Libur Natal, Kunjungan Hotel di Jabar Menurun Drastis
Rata-rata okupansi hotel di Jawa Barat maksimal 30 persen sebagai dampak kewajiban tes antigen untuk wisatawan dalam masa wabah Covid-19. Situasi serupa juga dirasakan oleh pengelola objek wisata.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Pemberlakuan aturan tes cepat antigen hingga larangan berkerumun berdampak pada kunjungan wisatawan di Jawa Barat. Okupansi hotel selama libur akhir tahun 2020 hanya menyentuh 30 persen. Kunjungan beberapa destinasi wisata pun menurun drastis.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat Herman Muchtar saat dihubungi di Bandung, Minggu (27/12/2020) menyatakan, okupansi maksimal 30 persen ini pun hanya terjadi di destinasi utama. Daerah-daerah tersebut antara lain Kota Bandung, Bogor, Kabupaten Pangandaran, Garut, hingga Kota Cirebon.
Di liburan sebelumnya atau 28 Oktober-1 November 2020, okupansi hotel di Jabar terutama destinasi wisata utama mencapai 50 persen. Hal tersebut, tutur Herman, diperkirakan terjadi karena pengumuman warga untuk tidak berlibur ke Jabar selama akhir tahun ini.
“Di daerah-daerah lain bahkan tidak sampai 30 persen. Kebanyakan pengunjung batal menginap dengan alasan tidak mau melakukan tes cepat. Jadi, mereka memilih untuk tidak berlibur,” ujarnya.
Ketentuan ini muncul sebagai bentuk antisipasi persebaran Covid-19 di Jabar. Sebelumnya, Pemerintah Jabar mengimbau wisatawan untuk menunda kunjungan dalam menyambut liburan akhir tahun 2020 ke provinsi tersebut. namun, jika tetap ingin melakukan kunjungan, wisatawan harus membawa hasil negatif dari tes cepat antigen atau tes PCR sebelumnya.
Herman berujar, ketentuan tersebut diterapkan ke seluruh wilayah Jabar sehingga berdampak pada kunjungan wisatawan secara keseluruhan. Apalagi, lebih dari 50 persen wisatawan di Jabar berasal dari luar wilayah provinsi, di antaranya berasal dari DKI Jakarta.
“Orang-orang tidak mau repot melakukan pemeriksaan, sehingga mereka memilih membatalkan. Kami berharap pemerintah memikirkan kembali ketentuan yang ada karena kami di hotel telah menerapkan protokol kesehatan dengan maksimal,” papar Herman.
Penerapan protokol ini, papar Herman, telah dilaksanakan selama fase Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) yang berlaku di Jabar sejak pertengahan 2020. Apalagi, kamar hotel merupakan ranah privat sehingga dianggap tidak berpotensi peningkatkan persebaran Covid-19.
“Kalau untuk restoran di hotel, selama ini kami mampu memastikan pembatasan kapasitas. Biasanya saat sarapan kami memberikan pilihan jadwal agar tamu tidak sarapan di saat yang bersamaan. Kalau turun drastis seperti ini, kami jadi sulit,” ujarnya.
Tidak hanya hotel, destinasi wisata pun terdampak, salah satunya Bandung Zoo atau Kebun Binatang Kota Bandung. Humas Bandung Zoo Sulhan Syafii menuturkan, kunjungan di libur hari natal tahun 2020 turun hingga 90 persen dibanding tahun sebelumnya.
“Tahun lalu, pengunjung Kebun Binatang Bandung di libur hari natal lebih dari 6.000 pengunjung. Sekarang hanya 700-an,” ujar Sulhan. Dari kunjungan tersebut, sebanyak 80 persen pengunjung berasal dari Kota Bandung.
“Dulu komposisinya 60 persen dari luar kota Bandung, tetapi sekarang berbalik. Tampaknya orang-orang tidak mau repot melakukan pemeriksaan kesehatan untuk berwisata,” ujarnya.
Sertifikasi
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Dewi Kaniasari menuturkan, imbauan untuk melakukan pemeriksaan sebelum masuk ke Kota Bandung berdampak besar. Apalagi, sebagian besar wisatawan di Kota Bandung berasal dari luar daerah.
“Memang sulit untuk benar-benar menutup pintu bagi wisatawan. Apalagi aspek pariwisata menjadi sumber penghasilan sebagian besar warga Bandung. Jadi, kami menekankan protokol kesehatan tetap menjadi yang utama, meski kegiatan pariwisata berjalan,” ujarnya.
Untuk memastikan hotel dan destinasi wisata tidak menjadi sumber persebaran Covid-19, Dewi meminta setiap pengelola untuk memastikan usahanya ikut sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability). Sertifikasi dari Kementerian Pariwisata dilakukan agar usaha di sektor pariwisata bisa terjamin dan dipercaya oleh konsumen.
Dewi memaparkan, sebanyak 95 hotel dan 41 restoran di Kota Bandung telah bersertifikat CHSE. “Saya berharap semua hotel dan restoran di Bandung bersertifikat. Hal ini bisa menjamin wisatawan untuk tetap merasa aman berkunjung ke Bandung,” ujarnya.