Pelaksanaan tes cepat antibodi massal wajib bagi pengunjung mal dan pusat perbelanjaan modern lainnya di Manado justru menimbulkan kerumunan warga. Dinas Kesehatan Sulut kekurangan personel.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pelaksanaan tes cepat antibodi massal wajib bagi pengunjung mal dan pusat perbelanjaan modern lainnya di Manado, Sulawesi Utara, justru menimbulkan kerumunan warga. Kurangnya tenaga kesehatan dari Dinas Kesehatan Sulut juga menyebabkan hanya segelintir pengunjung yang mengikuti tes cepat.
Kerumunan calon pengunjung mal tampak, salah satunya, di Manado Townsquare (Mantos) 3, Rabu (23/12/2020). Warga mengantre hampir tak berjarak 1 meter untuk mendaftar di samping pintu masuk, sedangkan pengunjung yang sudah terdata berjubel di antara meja pendaftaran dan meja pengambilan sampel darah. Setelah itu, mereka menunjukkan hasil tes kepada petugas keamanan sebelum masuk.
Tenaga medis dari Dinas Kesehatan Sulut, yang ditugaskan Gubernur Olly Dondokambey untuk melaksanakan tes cepat massal, kewalahan karena kurang jumlah. Mereka pun dibantu sukarelawan dari Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDI-P yang adalah partai Olly.
Jeffry Mambu (55), salah satu sukarelawan Baguna PDI-P, mengatakan, 10 orang diturunkan di Mantos untuk membantu petugas Dinas Kesehatan Sulut. Mereka bertugas mencatat pendaftaran dan membagikan surat keterangan sehat. ”Hasil rapid test berlaku 14 hari sehingga hasil hari ini bisa dipakai sampai masa berlaku habis,” katanya.
Adapun warga yang hasil tes cepatnya reaktif diwajibkan mengikuti tes usap reaksi rantai polimerase (PCR). Mobil tes PCR Pemprov Sulut telah disediakan di Mantos. ”Mereka disuruh pulang untuk isolasi. Nanti hasilnya dikabarkan lewat telepon,” kata Jeffry.
Kendati begitu, pelaksanaan tes cepat antibodi ini hanya dilaksanakan di satu titik tersebut. Di tiga pintu masuk Mantos lainnya, warga dengan leluasa masuk tanpa harus menunjukkan surat tanda sehat asalkan mencuci tangan dan mengukurkan suhu tubuh terlebih dahulu.
Hendry (54), salah satu pengunjung, menyatakan dia bisa masuk dengan mudah. Dia tidak memiliki bukti keterangan sehat. ”Satpam tidak minta, jadi saya langsung masuk saja,” katanya setelah membeli cairan pembersih tangan dan produk kecantikan untuk dijadikan hadiah Natal.
Sebelumnya, General Manager Mantos Yono Akbar mengatakan, pihaknya telah berupaya mengikuti imbauan pemerintah dengan membatasi jam operasional mal hingga 22.00 Wita saja. Protokol kesehatan pun diterapkan seperti biasa, mulai dari pengukuran suhu tubuh, mencuci tangan, hingga pembatasan pengunjung.
”Pemkot Manado sebenarnya membatasi kapasitas mal hanya 70 persen. Namun, kunjungan ke mal tidak sampai segitu. Sehari menjelang Natal 2019, pengunjung bisa sampai 30.000 orang. Sekarang, nyatanya, baru sampai 14.000-an orang pada Sabtu dan Minggu,” kata Yono.
Ia menambahkan, pengetatan kembali protokol kesehatan sangat penting di masa ini. Satgas Covid-19 Mantos, kata Yono, akan terus memantau keadaan di lapangan dan menegur pengunjung yang tidak taat pada protokol kesehatan. ”Semua harus terlibat, termasuk mal, tidak bisa pemerintah saja yang mengatasi Covid-19,” ucapnya.
Pemkot Manado sebenarnya membatasi kapasitas mal hanya 70 persen. Namun, kunjungan ke mal tidak sampai segitu.
Sementara itu, pelaksanaan tes cepat antibodi di Megamall Manado lebih ketat ketimbang di Mantos karena pintu masuk dibatasi hanya dua. Semua pengunjung pun tidak mempunyai pilihan selain mengikuti prosedur. Namun, kerumunan calon pengunjung mal yang tak sabar menunggu hasil tes cepatnya, kurang lebih 12-15 menit, tak dapat terhindarkan.
General Manager Megamall Indra Siwandianto mengatakan, personel dinas kesehatan sangat terbatas sehingga pintu masuk harus dibatasi. Pihaknya berupaya mengurai kerumunan dengan menyediakan kursi bagi pengunjung yang menunggu hasil tes cepat. Namun, pengunjung masih banyak yang berdiri.
Indra belum tahu sampai kapan tes cepat diwajibkan bagi pengunjung mal. Ia juga belum tahu apakah petugas pengambil sampel usap untuk uji PCR sudah ada. ”Semuanya belum jelas, tetapi sampai saat ini belum ada yang reaktif,” katanya.
Menurut Indra, keberadaan tes cepat ini menurunkan niat warga untuk pergi ke Megamall. Jika pada masa Natal 2019 pengunjung mencapai 40.000 orang, pengunjung pada tahun ini tak sampai 50 persen. ”Itu sangat sedikit. Tenant kami sampai protes, mau bagaimana lagi. Namun, apa pun program pemerintah, pasti kami akan mendukung,” ujarnya.
Di lain pihak, Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengatakan, pihaknya menyediakan tes cepat antibodi dan antigen secara gratis. Sejauh pengamatan pada Rabu siang, baru tes cepat antibodi yang digunakan. Di samping itu, Pemprov Sulut juga menyediakan fasilitas tes PCR.
Tes cepat diberlakukan untuk mengurangi risiko penularan di mal yang sirkulasi udaranya tertutup. ”Kami ingin memberikan rasa aman kepada masyarakat yang mengunjungi mal. Berbelanja pun tidak perlu takut,” kata Olly.