Prediksi Peningkatan Kasus Covid-19 Bukan untuk Menakut-nakuti
Tim Peneliti Statistika Universitas Padjadjaran memprediksi kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai kisaran 672.120-737.262 kasus pada 20-26 Desember 2020. Prediksi ini bukan untuk menakut-nakuti masyarakat.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Tim Peneliti Statistika Universitas Padjadjaran memprediksi kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai kisaran 672.120-737.262 kasus pada 20-26 Desember 2020. Prediksi ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk meningkatkan kesiapan menghadapi lonjakan kasus.
Dengan mengetahui perkiraan penambahan kasus Covid-19, kebutuhan ruang perawatan di rumah sakit dan tempat isolasi mandiri dapat diketahui. Jadi, perawatan pasien akan lebih terjamin.
”Prediksi ini diharapkan membuat pemerintah lebih siap menghadapi situasi ke depan, bukan untuk menakuti-nakuti,” ujar Ketua Tim Peneliti Statistika Universitas Padjadjaran (Unpad) Yuyun Hidayat, di Bandung, Jawa Barat, Selasa (15/12/2020).
Yuyun menuturkan, pihaknya memprediksi kasus aktif Covid-19 pada 20-26 Desember di kisaran 60.394-153.739 kasus. Kasus aktif adalah orang yang masih dirawat atau menjalani isolasi mandiri.
Hingga Selasa sore, kasus positif di Indonesia mencapai 629.429 orang dengan 93.662 orang di antaranya merupakan kasus aktif. Lima daerah penyumbang kasus tertinggi adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.
Yuyun mengatakan, pihaknya menggunakan model auto-regresif modifikasi dalam menyusun prediksi tersebut. Model ini menganalisis sejumlah data, di antaranya kasus positif baru dan angka kesembuhan di fase sebelumnya.
Prediksi itu tidak mengolah data penambahan kasus Covid-19 per hari, tetapi per minggu. Sebab, data harian cenderung lebih fluktuatif karena dipengaruhi berbagai variabel, seperti kesiapan laboratorium dan laporan administrasi yang terlambat.
”Dalam data mingguan, pola penambahan kasusnya lebih terlihat. Dengan begitu, prediksinya diharapkan akurat,” ujarnya.
Selama pandemi Covid-19, Yuyun telah membuat 28 kali prediksi kasus Covid-19 dan selalu akurat. Menurut dia, hal itu mengindikasikan perilaku warga menjalankan protokol kesehatan belum banyak berubah.
Menurut Yuyun, jika pelanggaran protokol kesehatan terus terjadi, prediksinya akan tetap akurat. Sebab, pola penambahan kasusnya tidak jauh berbeda.
Dengan mengetahui perkiraan penambahan kasus Covid-19, kebutuhan ruang perawatan di rumah sakit dan tempat isolasi mandiri dapat disiapkan.
”Saya justru sedih ketika prediksinya akurat. Berarti modelnya masih berlaku karena perubahan perilaku untuk mematuhi protokol kesehatan belum signifikan,” jelasnya.
Yuyun berharap prediksi tersebut dapat menggambarkan tantangan penanganan Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu ke depan. Jadi, berbagai kebutuhan, seperti ruang perawatan serta alat dan tenaga kesehatan, dapat segera disiapkan.
”Jangan ada lagi pasien Covid-19 yang ditolak rumah sakit dengan alasan ruang isolasi penuh,” ujarnya.
Saat ini, okupansi rumah sakit rujukan Covid-19 di sejumlah daerah sudah melebihi ambang batas standar Organisiasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 60 persen. Di Jabar, misalnya, tingkat keterisian rumah sakit telah mencapai 75 persen.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya menyiapkan 11 gedung pemerintah dan 4 hotel untuk menambah tempat isolasi. Penambahan itu diharapkan mengurangi tingkat keterisian ruang perawatan pasien Covid-19.
”Dari hasil kajian, kluster keluarga sedang meningkat. Itulah mengapa ruang isolasi diperbanyak untuk menggeser mereka (kasus Covid-19) yang tinggal di rumah ke ruang isolasi mandiri,” ujarnya.
Hingga Selasa malam, kasus Covid-19 di Jabar berjumlah 68.066 orang dengan 10.717 kasus aktif. Sementara 56.269 orang sembuh dan 1.080 orang meninggal.