Polda Sumsel Ambil Data Antemortem Keluarga Korban Sriwijaya Air
Tim DVI Polda Sumsel mengambil data antemortem Indah Halimah Putri, salah satu korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 PK-CLC, di RS Bhayangkara Palembang. Selanjutnya data ini akan dikirim ke Mabes Polri.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Yusri Lanita (48), ibu dari salah satu korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 PK-CLC, Indah Halimah Putri (26), mendatangi RS Bhayangkara Palembang, Senin (11/1/2021). Kedatangannya untuk menjalani pemeriksaan ante-mortem sebagai data awal identifikasi korban.
Indah menjadi salah satu penumpang dari pesawat naas tersebut. Dia pergi bersama suaminya, Rizki Wahyudi (27 tahun), putranya bernama Arkana Nadhif (7 bulan), ibu mertua Indah bernama Rosi Wahyuni, dan keponakannya bernama Nabila Anjani.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Sumsel Komisaris Besar Syamsul Bahar menuturkan, kedatangan keluarga korban bertujuan untuk menjalani pemeriksaan antemortem, seperti pemeriksaan DNA, pemeriksaan struktur gigi, data medis, dan beragam proses pemeriksaan lainnya. Nantinya data tersebut akan langsung dikirim ke Pusat Kedokteran dan Kesehatan Mabes Polri di Jakarta.
Dalam proses pemeriksaan, Yusri didampingi sejumlah sanak keluarga dan tetangga. Mereka datang dari kediamanya di Desa Sungai Pinang 2, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Sesampainya di RS Bhayangkara, mereka langsung memasuki ruang pemeriksaan guna menjalani pengambilan data antemortem yang ditangani langsung petugas Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumsel.
Hanya Yusri yang diambil sampel DNA-nya karena sang suami, Ridwan, sudah bertolak ke Jakarta untuk melihat proses evakuasi. Setelah 1,5 jam menjalani pemeriksaan, Yusri langsung keluar dari ruangan dengan dirangkul salah satu keluarganya. Tubuhnya agak gontai, tetapi wajahnya tampak tegar.
Bahkan, dia berusaha untuk tetap kuat menghadapi masalah ini. ”Semoga semua korban dapat segera ditemukan. Bagi keluarga korban tetap kuat dan jangan patah semangat,” ujar Yusri.
Sebenarnya, dia ingin menyusul suaminya melihat proses evakuasi para korban. ”Kalau kondisi sudah sehat saya ke Jakarta,” ucapnya. Namun jika kondisi terburuk terjadi, yakni anaknya meninggal, dia berharap agar dapat dikebumikan di dekat tempat tinggalnya di Sungai Pinang, Ogan Ilir.
Perwira Urusan DVI Polda Sumsel, Andry Budiman, menuturkan, pemeriksaan antemortem ini bertujuan untuk memberikan data awal guna proses identifikasi korban. ”Nantinya jika ada korban yang ditemukan, tentu akan disesuaikan dengan data yang sudah dikumpulkan ini,” ujar Andry.
Dalam proses pemeriksaan antemortem, diambil sejumlah data mulai dari sampel darah kering dan darah basah, kemudian struktur gigi, berlanjut dengan ciri-ciri pendukung yang ada di tubuh korban seperti dari tanda lahir dan ciri lain yang ada di tubuh korban.
Nantinya jika ada korban yang ditemukan, tentu akan disesuaikan dengan data yang sudah dikumpulkan ini. (Andry Budiman)
Selain itu, ada data terkait pakaian terakhir yang digunakan korban termasuk aksesori yang digunakan seperti jam tangan. Untuk data ini, menurut Andry, semua ditanyakan kepada orang yang terakhir kali bertemu dengan korban atau dengan melihat foto yang terakhir yang dikirim oleh korban. Yusri terakhir bertemu anaknya tersebut pada 25 Desember 2020 di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.
Selain pengambilan sampel darah dan juga ciri-ciri korban, menurut Andry, pihaknya juga melakukan pendampingan untuk memulihkan psikologis keluarga korban. Secara umum, kondisi ibu korban sudah lebih baik dibanding hari sebelumnya. ”Keluarga sudah mulai terlihat kuat dan tegar,” katanya.
Ada satu lagi warga Sumsel yang menjadi korban maskapai Sriwijaya Air SJ 182 PK-CLC. Dia adalah Rion Yogatama (30), warga Kota Lubuklinggau. Menurut Andry, data antemortem sudah didapat oleh Mabes Polri karena keluarga korban langsung ke Jakarta.