Berhati-hati di Cipali, Bersenang-senang ke Kampung Kemudian
Tol Cipali bakal kembali menjadi saksi pergerakan ribuan orang memupus rindu kampung halaman. Namun, tantangan kali ini bakal lebih berat. Selain potensi kecelakaan lalu lintas, ancaman Covid-19 ikut membayangi.
Hampir 100.000 kendaraan diprediksi bakal melintasi Jalan Tol Cikopo-Palimanan pada puncak arus mudik dan balik Natal serta Tahun Baru 2021. Selain kepadatan dan kecelakaan, mudik kali ini juga dibayangi pandemi Covid-19. Kewaspadaan sangat dibutuhkan agar pengendara selamat sampai tujuan.
Dengan panjang 116,7 kilometer, Tol Cipali melintasi lima kabupaten di Jawa Barat. Daerah itu adalah Purwakarta, Subang, Majalengka, Indramayu, dan Cirebon. Jalan tol yang beroperasi sejak pertengahan 2015 ini acap kali dipilih pemudik dari Jakarta ke arah Jawa Tengah karena bisa memangkas jarak 40 kilometer dibandingkan jalur pantura.
Astra Tol Cipali, pengelola tol, memprediksi dua gelombang libur Natal dan Tahun Baru 2021 di Cipali. Gelombang pertama pada 24 Desember dengan 95.675 kendaraan dan 27 Desember dengan 94.636 kendaraan. Gelombang selanjutnya terjadi pada 31 Desember dan 3 Januari dengan jumlah masing-masing 84.538 kendaraan dan 85.098 kendaraan.
Dalam kondisi normal, volume kendaraan di Cipali pada masa pandemi ini berkisar 35.000 unit. Artinya, lonjakan kendaraan saat libur Natal dan Tahun Baru kali ini berpotensi mencapai hingga tiga kali lipat. Sejumlah faktor memicu peningkatan arus tersebut meskipun masa pandemi dan pemerintah mengimbau agar tidak mudik.
Baca juga : Puncak Arus Mudik di Cipali Rekayasa Lalu Lintas Disiapkan
Dedy Purnaedy, Department Head Transaction Astra Tol Cipali, menilai, masyarakat antusias mudik karena mereka tidak pulang saat Lebaran lalu setelah pemerintah melarang mudik. ”Mungkin juga karena risiko penularan Covid-19 di alat transportasi lain lebih berat dibanding mobil. Protokol kesehatan di kereta dan pesawat juga lebih ketat,” katanya.
Sebagai contoh, pengendara tidak mesti menunjukkan hasil tes cepat berbasis antigen. Begitupun dengan penumpang bus menuju arah Jawa Tengah. Berbeda dengan moda pesawat dan kereta api, calon penumpang wajib membawa hasil tes cepat antigen negatif Covid-19.
Ketika pergerakan orang pada moda transportasi lainnya belum sepenuhnya pulih, volume kendaraan di Cipali menunjukkan tren positif. Setelah anjlok pada awal pandemi, Maret dan April, volume kendaraan meningkat lagi saat September.
Itu sebabnya, volume kendaraan tetap meningkat meskipun pandemi. Bahkan, pihaknya memprediksi terjadi penambahan 12,6 persen kendaraan pada libur Natal dan Tahun Baru kali ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Lonjakan volume kendaraan tersebut berpotensi menimbulkan kepadatan, bahkan kemacetan. Sejumlah upaya pencegahan pun disiapkan. Di Gerbang Tol Palimanan, Cirebon, yang merupakan akhir ruas Cipali, misalnya, beroperasi 30 gardu. Dalam kondisi normal, hanya 15 gardu yang aktif.
Pihaknya juga menyediakan 15 mobile reader untuk mencegah antrean kendaraan. Petugas pun bersiaga membantu pengendara membayar tol secara nontunai. Meski demikian, pengendara perlu memastikan saldo uang elektroniknya cukup saat melintasi Cipali. Transaksi nontunai turut mengurangi risiko penularan Covid-19.
Baca juga : Pengelola Tol Cipali Antisipasi Kepadatan dan Penularan Covid-19
Selain GT Palimanan, area istirahat (rest area)juga rawan kepadatan. Untuk arah Palimanan, area istirahat tersebar di Kilometer (Km) 86, Km 101, Km 130, dan Km 166. Sebaliknya, area istirahat arah Jakarta tersedia di Km 164, Km 130, KM 102, dan Km 86.
Tidak seluruh area istirahat memiliki tempat pengisian bahan bakar. Namun, pengelola Cipali telah bekerja sama dengan PT Pertamina untuk menyiapkan bahan bakar, termasuk menggunakan sepeda motor untuk menjangkau pengendara yang kehabisan bensin di jalan.
Sebelumnya, pada hampir setiap arus mudik ketika pandemi belum melanda, area istirahat menjadi titik kepadatan. Kerumunan pengendara di area istirahat kali ini tidak hanya membuat kendaraan mengantre, tetapi juga jadi target penyebaran virus korona baru yang tak kasatmata.
”Agar tidak ada kepadatan, kami membatasi kendaraan yang masuk hanya 50 persen dari kapasitas maksimal. Kendaraan juga hanya dibatasi 30 menit di rest area. Jadi, ada sistem buka-tutup rest area,” tutur Andre Yulianto, Department Head Traffic Management Astra Tol Cipali.
Meskipun telah menyediakan wastafel portabel dan jaga jarak di tempat makan, pihaknya tetap mengimbau pengendara agar membeli makanan untuk dibungkus, tidak makan di tempat. Petugas bakal mengawasi jalannya protokol kesehatan di tempat istirahat.
Selain GT Palimanan, area istirahat (rest area)juga rawan kepadatan. Untuk arah Palimanan, area istirahat tersebar di Kilometer (Km) 86, Km 101, Km 130, dan Km 166. Sebaliknya, area istirahat arah Jakarta tersedia di Km 164, Km 130, Km 102, dan Km 86.
Hidupkan arteri
Jika tempat istirahat penuh, pihaknya menyarankan pengguna jalan menuju area istirahat berikutnya atau keluar di gerbang tol untuk mengisi bahan bakar dan beristirahat. Apalagi, banyak kuliner khas di sekitar tol.
Di Purwakarta, ada Sate Maranggi Cibungur. Dari Cipali, pengendara bisa keluar Tol Cikampek, lalu belok kanan, sekitar 3,3 kilometer. Jika ingin makanan khas Sunda, pengendara bisa mencicipi Sambel Hejo Sambel Dadak. Caranya, keluar di Km 72 menuju Jalan Ciganea.
Di Subang, nanas dan produk olahannya menanti pengendara di Pusat Oleh-oleh Al-Barokah. Dari Cipali, pengendara keluar GT Subang Km 109, lalu menuju Jalan Otto Iskandardinata. Ada pula RM Mang Yeye dengan ayam gorengnya. Pengendara cukup keluar GT Kalijati Km 98 menuju Jalan Kalijati.
Tiba di Indramayu, pengendara bisa mengisi perut di RM Dian Sari, hanya tiga menit dari GT Cikedung Km 137. Di sekitarnya, banyak pilihan tempat makan lainnya, seperti RM Indorasa, Taman Selera, dan Warung Nasi Baraya. Sebelum adanya tol, daerah itu dilahap sepi.
Di Majalengka, pengendara bisa mencoba Baso Bandara Kadipaten, sekitar 7,7 kilometer dari GT Kertajati. Jika penasaran, pengendara juga dapat pelesiran ke Bandara Internasional Jabar Kertajati yang arsitektur terminalnya menyerupai ekor burung merak.
Jika tempat istirahat penuh, pihaknya menyarankan pengguna jalan menuju area istirahat berikutnya atau keluar di gerbang tol untuk mengisi bahan bakar dan beristirahat. Apalagi, banyak kuliner khas di sekitar tol.
Di akhir GT Palimanan, pengendara bisa menjelajahi aneka kuliner khas Cirebon, seperti empal gentong dan nasi jamblang. Ada Empal Gentong H Apud yang terletak di Tengah Tani dan Tuparev. Ada pula Nasi Jamblang Bu Nur di dekat Jalan Tentara Pelajar. Jika ingin berwisata, ada tiga keraton dan Goa Sunyaragi di Cirebon.
Menurut Andre, meskipun keluar tol, pengendara tidak akan dibebani tarif ganda karena pembayaran dihitung berdasarkan kilometer yang ditempuh. Misalnya, ketika dari Cikopo keluar di GT Cikedung untuk beristirahat, pengendara hanya membayar tarif dari Cikopo-Cikedung, bukan dari Cikopo-Palimanan.
Titik lelah
Jadi, selain menghindari kerumunan di area istirahat, pengendara setidaknya turut cuci mata saat mencoba tempat makan di luar tol. Apalagi, ruas jalan di Cipali monoton dengan trek lurus. Hanya hutan dan sawah di kedua sisinya. Kondisi ini memicu pengendara mudah mengantuk.
”Cipali yang berada di antara Jakarta dan Jawa Tengah juga merupakan titik lelah pengemudi,” kata Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Achmad Wildan. Dari Jakarta, pengendara sudah dihadang ruas tol kota dan Cikampek. Sebaliknya, pengendara dari timur juga menempuh perjalanan jauh.
Di sisi lain, pengendara di Cipali kerap melanggar batas kecepatan, minimal 60 kilometer per jam dan maksimal 100 km per jam. Berdasarkan kajiannya, kecepatan truk atau kendaraan berat paling tinggi 40 km per jam, di bawah ketentuan. Sementara kendaraan kecil melaju di atas 100 km per jam.
”Bahkan ada gap sampai lebih dari 100 km per jam. Padahal, jika gap lebih dari 30 km per jam, risiko kecelakaan tabrak belakang semakin besar,” katanya.
Menurut dia, truk kerap mengangkut beban berlebih sehingga tidak bisa melaju sesuai ketentuan. Sementara mobil berkecepatan tinggi karena jalanan bebas hambatan. Hingga awal Desember 2020, sedikitnya 74 nyawa melayang di Cipali karena kecelakaan. Jumlah tersebut sama dengan korban jiwa pada 2019.
Baca juga : Diduga akibat Pengemudi Mengantuk, Tiga Orang Tewas di Tol Cikampek
Wildan mengimbau pengendara untuk memastikan tubuh dan kendaraannya prima saat mudik Natal dan Tahun Baru kali ini. Ia juga menyarankan pengelola tol meningkatkan kualitas dan kuantitas delapan tempat istirahat yang saat ini tersedia. ”Butuh langkah komprehensif mencegah kecelakaan di Cipali,” ungkapnya.
Sejumlah upaya pencegahan pun telah dilakukan pengelola tol, seperti memasang speed reducer making untuk marka peringatan, pembatas median jalan yang ditargetkan 79 km akhir tahun ini, hingga kampanye keselematan berkendara. Astra Tol Cipali pun meraih penghargaan pelopor keselamatan dari KNKT.
Akan tetapi, sekali lagi, kendali ada di pengendara. Jika lengah, bisa berakibat fatal. Itu sebabnya, untuk mudik kali ini, pengendara diharapkan berhati-hati. Semuanya penting untuk diperhatikan sebelum bisa bersenang-senang ke kampung halaman kemudian.
Baca juga : Klakson hingga Sapaan Malam dari Sisa Kecelakaan