RS di Sulut Makin Penuh, Polisi Berupaya Tertibkan Kerumunan Setiap Hari
Polda Sulut menyatakan akan menertibkan kerumunan di pusat-pusat keramaian setiap malam, terutama di Kota Manado, demi menekan laju penularan Covid-19. Penularan Covid-19 semakin cepat dan rumah sakit makin penuh.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Kepolisian Daerah Sulawesi Utara menyatakan akan menertibkan kerumunan di pusat-pusat keramaian setiap malam, terutama di Kota Manado, demi menekan laju penularan Covid-19. Hingga pekan kedua Desember 2020, laju pertambahan kasus Covid-19 di Sulut semakin cepat dan rumah sakit semakin penuh.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulut Komisaris Besar Jules Abraham Abast, Senin (14/12/2020), menyatakan, penertiban akan dilakukan setiap malam setelah apel sekitar pukul 20.00 Wita. Personel Polda Sulut dan polres kabupaten/kota akan menyasar pusat-pusat keramaian, seperti kafe dan rumah makan.
”Kebijakan untuk meregulasi pusat-pusat keramaian adalah kewenangan pemda (pemerintah daerah). Jadi, kami selalu bersama-sama dengan instansi terkait, seperti Satgas Covid-19, TNI, dan satuan polisi pamong praja. Penertiban di restoran, kafe, dan sebagainya butuh sinergi,” kata Jules.
Hingga kini, operasi yustisi untuk mencari dan menertibkan para pelanggar protokol kesehatan yang tidak mengenakan masker dan tetap berkerumun masih berlanjut. Inspeksi mendadak beberapa kali digelar di rumah-rumah kopi tempat anak muda biasa berkumpul. Para pengendara yang tidak mengenakan masker juga masih kerap dihentikan polisi.
Terakhir, Polda Sulut juga menyemprotkan disinfektan di sejumlah lokasi di Manado, Minggu (13/12/2020) malam, bersama Polresta Manado. Tim Kimia-Biologi-Radioaktif Brigade Mobil (Brimob) Polda Sulut menyemprotkannya di fasilitas umum, seperti pasar tradisional dan ruang mesin ATM.
Lima mobil meriam air milik Brimob, Direktorat Samapta Polda Sulut, dan Polresta Manado dikerahkan untuk menyemburkan disinfektan, termasuk di jalan protokol. Menurut Jules, langkah ini diambil untuk menyadarkan warga bahwa penularan Covid-19 masih sangat mungkin terjadi di Sulut, termasuk Manado yang kini berstatus zona merah.
Laju pertambahan kasus baru Covid-19 setiap minggu di Sulut semakin cepat. Selama 1-7 Desember 2020, ada 511 kasus baru. Pada 8-13 Desember 2020, sudah ada 556 kasus meski belum genap tujuh hari. Jumlah kasus per minggu melonjak hingga dua kali lipat dibandingkan selama pekan pertama November 2020, yaitu 201 kasus.
Juru bicara Satgas Covid-19 Sulut, Steaven Dandel, mengatakan, total kasus Covid-19 di Sulut telah mencapai 7.971 kasus. Sebanyak 1.765 di antaranya masih aktif. ”Angka kesembuhan di Sulut 74,37 persen, sedangkan angka kematian 3,38 persen. Kasus aktif sebesar 22,15 persen,” kata Steaven.
Di saat yang sama, kemampuan 18 rumah sakit (RS) rujukan utama dan 28 RS rujukan pelengkap di Sulut untuk menampung pasien Covid-19 mulai melemah. Menurut data Dinas Kesehatan Sulut, 575 dari total 1.188 tempat tidur ruang isolasi di Sulut (48,4 persen) telah terisi.
RS Bhayangkara Manado yang menjadi rujukan utama, misalnya, hanya memiliki 11 tempat tidur ruang isolasi yang kosong dari total 58. Di RS Liun Kendage, Kepulauan Sangihe, hanya tersisa 8 dari total 20 tempat tidur khusus Covid-19.
RS Umum Pusat Kandou di Manado masih memiliki 70 dari 173 tempat tidur khusus ruang isolasi Covid-19. Namun, Jimmy Panelewen, Direktur Utama RS Umum Pusat Kandou, mengatakan hanya ada 10 tempat tidur yang dilengkapi ventilator di ruang bertekanan negatif. Ruang isolasi baru berkapasitas 28 orang sedang disiapkan.
Adapun RS rujukan pelengkap, seperti RS Sentra Medika Minahasa Utara yang baru buka sekitar dua bulan, hanya memiliki sisa satu tempat tidur khusus Covid-19 dari total 18. RS JH Awaloei di Minahasa bahkan tak lagi dapat menampung pasien Covid-19 karena ke-35 tempat tidur khusus Covid-19 telah terpakai. Mereka bahkan harus menambah satu tempat tidur darurat untuk menampung total 36 pasien.
Terkait ini, Steaven mengingatkan masyarakat untuk terus menaati protokol kesehatan untuk menekan penularan Covid-19. Sebab, yang menjadi taruhan adalah sistem kesehatan di Sulut yang mungkin saja bisa ambruk karena pasien penyakit lain akan sulit mengakses layanan kesehatan.
”Mari mendoakan agar pandemi ini segera kelar. Semua yang terlibat (tenaga kesehatan) juga sudah sangat lelah. Hanya saat pulang ke rumah dan bertemu keluarga, kami bisa termotivasi lagi. Kalau kami tidak semangat bekerja, bisa saja penyakit ini malah sampai ke keluarga kami,” kata Steaven.