Banjir di Bandung Surut, Warga Waspadai Potensi Hujan Lebat Malam Hari
Banjir yang melanda kawasan Bandung Raya telah surut. Namun, potensi bahayanya masih besar karena hujan diperkirakan masih akan terus turun deras.
Oleh
tatang mulyana sinaga
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Banjir yang menggenangi ribuan rumah di kawasan Bandung Raya, Jawa Barat, sejak Kamis (24/12/2020) malam, telah surut. Namun, banjir susulan masih mengancam. Warga mewaspadai hujan pada malam hari karena berpotensi menyulitkan evakuasi.
Banjir menyisakan lumpur di Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Banjir akibat luapan Sungai Citarum ini sempat merendam sekitar 7.000 rumah dengan ketinggian air hingga 1,2 meter.
”Banjir sudah surut, tinggal lumpurnya. Mudah-mudahan airnya (banjir) enggak isi ulang,” ujar Mulyadi (42), warga Baleendah, Sabtu (26/12/2020) sore.
Meskipun sudah surut, banjir susulan masih mengancam. Sebab, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan lebat berpotensi terjadi hingga beberapa hari ke depan.
Mulyadi mengatakan, hujan di Bandung dalam beberapa waktu terakhir sering terjadi pada malam hari. Hal ini menambah kewaspadaan warga untuk mempersiapkan evakuasi.
”Ini perlu diwaspadai agar tidak terjebak di dalam rumah saat banjir datang,” ucapnya. Warga yang tinggal di rumah bertingkat biasanya akan bertahan di lantai dua. Sementara warga lainnya mengungsi ke rumah saudara, rumah ibadah, dan gedung pengungsian.
Sebagian penyintas banjir di Bandung selatan tinggal di gang-gang dengan lebar kurang dari 1,5 meter. Saat tergenang banjir, akses ke rumah mereka tidak dapat dilalui perahu.
Warga menyediakan ban bekas dan pelampung untuk evakuasi diri. Mereka juga memasang tambang di tembok rumah sebagai pegangan saat menerobos banjir. Sementara banjir surut di Kota Bandung menyisakan sampah di rumah-rumah warga. Sejumlah perabot juga rusak karena tidak sempat diangkat ke lantai dua.
”Air cepat masuk ke rumah. Banyak barang rusak karena terendam banjir,” ujar Ridwan (32), warga Kelurahan Cibadak, Astanaanyar, Kota Bandung.
Banjir di kawasan ini disebabkan luapan Sungai Citepus. Hujan mulai mengguyur pada Kamis sore dan semakin lebat malam harinya. ”Hujan lebat juga terjadi di hulu, Sukajadi dan Lembang. Kalau hanya di sini, tidak akan separah ini banjirnya,” ujarnya.
Di RW 007 Kelurahan Cibadak, ketinggian air mencapai 2 meter. Ini menjadi salah satu banjir terparah sepanjang 2020. Menurut Ridwan, banjir yang terjadi pada malam hari menambah kecemasan warga. Sebab, arus banjir yang cukup deras menyulitkan warga keluar dari permukiman melalui gang-gang sempit.
Apalagi, jembatan akses ke permukiman warga melalui Gang Tresna Asih rusak akibat banjir. “Terlalu berisiko kalau memaksa kenerobos banjir malam hari. Jadi, banyak warga memilih bertahan di lantai para,” ucapnya.
Selain di Astanaanyar, banjir di Kota Bandung juga melanda kawasan Pasteur, Ujungberung, dan Sukajadi. Banjir turut dipicu tidak optimalnya fungsi drainase.
Wali Kota Bandung Oded M Danial mengatakan, sejumlah fasilitas pengendali banjir, seperti tol air dan kolam retensi, telah difungsikan. Dia mengimbau warga lebih waspada jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jabar Dani Ramdan mengatakan, pengurus RW perlu membuat jadwal piket untuk memantau ketinggian air dan memberikan peringatan kepada warga. ”Warga lansia dan anak-anak agar mendapat atensi khusus dan dievakuasi lebih awal,” ujarnya.