Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, hampir setiap hari meletus dengan skala kecil. Warga diminta tetap waspada karena karakter Sinabung bisa sewaktu-waktu meletus dengan skala lebih besar.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, hampir setiap hari meletus dengan skala kecil. Warga diminta tetap waspada karena karakter Sinabung bisa sewaktu-waktu meletus dengan skala lebih besar.
”Sejak awal tahun ini, Sinabung meletus hampir setiap hari dengan tinggi kolom abu 700-1.000 meter. Bahaya letusan bisa dihindari dengan tidak masuk ke zona merah,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Perangi-angin, Senin (11/1/2021).
Meskipun terjadi hampir setiap hari, kata Natanael, erupsi Sinabung sejauh ini tidak mengganggu aktivitas masyarakat. Abu vulkanis yang dimuntahkan gunung api itu tidak sampai ke permukiman atau ladang warga karena volumenya yang kecil. Turunnya hujan juga membuat dampak abu tidak signifikan.
Hujan abu pekat biasanya terjadi ketika tinggi kolom abu mencapai 3.000 meter. Abu vulkanis biasanya menumpuk dan beterbangan di jalan, permukiman, dan ladang.
Natanael mengatakan, mereka kini terus melakukan sosialisasi kepada warga agar selalu siap siaga menghadapi bencana letusan dan tidak masuk ke zona merah. Jalur evakuasi juga disiapkan untuk semua desa di sekitar Sinabung.
Pengamat di Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung, Armen Putra, mengatakan, sejak awal tahun ini Sinabung sudah erupsi sebanyak 14 kali dengan tinggi kolom 700-1.000 meter. ”Terakhir, Sinabung erupsi pada Minggu (10/1/2021) dengan tinggi kolom abu tidak teramati karena tertutup kabut,” kata Armen.
Terakhir, Sinabung erupsi pada Minggu (10/1/2021) dengan tinggi kolom abu tidak teramati karena tertutup kabut. (Armen Putra)
Armen mengingatkan, erupsi yang terjadi dengan sangat intensif menandakan aktivitas gunung api berstatus Level III (Siaga) itu masih cukup tinggi. Selain erupsi, Sinabung juga masih memuntahkan guguran lava yang meluncur hingga 1.000 meter dari kawah ke arah timur dan tenggara.
Asap kawah berwarna putih dengan ketinggian 50-300 meter di atas kawah juga masih teramati yang menandakan adanya tekanan di mulut kawah.
Armen mengatakan, aktivitas kegempaan Sinabung juga masih tetap tinggi dengan didominasi gempa guguran yang menandakan ketidakstabilan dan runtuhnya kubah lava. Gempa lainnya ialah jenis hibrid yang menunjukkan adanya pertumbuhan kubah lava dan gempa frekuensi rendah yang menandakan adanya pasokan energi dari dapur magma.
Armen mengingatkan, gempa guguran menunjukkan potensi awan panas guguran yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Awan panas adalah ancaman paling besar dan sudah beberapa kali memakan korban jiwa di Sinabung.
Warga pun diminta tetap waspada dan disiplin menjauhi zona merah. Saat musim hujan seperti sekarang, potensi lahar hujan juga sangat besar karena air bisa membawa material vulkanis Sinabung yang menumpuk di lereng gunung. Bahaya lahar hujan pun tidak hanya di zona merah, tetapi juga di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Sinabung.
Yahya Ginting (57), warga Kecamatan Naman Teran, mengatakan, warga masih beraktivitas seperti biasa. Warga pergi ke ladang dan aktivitas perekonomian di desa tetap berjalan seperti biasa. Petani pun berharap, aktivitas Sinabung bisa mereda agar tidak merusak tanaman mereka.