Ditangkap Warga dengan Mata Pancing Besi, Buaya Muara Mati
Seekor buaya muara mati setelah ditangkap warga dengan mata pancing besar dan umpan bebek di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Terdapat luka sepanjang 15 sentimeter di kerongkongan buaya.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
STABAT, KOMPAS — Seekor buaya muara (Crocodylus porosus) mati setelah ditangkap warga dengan mata pancing besar dan umpan bebek di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Terdapat luka sepanjang 15 sentimeter di kerongkongan buaya. Petugas kini melakukan sosialisasi agar penangkapan buaya dilakukan dengan tidak membahayakan satwa dilindungi itu.
”Masyarakat menangkap buaya karena resah melihat kemunculan buaya di Sungai Sangga Lima yang dekat dengan ladang dan permukiman warga,” kata Kepala Seksi Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumut Herbert Aritonang di Medan, Kamis (7/1/2021).
Herbert mengatakan, warga mulai melihat buaya di Sungai Sangga Lima, Desa Pulau Banyak, Kecamatan Tanjung Pura, Langkat, 40 hari belakangan. Diperkirakan, ada tiga buaya dewasa yang muncul di sungai itu. Sebelumnya warga tidak pernah melihat buaya di sekitar desa itu.
Warga pun resah sehingga memutuskan menangkap buaya. Mereka menggunakan umpan bebek dengan mata pancing buatan dari besi yang dibengkokkan. Warga berhasil menangkap seekor buaya pada Selasa malam.
Masyarakat pun langsung melaporkan buaya itu ke kantor BBKSDA Wilayah II Stabat. ”Kami langsung datang dan mengevakuasi buaya tersebut,” kata Herbert. Melihat kondisi satwa yang terluka, kata Herbert, buaya itu langsung ditangani dokter hewan Fatimah Sari.
Sari mengatakan, tindakan pertama yang mereka lakukan adalah mengeluarkan mata pancing besi. Namun, pihaknya sempat kesulitan karena mata pancing cukup besar. Tim medis pun akhirnya berhasil mengeluarkannya setelah satwa dibius.
Masyarakat diharapkan melapor ke BBKSDA Sumut dan menangkap buaya dengan alat yang aman bagi satwa.
Satwa pun dititipkan di Penangkaran Buaya Asam Kumbang, Medan. Menurut Sari, kondisi kesehatan buaya betina dengan panjang sekitar 2,5 meter dan berat 100 kilogram itu terus menurun. Selain adanya luka di kerongkongan, ada juga sisa makanan yang membusuk di sana sehingga menimbulkam infeksi. Buaya tersebut pun tak bisa bertahan hingga mati pada Rabu malam.
Petugas pun kini melakukan sosialisasi agar penanganan konflik satwa dilakukan masyarakat sesuai dengan prosedur. Masyarakat diharapkan melapor ke BBKSDA Sumut dan menangkap buaya dengan alat yang aman bagi satwa. Saat ini masih ada dua buaya di sekitar desa itu.
Lembu dimangsa harimau
Masih di Langkat, konflik harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan masyarakat kembali terjadi di Desa Lau Damak, Kecamatan Bahorok. Dua lembu yang diangon mati dimangsa harimau.
”Harimau memangsa ternak lembu yang diangon sekitar 1 kilometer dari batas Taman Nasional Gunung Leuser. Lokasi itu berstatus hutan produksi terbatas yang saat ini dikuasai warga,” kata Kepala Bagian Tata Usaha BBKSDA Sumut Teguh Setiawan.
Teguh mengatakan, petugas sudah menyosialisasikan agar warga tidak meninggalkan ternaknya pada malam hari di dekat hutan. Hal itu karena wilayah di sekitar TNGL itu memang merupakan habitat harimau sumatera.
Teguh mengatakan, peristiwa serupa terjadi pada 25 Desember lalu. Seekor lembu milik warga dimangsa harimau. Lokasinya hanya berjarak sekitar 800 meter dari kejadian terakhir. ”Mengingat wilayah jelajah harimau Sumatera sampai 17 kilometer persegi, kami perkirakan harimau yang memangsa lembu itu adalah satwa yang sama,” kata Teguh.
Teguh mengatakan, pihaknya saat ini memasang kamera jebak di beberapa titik untuk memantau pergerakan harimau. Sejauh ini belum ada rencana evakuasi. Pihaknya pun berencana membakar lembu sisa mangsa harimau itu. Berdasarkan pengalaman petugas BBKSDA, pembakaran sisa mangsa membuat dominansi harimau terhadap mangsanya menjadi hilang. Harimau biasanya langsung masuk ke hutan.
Petugas BBKSDA pun telah melakukan sosialisasi penanganan satwa kepada warga agar konflik tidak merugikan warga dan satwa. Penanganan konflik sangat penting mengingat status harimau sumatera merupakan satwa dilindungi yang terancam punah dengan populasi yang tersisa sekitar 600 individu.