Korban Tewas Longsor Sumedang Mencapai 38 Orang, Dua Warga Belum Ditemukan
Korban tewas akibat longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (9/1/2021), telah mencapai 38 orang. Hingga Senin (18/1/2021) malam, dua orang lainnya belum ditemukan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
SUMEDANG, KOMPAS — Enam korban longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ditemukan meninggal, Senin (18/1/2021). Kini, korban tewas akibat longsor yang terjadi pada Sabtu (9/1/2021) itu mencapai 38 orang. Dua orang lainnya belum ditemukan.
Keenam korban adalah Abraham Sihombing (8), Roida Manaor Tampubolon (60), Daniel Alvaro Pasaribu (5), Boston Fanbel Pasaribu (1), Melati Natasya Sihombing (12), dan Rosa Arga Pasaribu (12). Mereka ditemukan di sekitar lokasi longsoran pertama.
Hingga Senin malam, tim SAR gabungan masih berjibaku mencari dua korban lainnya. ”Pencarian difokuskan di sektor dua atau rumah terdampak longsoran pertama. Hal ini berdasarkan keterangan dari keluarga korban yang mengetahui letak rumah dan posisi korban ketika terjadi longsor,” ujar Kepala Basarnas Bandung Deden Ridwansah.
Material longsor yang tebal menjadi kendala tim SAR untuk menemukan korban. Empat ekskavator digunakan untuk menyingkirkan tanah material longsoran dan reruntuhan bangunan. Cuaca cerah dimaksimalkan petugas untuk mencari korban sejak Senin pagi. Sebelumnya, pencarian sering terkendala hujan lebat.
Longsor di Cihanjuang terjadi dua kali, Sabtu pukul 15.30 dan pukul 19.30. Akibatnya, lebih dari 30 rumah tertimbun material longsor. Lokasi longsor berada pada tebing curam setinggi sekitar 20 meter. Di bawah tebing tersebut terdapat permukiman warga. Masih terdapat retakan di dinding tebing sehingga rawan longsor susulan. Musim hujan di Sumedang dan sekitarnya diprediksi hingga Mei.
Cuaca cerah dimaksimalkan petugas untuk mencari korban sejak Senin pagi. Sebelumnya, pencarian sering terkendala hujan lebat.
Ratusan warga dalam radius 30 meter diungsikan untuk mengantisipasi longsor susulan. Tiga lokasi disiapkan sebagai tempat pengungsian, yaitu SD Cipareuag, SD Azahra, dan Taman Burung Parakanmuncang.
Iim Soleh (41), warga Cihanjuang, berharap seluruh korban segera ditemukan. Dengan begitu, warga yang tidak terdampak langsung bisa kembali ke rumah.
”Rumah saya berjarak sekitar 100 meter dari lokasi longsor. Meskipun tidak terkena longsor, harus tetap hati-hati, terutama saat hujan,” ucapnya.
Iim mengatakan, warga akan mematuhi rekomendasi petugas. Namun, saat siang hari, mereka kembali rumah untuk mengecek barang-barang dan kebun.
”Setiap hari harus dicek. Namun, saat malam, kembali mengungsi. Belum berani tidur di rumah,” ujarnya.
Saat longsor kedua terjadi, Iim ikut menyaksikan petugas SAR gabungan yang sedang mencari korban longsor pertama. Ia selamat setelah berlari ke tempat lebih tinggi.
”Banyak warga lari ke bawah sehingga tertimbun longsor. Saya lari ke atas dan alhamdulillah selamat,” ujarnya.
Sebelumnya Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Agus Budianto mengatakan, tebing yang diguyur hujan terus-menerus akan mudah luruh. Musim hujan di Sumedang dan sekitarnya diprediksi hingga Mei sehingga ancaman longsor masih tinggi.
Menurut Agus, longsor seperti di Cimanggung berpotensi terjadi di daerah lain di Jabar selama musim hujan. Dia berharap masyarakat di perbukitan lebih waspada dan mengenali karakteristik kawasan rawan longsor, seperti tanah cenderung berwarna coklat, memiliki jalur air, dan tidak ditumbuhi pohon berakar kuat.