Dua Siswa Positif, SMAN 1 Mataram Hentikan Pembelajaran Tatap Muka
SMAN 1 Mataram, NTB, menghentikan pembelajaran tatap muka terbatas dan kembali ke sistem daring. Hal itu untuk mencegah penularan setelah dua siswanya terkonfirmasi positif Covid-19.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Setelah berjalan selama satu minggu, aktivitas belajar tatap muka terbatas di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Mataram, Nusa Tenggara Barat, dihentikan sementara dan kembali ke sistem belajar daring. Keputusan itu diambil setelah dua siswa terkonfirmasi positif Covid-19.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat SMAN 1 Mataram Ilhamuddin Aminullah, di Mataram, Minggu (10/1/2021), mengatakan, awalnya satu siswa diketahui positif Covid-19 pada Selasa (5/1/2021). Info itu diterima langsung wali kelas dari orangtua siswa yang bersangkutan. ”Siswa ini belum pernah masuk sekolah. Pada Senin atau hari pertama masuk sekolah, orangtuanya sudah meminta izin untuk tes antigen,” kata Ilhamuddin.
Menurut Ilhamuddin, setelah ditelusuri, meski tidak pernah masuk sekolah, siswa yang kemudian terkonfirmasi positif itu memiliki riwayat kontak dengan salah satu teman kelasnya. Siswa kedua ini masuk sekolah sejak Senin hingga Rabu. ”Oleh karena itu, kami memintanya melakukan tes. Kamis pagi, diperoleh informasi jika hasilnya positif,” katanya.
Ilhamuddin menambahkan, pihak sekolah langsung berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB. Dari sana, diputuskan semua siswa belajar dari rumah mulai Sabtu (9/1/2021) hingga Rabu (13/1/2021).
Menindaklanjuti hal itu, Kepala SMAN 1 Mataram langsung mengeluarkan surat edaran. Dalam surat edaran itu, orangtua juga diminta memfasilitasi dan mengawasi siswa selama pembelajaran daring serta tetap memantau penerapan protokol kesehatan dalam lingkungan keluarga.
Selain surat edaran untuk orangtua/wali murid, pihak SMAN 1 Mataram juga melanjutkan penelurusan riwayat kontak dua siswa yang terkonfirmasi positif. Tercatat, ada 16 siswa lain yang belajar satu kelas dengan mereka pada sif kedua pembelajaran tatap muka terbatas.
”Sampai pagi tadi, kami sudah menerima laporan ada enam siswa yang sudah melakukan pemeriksaan dan seluruhnya negatif. Orangtua mereka berinisiatif melakukan tes mandiri untuk anak-anaknya. Adapun untuk guru-guru juga akan dilakukan. Datanya sudah kami serahkan ke dinas,” kata Ilhamuddin.
Menurut Ilhamuddin, sekolah menyemprot disinfektan ke seluruh ruangan sekolah. Sekolah juga menyampaikan informasi tersebut kepada seluruh orangtua serta meminta mereka tetap tenang dan tidak khawatir. ”Kami agak telat menyampaikan informasi karena kami perlu melakukan check and recheck terlebih dahulu jangan sampai informasi yang diterima keliru atau hoaks,” kata Ilhamuddin.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB Aidy Furqan sebelumnya mengatakan, pelaksanaan belajar tatap muka terbatas dengan sistem sif atau blok untuk SMA dan sederajat atas persetujuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTB.
Pembelajaran tatap muka itu juga sejalan dengan perubahan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri, yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, serta Menteri Dalam Negeri. ”SKB yang keluar 20 November 2020 menegaskan bahwa layanan tatap muka bisa dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan. Zonasi penyebaran Covid-19 yang dirilis pemerintah pusat tidak jadi pertimbangan lagi,” kata Aidy.
Menurut Aidy, sejak awal Agustus, NTB sebenarnya sudah mulai melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka. Sistem itu mengadopsi cara daring dan luring, yakni masuk sekolah dan belajar dari rumah.Mulai 4 Januari, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB mengeluarkan prosedur standar operasi yang mengacu pada SKB Empat Menteri untuk meneruskan simulasi tatap muka selama tiga bulan lebih menjadi tatap muka terbatas.
Pembelajaran tatap muka terbatas dengan sistem sif membagi siswa dalam satu kelas ke dalam dua kelompok belajar. Kelompok pertama belajar pagi dan kelompok kedua siang. Setiap kelompok belajar sekitar 3,5 jam. ”Sehingga akan berlaku sistem belajar 50:50. Misalnya, siswanya 200 orang, maka di pagi 100 orang dan agak siang 100 orang lagi,” kata Aidy.
Selain membagi siswa dalam dua kelompok belajar, pola duduk siswa juga diatur, misalnya berbentuk zig-zag dengan jarak minimal 1,5 meter sehingga tidak bersentuhan. Dengan pola itu, dalam satu ruangan maksimal diisi 18 siswa.
Menurut Aidy, sekolah juga diminta menyiapkan fasilitas untuk mendukung penerapan protokol kesehatan, termasuk alat pengukur suhu tubuh, fasilitas cuci tangan dengan sabun, dan menyiapkan tim satuan tugas Covid-19 di sekolah yang juga melibatkan siswa.
SMAN 1 Mataram termasuk salah satu sekolah yang sejak awal masuk dalam kategori siap melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas. Seluruh prosedur, termasuk penyediaan fasilitas, telah dilakukan sekolah tersebut.
Meski demikian, menurut Kepala Dinas Kesehatan NTB Nurhadini Eka Dewi, sekolah tersebut sementara harus ditutup untuk penelurusan riwayat kontak dan disinfeksi. ”Ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak bahwa risiko penularan tidak hanya terjadi saat belajar, tetapi juga datang dari pergaulan di luar sekolah,” kata Eka.