Selama Musim Hujan, Ular Masih Berpotensi Muncul di Permukiman Warga di Purwakarta
Fenomena kemunculan ular sanca dan kobra di permukiman warga Purwakarta, Jawa Barat, beberapa kali terjadi selama musim hujan. Masyarakat diminta tidak panik dan waspada dengan lingkungan.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Fenomena kemunculan ular sanca kembang (Malayopython reticulatus) dan kobra (Naja sp) di permukiman warga Purwakarta, Jawa Barat, beberapa kali terjadi selama musim hujan. Masyarakat diminta tidak panik dan waspada dengan lingkungan sekitarnya.
Sepanjang Oktober hingga Desember 2020, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Purwakarta mencatat delapan kasus penyelamatan dan evakuasi ular di permukiman warga. Empat kasus di antaranya terjadi pada Desember dengan jenis ular sanca dan kobra.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar PB) Purwakarta Wahyu Wibisono, Selasa (22/12/2020), mengatakan, jenis ular yang paling banyak ditemukan adalah kobra. Setelah dievakuasi, ular diserahkan kepada komunitas pencinta reptil.
Biasanya, menurut Wahyu, peralihan dari musim kemarau ke musim hujan merupakan waktu untuk telur ular menetas. Periode yang sama pada tahun 2019, ada 13 ekor anakan kobra ditemukan di Desa Nagri Kidul, Kecamatan Purwakarta. Selanjutnya, awal tahun 2020, tiga kobra ditemukan saat banjir akibat hujan lebat di Kecamatan Purwakarta.
Kemunculan ular secara tiba-tiba ini banyak terjadi di permukiman padat penduduk, seperti Kecamatan Purwakarta. Wilayah tersebut tak hanya dipadati perumahan, ada pula beberapa lahan kosong dan sawah di antara rumah.
Selama Desember 2020, anakan kobra juga muncul di kecamatan yang sama di dalam rumah warga. Ukuran ular yang ditangkap 10-30 sentimeter.
Apabila mendapati ular di rumah, masyarakat diimbau segera melaporkan kepada Dinas Damkar PB. Nantinya, petugas yang telah terlatih dan berpengalaman akan segera datang ke lokasi untuk mengevakuasi ular tersebut. Warga diminta tidak gegabah menyingkirkan ular karena setiap ular memiliki cara penanganan yang berbeda.
Secara terpisah, Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat mengatakan, bulan November dan Desember adalah bulan menetasnya telur-telur ular karena siklus biologi. Seperti tahun lalu, banyak juga ditemukan bayi-bayi kobra di sekeliling rumah tinggal karena induk kobra menaruh telur di sekitar hunian manusia pada Agustus dan September setelah musim kawin.
Induk ular akan menaruh telur di lokasi yang dekat dengan sumber pakan bagi bayi-bayi mereka setelah menetas. Mereka dapat bertahan di sela-sela fondasi rumah. Namun, mereka tidak pernah membuat sarang dan bersifat nomaden. Induk ular tidak mengerami telurnya dan kembali ke lubang yang sama.
Fenomena munculnya ular di permukiman warga bukanlah hal baru. Menurut Aji, ular adalah satwa liar yang habitatnya paling dekat dengan manusia. Area rumah yang tidak pernah dibersihkan atau dirawat justru menjadi lokasi yang nyaman bagi ular untuk berkembang biak. Apalagi, sudut rumah yang gelap dan jarang terjangkau berpotensi menjadi tempat persembunyiannya.
Ular cenderung menghindari bau menyengat yang tidak alami di ruang tertutup. ”Memasang obat nyamuk elektrik di gudang dan memasang semprotan pengharum ruangan otomatis di ruang tertutup akan membuat ular menjadi tidak nyaman. Mereka akan mencari udara segar agar daya penciumannya tidak terganggu,” kata Aji.