Jejak 29 Tahun Pendeta Bink: dari Mansinam, Yende, hingga Holandia
Gottlieb Lodewijk Bink, pendeta dari Belanda, menebarkan misi Kristen di Papua dari Yende sampai Holandia.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
Tepat 5 Februari tahun 1855, untuk pertama kali dua pewarta asal Jerman, yakni Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler, tiba di tanah Papua, tepatnya di Pulau Mansinam, untuk menyebarkan Injil. Perjalanan keduanya pun menginspirasi banyak tokoh perwarta ke daerah lain di Papua.
Salah satu tokoh yang menjadi pewarta ajaran agama Kristen setelah Ottow dan Geissler adalah Gottlieb Lodewijk Bink yang berasal dari Belanda. Ia bertugas di Mansinam hingga Manokwari selama 14 tahun. Di kedua daerah ini, Bink membangun gereja Bethel dan membentuk jemaat Maranatha Kota.
Setelah dari kedua daerah tersebut, ia melanjutkan perjalanan dan tiba di Kampung Yende, Distrik Roon, pada 2 April tahun 1884. Daerah itu kini berada di Kabupaten Teluk Wondama.
Di Yende, Bink berhasil mengajak masyarakat yang sebelumnya belum memiliki agama hingga mengenal ajaran Kristen. Ia pun mendirikan sebuah gereja di sana.
Dari Yende, Bink pun melanjutkan perjalanan ke daerah Serui, Waropen, hingga akhirnya tiba di Pulau Metudebi yang kini berada di Kota Jayapura pada 3 April 1892.
Dari Metudebi, Bink pun melanjutkan pewartaan ke sejumlah daerah di Holandia atau sebutan Kota Jayapura. Ia menyebarkan injil di daerah Abepura, Yoka, hingga Sentani.
”Bink tidak hanya mewartakan injil di Holandia. Ia pun membuat peta wilayah dari daerah Entrop hingga Sentani. Ia pun yang pertama kali menemukan kayu merbau di Sentani,” ungkap Isaac Mambor, tokoh majelis Gereja Ebenhaezer Kampung Yoka, saat dihubungi dari Jayapura pada Rabu (23/12/2020).
Setelah tiga bulan di Holandia, Bink kembali ke Kampung Yende di Distrik Roon. Ia bertugas di sana hingga mengembuskan napas terakhir pada 3 Mei 1899.
Selama 29 tahun, Bink mengabdikan hidupnya di tanah Papua. Namun, sayang, publikasi tentang karya pewartaan Bink masih kurang apabila dibandingkan dengan sejumlah tokoh pewarta di Papua.
Isaac menambahkan, berkat upaya Bink, Bink turut mewarnai upaya pewartaan injil di tanah Papua. Banyak bermunculan tokoh pewarta yang melanjutkan karya Bink dan terus berkembang hingga 1950-an.
Dari hasil diskusi di sebuah sekolah rakyat yang dibangun pihak gereja Kristen di Kampung Yoka, sejumlah tokoh agama memutuskan untuk menggelar sidang sinode yang pertama kali di Gereja Harapan Abepura.
”Dari sidang tersebut akhirnya lahir lembaga Gereja Kristen Injili di Tanah Papua pada 26 Oktober 1956 yang ada hingga kini,” tambahnya.