Tunjukkan Toleransi, Pemeluk Agama Islam dan Hindu di Mataram Ikut Jaga Kelancaran Misa Natal
Perayaan Natal di Mataram, Nusa Tenggara Barat berjalan lancar. Selain TNI dan Polisi, pemeluk agama lain seperti Islam dan Hindu juga ambil bagian untuk memastikan ibadah Natal berjalan lancar.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Toleransi antar umat beragama diperlihatkan dalam perayaan Natal di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Itu terlihat dari keikutsertaan pemeluk agama lain, seperti Islam dan Hindu dalam menjaga kelancaran hari besar bagi umat Kristiani itu.
Berdasarkan pantauan Kompas, perayaan Natal di Kota Mataram berlangsung kondusif, baik untuk misa malam Natal maupun misa Natal. Pada Kamis (24/12/2020), umat Kristiani yang tinggal di Kota Mataram terlihat antusias mendatangi gereja untuk mengikuti misa.
Mereka juga terlihat tetap mengenakan masker sebagai syarat mengikuti misa. Di pintu gerbang, seperti di Gereja Katolik Santa Maria Immaculata, Mataram, petugas memeriksa suhu tubuh umat sebelum masuk.
Kami sangat mendukung upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19. Oleh karena itu, protokol kesehatan kami patuhi. Juga sudah kami tanamkan dan tradisikan sehingga menjadi kebiasaan. (Laurensius Maryono)
Setelah itu, mereka diarahkan untuk mencuci tangan dengan air dan sabun yang telah disediakan pihak gereja. Sebelum masuk ke dalam ruangan untuk misa, mereka mengambil penyanitasi tangan yang disiapkan di pintu.
Setelah itu, mereka ke tempat duduk yang disediakan dengan pengaturan jarak sesuai protokol kesehatan. Bagi yang tidak mendapat tempat di dalam ruangan, gereja juga menyiapkan tempat duduk di luar ruangan. Selama misa berlangsung, mereka juga tidak melepas masker.
”Kami sangat mendukung upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19. Oleh karena itu, protokol kesehatan kami patuhi. Juga sudah kami tanamkan dan tradisikan sehingga menjadi kebiasaan,” kata Pastor Paroki Gereja Katolik Santa Maria Immaculata, Mataram, RD Laurensius Maryono.
Selain itu, mereka juga melarang umat yang telah berusia lanjut atau jompo untuk datang ke gereja. Itu sesuai surat edaran pemerintah mengingat warga lansia masuk kelompok usia rentan. Namun, agar tidak kehilangan ibadah misa, gereja menyiapkan siaran langsung sehingga tetap bisa diikuti dari rumah.
Dalam misa di Mataram, selain aparat keamanan seperti TNI dan polisi, pihak terkait, seperti pemeluk agama Islam dan Hindu, ikut ambil bagian untuk memastikan misa berjalan lancar, seperti dari Banser Kota Mataram dan Pecalang Dharma Wisesa Puri Pamotan Mayura Cakranegara.
Berjaga di gereja
Menurut Wakil Kepala Satuan Koordinator Cabang Banser Kota Mataram Wawan Aditya, mereka mengerahkan 30 personel untuk menjaga misa malam Natal di enam gereja. Setiap gereja dijaga lima anggota Banser.
Sementara menurut Koordinator Lapangan Pecalang Dharma Wisesa Puri Pamotan Dewa Komang Suparta, mereka berjaga di dua gereja dengan masing-masing personel empat orang. Selain itu, ada lima orang yang berpatroli di seluruh gereja di Kota Mataram.
Aditya mengatakan, mereka mengambil bagian karena di Nahdlatul Ulama (UN) sudah ditekankan meskipun berbeda keyakinan, persaudaraan sesama manusia di Indonesia harus tetap dijaga.
”Jadi, malam ini, kami ikut untuk memastikan saudara yang sedang ibadah Natal berjalan lancar. Kami ingin memberi dukungan mengingat tahun ini juga berat (karena ada pandemi),” kata Aditya.
Komang menambahkan, mendukung kelancaran ibadah beragama lain rutin dilakukan. Tahun ini hal serupa juga dilakukan ketika umat Muslim merayakan Idul Fitri.
”Kami merasa sangat penting untuk menjaga silaturahmi dengan sesama umat. Jadi, mau diundang atau tidak misalnya oleh pemerintah, kami tetap ikut ambil bagian,” kata Komang.
Seperti halnya Banser Mataram, menurut Komang, pandemi membuat tahun 2020 terasa berat. Oleh karena itu, kehadiran mereka setidaknya bisa menguatkan umat Kristiani untuk merayakan Natal dalam situasi aman dan nyaman.
Kehadiran pemeluk agama lain, menurut Romo Laurensius sangat mereka apresiasi. Ia mengatakan, dukungan mereka ketika umat Kristiani melaksanakan ibadah Natal, merupakan wujud nyata kerukunan umat beragama di NTB.
”Ada pecalang, juga ada Banser sehingga rukun bersatu. Saling membantu, saling menghormati, menghargai, saling menjaga kerukunan agar Natal di tengah Covid-19 ini tetap damai. Juga membuat NTB tetap kondusif dan maju,” kata Romo Laurensius.
Sementara itu, untuk pesan Natal, kata Laurensius, adalah Immanuel yang merujuk kepada tema Nasional Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia dan Konferensi Waligereja Indonesia (PGI-KWI).
”Karena krisis ini, korban telah begitu banyak. Tetapi, dalam keadaan panik ketakutan, ternyata kita tidak ditinggalkan Allah. Dia tetap menyertai kita sehingga diharapkan kita juga punya iman yang kuat dan tangguh. Semakin bersandar pada Tuhan di tengah situasi yang tak menentu,” kata Laurensius.
Laurensius menambahkan, dalam waktu dekat, akan ada vaksin. Namun, menurut dia, vaksin tidak akan menyelesaikan masalah. Umat perlu terus menjaga kewaspadaan. Apalagi Covid-19 masih terus menular dan mewabah di tempat lain. ”Kita harus tetap menjaga agar tidak tertular dan tidak menularkan,” ujar Laurensius.