Perahu Kelebihan Muatan, Lima Orang Tewas Tenggelam di Waduk Cirata
Sebuah perahu yang mengangkut delapan penumpang terbalik di Waduk Cirata, Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (1/1/2021). Perahu tersebut dinilai tidak layak digunakan dan kelebihan muatan.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Perahu kayu tanpa mesin yang mengangkut delapan penumpang terbalik di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (1/1/2021). Akibatnya, lima orang tewas pada kejadian ini. Perahu yang dikemudikan anak berusia sembilan tahun itu kelebihan muatan dan tidak layak digunakan.
Kecelakaan itu bermula saat delapan warga Kampung Pasir Wetan, Desa Sirnagalih, Kecamatan Maniis, yang masih satu keluarga, pulang dari keramba jaring apung (KJA) di tengah Waduk Cirata. Dengan perahu yang sama, mereka berangkat pagi untuk makan bersama di KJA, dan bergegas pulang sekitar pukul 12.00
Akan tetapi, perjalanan pulang tidak semulus sebelumnya. Perahu sepanjang tak lebih dari 2 meter itu tiba-tiba oleng, terbalik, dan tenggelam, sekitar 20 meter dari daratan yang hendak mereka tuju. Kedalaman perairan di lokasi kejadian sekitar 6 meter.
Setelah mendapat laporan dari warga sekitar, petugas tim gabungan mengevakuasi para korban. Mereka berasal dari Kantor SAR Bandung, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Purwakarta, Polsek Maniis, Dinas Perhubungan Cianjur, dan Satpol PP Kecamatan Maniis. Pencarian berbuah hasil. Sekitar pukul 18.30, semua korban tewas ditemukan.
Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansyah menyampaikan, ada empat penumpang perahu yang tewas. Mereka adalah Ai Latifah (14), Eneng (25), Zian (1), dan Aqila (7).
Seorang korban tewas lainnya, Badar (25), bukan penumpang perahu. Dia warga setempat yang hendak menolong penumpang perahu, tetapi kewalahan dan justru tenggelam. Sementara empat penumpang perahu yang selamat yakni Angga (9), Desi (10), Ika (16), dan Siti (14).
Ironisnya, Angga, bocah yang selamat dalam kejadian itu adalah pengemudi perahu naas itu. Angga disebut sudah terbiasa mengemudikan perahu itu. Namun, membiarkan anak berusia sembilan tahun mengemudikan perahu di waduk berair keruh dan berarus bawah kencang seperti Cirata tetap saja berpotensi memicu bahaya.
Kepala Polsek Maniis Ajun Komisaris Suparlan mengatakan, saat kejadian, Angga selamat karena segera melompat dari perahu. Namun, besar kemungkinan penumpang lain panik sehingga tenggelam dan tidak dapat menyelamatkan diri.
Selain itu, perahu yang digunakan korban tidak layak. Panjang perahu kayu lebih kurang hanya 2 meter dengan lebar kurang dari 1 meter. Dengan ukuran itu, perahu seharusnya paling banyak membawa tiga penumpang.
”Kebetulan korban masih semuanya keluarga besar. Mereka membawa perahu dan menjadi korban, kemungkinan tidak ada orang yang dijadikan tersangka,” ucap Suparlan.
Kondisi perahu tidak layak dan dikemudikan anak berusia sembilan tahun.
Terulang
Kejadian serupa di Cirata pernah terjadi pada Desember 2017. Saat itu, enam korban perahu tempel tenggelam dan tewas. Korbannya adalah Dadang (60), Ny Cicah (60), Ny Iat (60), Ny Rus (50), Dudun (8), dan Siti Nurhasanah (10). Semuanya juga keluarga besar yang juga warga Desa Sinargalih, Maniis.
Seperti kejadian kali ini, diduga perahu yang saat itu mereka tumpangi karam akibat kelebihan muatan. Selain mengangkut manusia, perahu membawa hasil panen cabai, kacang panjang, dan jagung yang ditanam para korban di Pulau Cinusa, sebuah pulau berupa gundukan tanah seluas 3 hektar di tengah waduk.
Kapal fiber berwarna putih berukuran 6 meter x 2,5 meter dengan mesin motor itu kehilangan keseimbangan dan perlahan tenggelam menukik mulai dari bagian depan. Kapal yang berangkat dari Pulau Cinusa dan hendak kembali ke daratan melalui Dermaga Kampung Rawa Taal itu karam saat baru berjalan belasan meter.