Karena terbukti reaktif, sembilan pengungsi Merapi terpaksa menjalani isolasi mandiri di lokasi terpisah di luar barak pengungsian. Kondisi kesehatan mereka akan terus dipantau selama 14 hari.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebanyak sembilan pengungsi di dua lokasi pengungsian di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ditempatkan dalam ruang terpisah dan tidak bergabung dengan keluarga serta para pengungsi lain. Upaya ini dilakukan setelah hasil tes cepat Covid-19 menyatakan mereka reaktif.
”Para pengungsi ini ditempatkan untuk menjalani karantina mandiri dan akan terus dipantau kondisi kesehatannya oleh petugas kesehatan selama 14 hari,” ujar Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Oktora Kunto Edy, Sabtu (9/1/2021).
Dari sembilan pengungsi yang reaktif tersebut, sebanyak empat orang merupakan warga Dusun Babadan II, Desa Paten, Kecamatan Dukun, yang mengungsi di Balai Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, dan lima orang lainnya adalah pengungsi asal Dusun Babadan I, Desa Paten, yang mengungsi di Balai Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan.
Para pengungsi ini ditempatkan untuk menjalani karantina mandiri dan akan terus dipantau kondisi kesehatannya oleh petugas kesehatan selama 14 hari.
Tes cepat di dua lokasi tersebut dilaksanakan minggu lalu setelah warga kembali ke lokasi pengungsian pada Selasa (5/1/2021) dan Kamis (7/1/2021). Hasil tes cepat kemudian sudah ditindaklanjuti tes antigen, yang kemudian menyatakan bahwa mereka negatif saat dites cepat antigen.
Karena hasil tes antigen memiliki tingkat akurasi 95 persen, Kunto mengatakan, sembilan pengungsi ini diputuskan tidak perlu menjalani tes usap. Kendati demikian, dengan mempertimbangkan hasil tes cepat yang menyatakan reaktif, kondisi kesehatan dari sembilan orang ini pun dinilai perlu untuk terus dipantau dan dipisah sementara waktu.
Bagi warga yang diketahui reaktif, menurut dia, sebenarnya tetap terbuka kemungkinan bagi mereka untuk menjalani isolasi mandiri di rumah, dengan dipantau oleh anggota keluarga. Namun, mengingat aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang terus cenderung meningkat, mereka pun disarankan untuk menjalankan isolasi dengan tetap berada di lokasi pengungsian.
Kunto mengatakan, jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang bersiaga menyiapkan peralatan pendukung dan tenaga untuk pelaksanaan tes cepat. Upaya ini dilakukan karena seiring dengan peningkatan aktivitas vulkanik Merapi, jumlah pengungsi diperkirakan masih akan terus bertambah.
Tes cepat juga wajib untuk terus dilakukan ketika pengungsi yang pulang ke desa, kemudian memutuskan kembali ke lokasi pengungsian.
”Upaya tes cepat perlu dilakukan bagi setiap warga pendatang, sebagai antisipasi agar di barak-barak tidak muncul adanya kluster pengungsian,” ujarnya.
Tes cepat perlu dilakukan karena jumlah pengungsi terus cenderung fluktuatif. Banyak pengungsi yang tiba-tiba memutuskan pulang ke desa untuk mengurus keperluan keluarga selama beberapa hari, dan setelah itu kembali ke barak pengungsian. Padahal, selama berada di rumah, risiko tertular Covid-19 tetap tinggi karena tidak diketahui mereka sudah melakukan kontak dengan siapa, dan bepergian ke mana saja.
Agus Firmansah, sekretaris Desa Banyurojo sekaligus koordinator pengungsian di Balai Desa Banyurojo, mengatakan, lima pengungsi yang diketahui reaktif tersebut kini ditempatkan di gudang di kompleks Balai Desa Banyurojo. Sekalipun gudang, ruangan itu telah ditata rapi agar nyaman dihuni, sama seperti barak.
Mereka juga tetap dilayani dan dipenuhi kebutuhan makannya, sama seperti pengungsi yang lain.
”Setiap hari selalu ada petugas ataupun warga pengungsi lain yang mengantarkan makanan bagi mereka,” ujarnya.
Petugas dari puskesmas terdekat juga sudah memastikan untuk terus memantau kondisi kesehatan pengungsi secara berkala.
Wahyudi, salah satu koordinator pengungsi asal Dusun Babadan I, mengatakan, aktivitas lalu lalang warga di pengungsian memang tidak bisa dihindari. Hampir setiap hari, sejumlah warga meminta izin pulang untuk mengurus keperluan bertani dan mengurus hewan ternak selama beberapa hari, kemudian tiba-tiba pulang kembali ke lokasi pengungsian.