Prediksi Statistik Bisa Jadi Acuan Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19
Tim peneliti statistika Unpad memprediksi kasus positif Covid-19 di Indonesia akan mencapai kisaran 94.942-117.476 kasus pada 19-25 Juli. Prediksi ini bisa menjadi acuan pengambil kebijakan menghadapi lonjakan kasus.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Tim peneliti statistika Universitas Padjadjaran memprediksi kasus positif Covid-19 di Indonesia akan mencapai kisaran 94.942- 117.476 kasus pada 19-25 Juli 2020. Kasus aktif pada periode itu diprediksi berjumlah 32.159-62.761 kasus. Harapannya, prediksi ini bisa menjadi acuan para pengambil kebijakan menghadapi lonjakan kasus di masa mendatang.
Dalam penelitian itu, ”kasus” dimaknai sebagai total kejadian positif, baik yang sudah sembuh, meninggal, maupun masih menderita Covid-19. Sementara ”kasus aktif” adalah mereka yang masih dirawat atau isolasi mandiri akibat Covid-19.
Ketua Tim Peneliti Statistika Universitas Padjadjaran (Unpad) Yuyun Hidayat menuturkan, prediksi itu menggunakan model auto-regresif modifikasi. Model ini menganalisis sejumlah data, di antaranya kasus positif baru dan angka kesembuhan di fase sebelumnya. Yuyun menegaskan, prediksi itu bukan untuk menakut-nakuti, tetapi mencoba menggambarkan lonjakan kasus di masa depan.
”Ini cermin untuk pengambil kebijakan. Dengan mengetahui gambaran kasusnya, pemerintah mempunyai waktu untuk bersiap menghadapinya,” ujarnya di Bandung, Jawa Barat, Selasa (14/7/2020).
Menurut Yuyun, prediksi itu diharapkan mendorong kesiapan pemerintah dalam menangani pasien positif Covid-19. Salah satunya dengan menyediakan ruang perawatan di rumah sakit meskipun ia menyadari tidak semua pasien harus dirawat di rumah sakit.
”Kami prihatin ketika ada pasien ditolak di rumah sakit karena ruang perawatan penuh. Prediksi ini diharapkan membuat pemerintah lebih siap,” ucapnya.
Menurut Yuyun, tim statistika Unpad telah memprediksi perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia sejak akhir Mei 2020. Hingga saat ini, prediksi mereka selalu akurat.
Prediksi itu diharapkan mendorong kesiapan pemerintah dalam menangani pasien positif Covid-19. Salah satunya dengan menyediakan ruang perawatan di rumah sakit. (Yuyun Hidayat)
Pada periode 28 Juni-4 Juli 2020, misalnya, pihaknya memprediksi 58.758-65.162 kasus dengan 25.596-36.424 kasus aktif. Data aktual pada 4 Juli 2020 berjumlah 62.142 kasus dengan 30.834 kasus aktif.
Sementara itu, prediksi pada periode 5-11 Juli 2020 berjumlah 68.704-75.722 kasus dengan 26.215-39.081 kasus aktif. Prediksi ini mendekati data aktual pada 11 Juli 2020 yang berjumlah 74.018 kasus dengan 35.764 kasus aktif.
Yuyun mengatakan, tepatnya prediksi tersebut menunjukkan pola penambahan kasus masih relatif sama. Hal ini sekaligus mengindikasikan kebiasaan masyarakat belum banyak berubah dalam mencegah penyebaran Covid-19.
”Kalau tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan, mungkin prediksi ini akan kembali terbukti. Jadi, tantangannya, bagaimana pemerintah membuat kasus Covid-19 bisa di bawah angka prediksi,” ujarnya.
Yuyun menjelaskan, prediksi itu tidak mengambil data per hari, tetapi per minggu. Sebab, data harian cenderung lebih fluktuatif karena dipengaruhi berbagai variabel, seperti kesiapan laboratorium, laporan administrasi yang terlambat, dan anomali kasus harian.
”Laporan mingguan sudah teragregasi. Jadi, pola penambahan kasusnya kelihatan sehingga diharapkan prediksinya lebih akurat,” ujarnya.
Prediksi ini tidak hanya menggunakan pola perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia. Digabungkan juga pola di 88 negara yang dinilai mirip dengan Indonesia, di antaranya Filipina, Irak, Pakistan, dan Korea Selatan.
”Kalau memakai pola Indonesia saja, pemodelannya akan jebol. Sebab, bisa terjadi fluktuasi data di luar pola sebenarnya,” ujarnya.
Yuyun mencontohkan lonjakan kasus di Jabar dari kluster Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) di Hegarmanah, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung. Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), terdapat 965 kasus baru pada Kamis (9/7/2020). Sejumlah 910 kasus di antaranya berasal dari kluster Secapa.
Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, lonjakan kasus di provinsi itu sebagai anomali yang bersumber dari kluster baru. ”Penambahan kasus dalam dua hari terakhir sudah di bawah 100 kasus per hari. Polanya mulai kembali seperti semula. Insya Allah (angka reproduksi) bisa dikendalikan lagi di bawah 1,” ujarnya, Senin (13/7).
Lonjakan kasus tersebut membuat angka penularan atau reproduksi virus korona baru di Jabar naik menjadi 1,73. Padahal, angka reproduksi sebelumnya sudah di bawah 1.