventilator buatan Indonesia, Vent-I, telah didistribusikan secara gratis ke 348 rumah sakit di seluruh Indonesia. Pengembangan ini menjadi angin segar yang menjawab kebutuhan ventilator yang terbatas.
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sebanyak 936 ventilator buatan Indonesia, Vent-I, didistribusikan gratis ke 348 rumah sakit di seluruh Indonesia. Hal ini menjadi angin segar guna menjawab tingginya kebutuhan ventilator di banyak rumah sakit.
Vent-I adalah ventilator buatan anak bangsa yang dikembangkan Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran Bandung (Unpad), dan Masjid Salman ITB. Inovasi ini mulai diproduksi massal pada 2020.
General Manager Rumah Amal Salman Agis Nurholis, Selasa (19/1/2021), mengatakan, pandemi bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Banyak pihak harus mengambil peran. Pengembangan alat-alat kesehatan oleh para ahli hingga dukungan dana masyarakat menjadi ikhtiar mengurangi potensi kondisi terburuk pasien Covid-19.
”Semoga pandemi segera berlalu. Semoga kita segera mendapatkan kesehatan jasmani dan rohani,” ucapnya.
Rumah Salman ITB menggalang dana untuk pengembangan dan produksi Vent-I demi menjawab tantangan minimnya jumlah ventilator yang tersedia di rumah sakit. Saat ini ada 936 Vent-I yang telah didistribusikan ke 348 rumah sakit di seluruh Indonesia secara gratis.
Dokter di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung Dewi Kusumawati mengapresiasi inovasi pengembangan Vent-I. ”Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Vent-I membantu menunda perburukan oksigenasi. Sementara obat-obatan diberikan sebagai simultan mencegah perburukan kondisi pasien Covid-19,” ucap Dewi.
Sebelumnya, Ike Sri Redjeki dari Tim Konsultan Medis Vent-I dan Dokter Ahli Anestesi menyampaikan, keberadaan Vent-I membantu penanganan Covid-19 di Indonesia. Pemasangannya sederhana sehingga bisa dilakukan tenaga medis, petugas pembantu kesehatan, bahkan pasien sendiri.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Vent-I membantu menunda perburukan oksigenasi. Sementara obat-obatan diberikan sebagai simultan untuk mencegah perburukan kondisi pasien Covid-19.
”Ventilator ini sangat sederhana sehingga bisa dioperasikan dokter umum, perawat, bahkan pasien sendiri. Hanya 1-2 jam membaca instruksinya, orang-orang bisa menggunakan ventilator ini,” ujarnya.
Menurut Ike, keberadaan alat ini bisa mengurangi potensi pasien positif Covid-19 untuk masuk ke tahap lebih kritis. Ventilator ini ditujukan untuk pasien dengan kondisi ringan-menengah. Mereka masih bisa beraktivitas mandiri, tetapi mulai mengalami kesulitan pernapasan.
Dengan memberikan suplai oksigen sekaligus mengurangi radang di paru-paru melalui udara yang telah dihangatkan, ventilator ini membantu pernapasan pasien. Hal itu penting guna mencegah kejadian gagal napas. (Kompas.id, 5/7/2020)
Tak berhenti pada Vent-I, Rumah Amal Salman juga mengembangkan beberapa inovasi alat kesehatan lainnya. Setidaknya ada dua yang dikembangan, yakni High Flow Nasal Cannula (HFNC) dan Personal Negative Pressure Chamber (PNPC).
HFNC ventilator bertujuan memberikan udara dengan laju aliran yang tinggi ke paru-paru secara kontinu yang temperatur dan kelembaban udaranya dapat diatur. Tujuannya agar pasien tetap nyaman dalam menggunakannya.
Sementara PNPC berupa ruang perawatan pasien Covid-19 yang bermanfaat untuk melindungi para tenaga kesehatan dari risiko transmisi infeksi melalui udara. Keduanya telah melewati fase pengujian fungsi oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta dan mulai diproduksi.