Jalur Evakuasi Sisi Barat Daya Merapi di Sleman Minim Penerangan
Pemerintah Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan minimnya penerangan jalur evakuasi di desa tersebut. Hal itu dikhawatirkan membahayakan proses evakuasi warga.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Jalur evakuasi ancaman bencana Gunung Merapi di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih minim penerangan. Hal ini dikhawatirkan membahayakan proses evakuasi warga di sisi barat daya gunung jika erupsi terjadi malam hari.
”Yang jadi masalah kami (terkait evakuasi) adalah lampu penerang jalan. Sebab, bagaimanapun juga, peran lampu penerangan sangat vital. Setidaknya di titik-titik pertigaan jalan,” kata Kepala Desa Girikerto Sudibya saat dihubungi pada Selasa (12/1/2021).
Sudibya menyampaikan, pihaknya sempat mengusulkan penambahan lampu penerangan jalan sejak 2020 kepada pemerintah kabupaten. Namun, usulan itu belum ditindaklanjuti. Pemerintah desa pun kembali mengirimkan proposal permohonan penambahan lampu penerangan jalan bersamaan dengan perbaikan barak pengungsian, pekan lalu.
”Apa pun wujud lampunya. Kami tidak mengharapkan lampu tertentu. Yang terpenting, jalan bisa terang sehingga mempermudah evakuasi. Sebab, kapan terjadinya erupsi tidak pernah bisa diketahui,” kata Sudibya.
Selanjutnya, Sudibya menyatakan, kesiapan jalur evakuasi sangat penting. Hal itu berkaitan dengan terjadinya sejumlah guguran lava pijar yang mengarah ke sisi barat daya dari puncak Merapi dalam sepekan terakhir. Di sisi lain, status gunung terebut juga masih Siaga (Level III), yang menandakan aktivitas vulkanik masih tinggi.
Dihubungi terpisah, Camat Turi Subagyo mengakui, penerangan jalan sangat kurang, termasuk di wilayah Desa Girikerto. Penyebabnya, kondisi geografis desa yang dikelilingi kebun salak. Jalan-jalan yang dilalui untuk keperluan evakuasi juga relatif sempit.
”Keberadaan kebun salak ini membuat jalan relatif gelap. Ini ada di tiga dusun, yaitu Dusun Ngandong, Tritis, dan Sidorejo,” kata Subagyo.
Subagyo menambahkan, pihaknya berencana mengirimkan surat permohonan kepada Dinas Perhubungan Sleman untuk menambah lampu penerangan jalan. Penambahan lampu diharapkan segera dilakukan.
Dihubungi terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan Sleman Arip Pramana mengklaim, pemasangan lampu penerangan jalan telah dilakukan. Lampu penerangan jalan untuk jalur evakuasi dipasang di tiga desa sisi barat daya lereng Merapi, yakni Desa Girikerto dan Desa Wonokerto di Kecamatan Turi, dan Desa Purwobinangun di Kecamatan Pakem.
”Di Desa Girikerto sudah ada beberapa yang dipasangi pada jalur evakuasi. Mungkin, kalau yang dimaksudkan (belum dipasang lampu) itu belum terang, ya, bisa jadi. Sebab, memang pemasangannya belum merata. Saya sedang kroscek lagi lokasi-lokasi yang belum terpasang,” kata Arip.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Sleman Joko Supriyanto menyatakan, warga yang tinggal di sisi barat daya lereng Merapi, yakni di Kecamatan Turi dan Pakem, belum direkomendasikan untuk mengungsi. Pihaknya masih mengikuti rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Evakuasi baru akan dilakukan jika ada perluasan skala ancaman.
Menurut BPPTKG, dalam status Siaga (Level III), ancaman utama masih dalam radius 5 kilometer dari puncak dan berada di sisi tenggara, yakni Kecamatan Cangkringan, Sleman. Oleh karena itu, warga yang sudah mengungsi lebih dahulu adalah warga Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY.