Kasus Baru di Balikpapan Lebih Tinggi Ketimbang Angka Kesembuhan
Tempat tidur untuk merawat pasien Covid-19 di Balikpapan nyaris penuh. Solusi yang cepat dibutuhkan untuk menghindari kematian pasien akibat terlambat mendapatkan perawatan.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Penambahan kasus baru Covid-19 di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, lebih tinggi ketimbang angka kesembuhan pasien. Kondisi ini memicu keterbatasan tempat tidur pasien Covid-19 meski kapasitasnya diklaim telah ditambah
Penambahan kasus harian Covid-19 di Balikpapan terus meningkat tahun ini. Pada Jumat (16/1/2021), kasus terkonfirmasi positif Covid-19 baru tercatat tertinggi di tahun ini, 167 orang. Dari jumlah itu, 49 orang di antaranya disertai gejala sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Tingginya kasus baru itu dibarengi angka kesembuhan yang lebih rendah. Pada hari yang sama, hanya 114 pasien yang dinyatakan sembuh. Akibatnya, rumah sakit dan tempat isolasi mandiri Pemkot Balikpapan kini nyaris penuh.
”Sebelumnya tempat tidur untuk pasien Covid-19 berjumlah 304 unit. Setelah ditambah jumlahnya menjadi 447 unit. Kini, yang sudah terisi 405 unit, artinya hanya tersisa 42 tempat tidur di rumah sakit,” kata Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, yang juga Kepala Satuan Tugas Covid-19 Balikpapan, Sabtu (16/1/2021).
Kondisi serupa juga terjadi di ruang ICU. Dari 37 tempat tidur di ruang ICU khusus pasien Covid-19 saat ini hanya tersisa empat tempat tidur. Ruang yang tersisa adalah ICU khusus anak dan tidak berada di rumah sakit rujukan utama.
Kondisi ini membuat penambahan tempat perawatan untuk pasien Covid-19 yang bergejala harus dilakukan. Solusi yang cepat diperlukan untuk menghindari kematian pasien akibat tidak tertangani di rumah sakit.
”Perluasan tempat tidur sedang kita upayakan, berkoordinasi dengan rumah sakit. Sebab, ruangan yang sebelumnya ditutup sudah dibuka kembali. Akan dibahas juga apakah perlu menjadikan embarkasi haji jadi rumah sakit darurat,” kata Rizal.
Perluasan tempat tidur sedang kita upayakan, berkoordinasi dengan rumah sakit. Sebab, ruangan yang sebelumnya ditutup sudah dibuka kembali. Akan dibahas juga apakah perlu menjadikan embarkasi haji jadi rumah sakit darurat.
Pembatasan
Untuk menekan potensi penularan Covid-19, pergerakan orang di Balikpapan dibatasi pada 15-29 Januari 2021. Penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat itu tertulis dalam Surat Edaran Wali Kota Balikpapan Nomor 300/142/Pem.
Semua perkantoran melakukan sistem kerja dari rumah sebanyak 75 persen dari jumlah tenaga kerja. Tempat wisata, olahraga, dan tempat hiburan malam tak diizinkan beroperasi untuk sementara waktu.
Pusat perbelanjaan dan pusat kuliner hanya boleh menerima pengunjung 50 persen dari kapasitas maksimal. Waktu operasinya juga hanya diperbolehkan hingga pukul 21.00 Wita.
Selama masa pembatasan ini, Satgas Covid-19 Balikpapan akan memastikan pelacakan kontak erat dan kasus baru berjalan baik. Setiap orang yang terkonfirmasi positif akan dipantau agar melakukan isolasi mandiri. Jika rumah tak memungkinkan, orang tanpa gejala akan diisolasi di embarkasi haji Balikpapan.
”Saat ini tracing (pelacakan kasus) di Balikpapan sudah berjalan mandiri. Meskipun kita juga membuka kesempatan tracing gratis, ketika ada yang terkonfirmasi positif, kontak erat langsung melakukan tes sendiri,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Balikpapan Andi Sri Juliarty.
Karena inisiatif tersebut, saat ini angka tes di Balikpapan mencapai 5,85 tes per 1.000 penduduk per pekan. Itu sudah melebihi standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menganjurkan 1 tes per 1.000 penduduk per pekan untuk mengetahui gambaran kasus sesungguhnya.
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman Samarinda, Ike Anggraeni, mengatakan, ketersediaan tempat perawatan yang memadai adalah bagian yang tak terpisahkan dari 3T, yakni testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan), dan treatment (perawatan). Ia mengatakan, ruang perawatan yang sesuai standar adalah bagian penting dari poin perawatan.
”Ruangan dan tempat tidur di rumah sakit adalah bagian penting dalam proses perawatan untuk mengurangi risiko kematian akibat Covid-19. Jika kapasitas rumah sakit nyaris penuh, solusinya perlu dicarikan segera. Selama masa pembatasan ini, warga juga perlu menahan diri untuk bepergian dan berkumpul di luar rumah,” kata Ike.