Kediaman pribadi Ketua KPU Muna dilempari molotov oleh orang tidak dikenal pada Kamis dini hari. Teror terhadap penyelenggara ini dinggap tidak manusiawi karena menyerang rumah yang di dalamnya ada keluarga inti.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Teror pelemparan molotov terjadi di kediaman pribadi Kubais, Ketua Komisi Pemilihan Umum Muna, Sulawesi Tenggara. Selain mengejar pelaku, polisi meningkatkan penjagaan keamanan di wilayah yang termasuk rawan dalam Pilkada 2020 ini.
Kepala Polres Muna Ajun Komisaris Besar Debby Asri Nugroho menjelaskan, pelemparan molotov terjadi Kamis (17/12/2020) sekitar pukul 03.16 Wita. Pelaku melempar molotov ke teras depan rumah Kubais di daerah Katobu, Muna, itu.
”Api sempat mengenai kursi plastik yang ada di teras, tetapi cepat dipadamkan,” kata Debby, dihubungi dari Kendari.
Dari rekaman kamera pemantau, Debby mengatakan, ada seorang pelaku datang dan melemparkan molotov. Namun, tidak tertutup kemungkinan ada pelaku lain. Oleh karena itu, menurut Debby, pihaknya akan terus menyelidiki kasus ini secara mendalam, mengecek kamera pemantau, dan mengejar terduga pelaku.
”Pemilik rumah telah melapor ke kantor kami. Beliau menceritakan kejadian ini dan membawa sejumlah barang bukti. Kami juga sudah meminta keterangan tetangga yang mengetahui kejadian ini,” ucapnya.
Meski menimpa rumah Ketua KPU Muna, Debby tidak ingin terburu-buru mengaitkan hal ini dengan pilkada yang baru selesai di wilayah ini. Motif pelaku akan didalami setelah pelaku tertangkap.
Kini, 400 personel polisi berjaga di sejumlah titik. Beberapa di antaranya kediaman para penyelenggara pilkada, baik KPU maupun Bawaslu Muna. ”Kemarin kami fokus menjaga kantor dan patroli. Situasi masih relatif kondusif sejauh ini,” tambahnya.
Kubais menuturkan, dirinya berada di dalam rumah sejak Rabu pagi. Sebelumnya, selama sepekan, ia dan tim menginap di KPU Muna untuk menyelesaikan rekapitulasi hingga pleno terakhir. Anak dan istrinya telah dibawa ke rumah orangtua di tempat yang berbeda.
Seharian, Kubais tidak keluar rumah dan beristirahat penuh. Hingga pada Kamis dini hari, sekitar pukul 03.25 Wita, ia dibangunkan tetangganya yang berteriak kebakaran.
Setelah itu, dia lantas keluar rumah dan menemukan api telah menyala dan membakar kursi plastik di teras depan. Kubais dan tetangganya segera memadamkan api agar tidak merembet ke mana-mana. Setelah api padam, ia lantas menghubungi polisi.
”Ini memang teror kepada saya. Namun, yang saya sesalkan kenapa meneror rumah pribadi saya. Notabene ada anak dan istri. Kebetulan saja, anak dan istri saya saat itu tidak ada di rumah,” ucapnya.
Kubais melanjutkan, jika ada yang ingin protes dengan kinerjanya, dia meminta mereka menyampaikannya ke KPU. ”Saya merasa tidak pernah bermasalah secara pribadi. Kalau ini terkait pekerjaan, datang saja ke kantor,” tuturnya.
Kubais berharap polisi segera menangkap pelaku dan aktor di balik pelemparan molotov. Bukan kali ini saja ia diteror orang tidak dikenal. Namun, kali ini terornya berbeda karena juga menyasar keluarganya.
Muna terbilang daerah rawan dalam Pilkada 2020. Kasus kekerasan pernah terjadi selama tahapan pilkada. Ratusan aparat diturunkan untuk mengantisipasi kejadian terburuk setelah pemilihan berlangsung.
Persaingan dua pasangan calon juga ketat. Petahana La Ode Muhammad Rusman Emba-Bachrun bertarung dengan lawannya, La Ode M Rajiun Tumada-La Pili.
Rajiun adalah Bupati Muna Barat 2017-2022, yang mengundurkan diri dan maju di Muna. Dari hasil penghitungan KPU, Rusman-Bachrun unggul dengan 53,4 persen suara. Sementara Rajiun-La Pili,meraih 46,6 persen suara.