Gereja di Manado Turuti Imbauan Rayakan Natal lewat ”Live Streaming”
Ibadah Natal dan Tahun Baru di beberapa gereja di Manado, Sulawesi Utara, hanya akan dilaksanakan melalui siaran langsung dalam jaringan sesuai imbauan pemerintah, tetapi maknanya diyakini tidak akan berkurang.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Ibadah Natal dan Tahun Baru di beberapa gereja di Manado, Sulawesi Utara, hanya akan dilaksanakan melalui siaran langsung dalam jaringan sesuai imbauan pemerintah provinsi. Pembatasan perayaan keagamaan akibat pandemi Covid-19 diyakini tak akan mengurangi penghayatan iman umat.
Salah satu gereja yang meniadakan perayaan di rumah ibadah adalah Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Jemaat Kristus yang terletak di bilangan Wenang Utara, Manado. Umat tidak diperbolehkan mengikuti ibadah mulai perayaan Natal, Jumat (25/12/2020), hingga Minggu (3/1/2021) mendatang.
Gembala Sidang GMIM Jemaat Kristus, Pendeta Sentrosel Pailaha, mengatakan, gereja sebenarnya telah menerapkan pembatasan jumlah umat yang hadir dari 2.000 menjadi maksimal 300 saja. Mereka juga menerapkan sistem reservasi tempat duduk dan pendataan bagi umat yang ingin datang ke gereja. Namun, badan pekerja jemaat sepakat untuk menyiarkan ibadah secara langsung saja sebagai gantinya.
”Berdasarkan imbauan Pemprov Sulut dan Sinode GMIM, sementara waktu kita ibadah hanya secara online. Yang datang ke gereja hanya para petugas. Ini adalah upaya kami mengambil bagian mendukung pemerintah, terutama saat kasus Covid-19 di daerah kami semakin meningkat,” kata Pendeta Sentrosel, Rabu (23/12/2020).
Hingga Selasa (22/12/2020) malam, kasus Covid-19 di Sulut sudah mencapai 9.067 secara kumulatif. Sebanyak 6.522 orang sudah sembuh, sedangkan 291 lainnya meninggal. Kasus aktif pun saat ini mencapai 2.254 dan 419 di antaranya sedang dirawat di rumah sakit.
Kapasitas ruang isolasi Covid-19 di rumah sakit rujukan dan rujukan penunjang kini tersisa 52 persen, sedangkan di rumah sakit rujukan pelengkap hanya 27 persen. Satuan Tugas Covid-19 Sulut menduga ada peningkatan drastis sejak Pilkada 2020 digelar di 15 kabupaten/kota Sulut.
Pemprov Sulut dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulut pun memutuskan untuk meminta umat Kristiani dan warga Sulut merayakan Natal dan Tahun Baru di rumah saja. Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengatakan, ibadah di gereja tetap ada, tetapi dibatasi untuk pengurus gereja saja.
”Kami tidak menutup rumah ibadah, tetapi meminta penyelenggaraan di rumah ibadah dibatasi pada pengurus saja. Jemaat silakan menonton live streaming dari rumah masing-masing sehingga rantai penyebaran Covid-19 bisa kita putus,” kata Olly yang baru saja memenangi periode kedua kepemimpinannya setelah 1,43 juta warga Sulut pergi ke tempat pemungutan suara untuk menggunakan hak pilih.
Olly menambahkan, imbauan ini diputuskan bersama dengan para pemuka agama. Ia berharap gereja bisa menjadi teladan bagi umat dalam memerangi Covid-19. ”Rumah ibadah harus menjadi contoh yang baik agar banyak manfaat yang kita dapat bersama,” katanya.
Pendeta Sentrosel mengatakan, sistem reservasi tempat duduk di gerejanya dapat membantu kinerja Satgas Covid-19 pemerintah. Dengan begitu, badan pekerja jemaat dapat mengetahui siapa saja yang datang ke gereja. ”Kalau ada yang kena Covid-19, bisa terpantau sehingga tracing dan tracking (pelacakan kontak kasus) lebih mudah,” katanya.
Umat di gerejanya pun kali ini diminta mengorbankan kemeriahan kelahiran Kristus demi membantu pemerintah. Namun, ia yakin, umat tidak akan kehilangan makna Natal. Justru, Natal 2020 bisa menjadi spesial karena umat dapat merasakan sendiri Natal pertama yang tanpa acara mewah ataupun lampu gemerlap.
”Seperti itulah saat Yesus lahir ke dunia ini. Jadi, saya percaya kondisi ini tidak akan mengurangi kemampuan kita menghayati Natal yang sesunggunya. Yang penting, kasih Tuhan boleh kita alami dan rasakan dalam peringatan peristiwa Natal,” kata Pendeta Sentrosel.
Sementara itu, umat Katolik di Manado tetap dapat merayakan misa Malam Natal pada Kamis (24/12/2020) dan Natal keesokan harinya di Paroki Katedral Hati Tersuci Maria. Ketua Dewan Pastoral Bidang Aset dan Pembangunan Paroki Katedral Harry Kerap mengatakan, protokol kesehatan akan diterapkan secara ketat.
Kapasitas umat dalam gereja akan dibatasi menjadi 175 saja dari total 800. Tempat duduk pun dibuat berjarak dengan tatanan dua orang dan tiga orang secara berselang-seling dalam tiap bangku. Umat diwajibkan mengenakan masker, mencuci tangan, dan mengukurkan suhu tubuh sebelum masuk gereja.
Anak balita dan umat lanjut usia tidak diperkenankan mengikuti misa di gereja. Di dalam gereja, umat yang tidak disiplin mengenakan masker akan ditegur, dan yang duduk berdempetan akan dipindah. Satu-satunya waktu umat boleh melepas masker adalah saat menerima hosti, tetapi masker harus segera dikenakan kembali. Selesai misa, umat akan diminta segera pulang.
”Kami tetap mengikuti aturan pemerintah, yaitu membatasi jumlah umat sampai 30 persen saja, dan nyatanya lebih rendah. Kalau di dalam kapasitas sudah penuh, kami tidak persilakan masuk lagi. Protokol kesehatan kami terapkan ketat demi kepentingan kesehatan bersama tanpa menghalang-halangi hak umat beribadah,” kata Harry.
Harry mengakui, Katedral belum memberlakukan sistem pendataan umat seperti di GMIM Jemaat Kristus. Pengurus gereja tidak ingin terlalu birokratis dalam pembatasan tersebut. ”Tetapi, sudah ada 70-80 orang yang kami tugaskan dalam Satgas Covid-19 katedral untuk menegakkan protokol kesehatan,” katanya.
Ketua Dewan Pastoral Bidang Liturgi Paroki Katedral Stevanus Dahua mengatakan, misa Malam Natal dan Natal tetap digelar karena keputusan Uskup Manado. Beberapa paroki lain di Manado dan Sulut juga demikian. Namun, siaran langsung daring tetap diadakan.
”Konsekuensinya, perayaan tidak dapat digelar meriah seperti biasanya. Namun, ini saat kita untuk memusatkan perayaan pada gereja kecil, yaitu keluarga, sambil berbenah diri dalam situasi pandemi. Lagipula, misa tidak mutlak harus di gereja,” kata Stevanus.