Perhelatan pilkada serentak di 12 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan berlangsung lancar, aman, dan kondusif. Ini mematahkan kekhawatiran awal tentang potensi kerawanan di beberapa daerah di provinsi ini.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS/RENY SRI AYU
·5 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Perhelatan pilkada serentak di 12 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan berlangsung lancar, aman, dan kondusif. Ini mematahkan kekhawatiran awal tentang potensi kerawanan di beberapa daerah di provinsi tersebut. Pilkada kali ini diharapkan menjadi ruang demokrasi baru di mana peserta bersaing ketat, tetapi sesuai dengan aturan dan saling menghargai hasil akhir.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Selatan Faisal Amir menyampaikan, semua wilayah yang melaksanakan pemilihan pada Rabu (9/12/2020) ini berlangsung aman, lancar, dan kondusif. Pelaksanaan di lapangan tidak menemui kendala berarti.
”Kalau boleh dibilang, saya ini sangat bahagia sekarang karena rasa-rasanya inilah pilkada paling aman, damai, yang pernah saya ikuti. Padahal, dilaksanakan serentak dan dalam situasi pandemi Covid-19. Kami sangat mengapresiasi para penyelenggara, peserta, petugas keamanan, dan terutama masyarakat, yang turut berperan menciptakan situasi pemilihan yang begitu lancar ini,” kata Faisal, di Makassar, Rabu malam.
Berdasarkan laporan dari penyelenggara daerah, terang Faisal, semua proses dan tahapan dilakukan dengan lancar. Baik itu dari proses pemilihan, pelaksanaan protokol kesehatan, maupun penghitungan di TPS. Beberapa daerah yang diprediksi bisa terjadi keributan, tidak terjadi sama sekali. Beberapa hal kecil memang perlu dievaluasi, terutama kondisi lapangan dalam menegakkan protokol kesehatan.
Sejumlah daerah di Sulsel awalnya dipetakan sebagai daerah rawan dalam pilkada kali ini. Selain Kota Makassar, Kabupaten Barru juga masuk dalam kategori tertinggi potensi terjadinya keributan dalam pemilihan kali ini. Akan tetapi, sambung Faisal, apa yang sebelumnya diprediksi justru berbanding terbalik.
Masyarakat juga begitu dewasa untuk mengikuti aturan ketat pilkada. Para pemilih datang dengan jadwal yang telah ditentukan, menjaga jarak, mengikuti arahan petugas, dan pulang dengan tertib dari TPS. Para peserta juga mampu menahan diri dan bisa saling menghargai serta menjaga keamanan di wilayah masing-masing.
Kalau melihat antusiasme masyarakat, kami berharap partisipasi meningkat meski di tengah pandemi Covid-19.
”Satu yang kami masih tunggu, yaitu angka partisipasi pemilih. Kalau melihat antusiasme masyarakat, kami berharap partisipasi meningkat meski di tengah pandemi Covid-19. Merujuk ke Korea Selatan ataupun Amerika Serikat, partisipasi pemilih di kedua negara itu meningkat meski Covid-19 terus terjadi,” ucapnya.
Meski berlangsung lancar dan kondusif, pilkada serentak di Sulsel ini juga diwarnai duka. Calon bupati Barru, yaitu Malkan Amin, meninggal pada Rabu siang. Malkan meninggal di RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar, dengan konfirmasi positif Covid-19.
Menurut Faisal, pihaknya belum ingin berkomentar lebih jauh terkait hal ini. Sebab, meski mendapatkan informasi dari berbagai sumber, pihaknya harus tertib administrasi dan menunggu surat resmi dari keluarga atau partai pengusung.
”Kami tentu turut berdukacita. Namun, sebagai lembaga penyelenggara, kami tidak bisa berkomentar jauh karena dibatasi sistem administratif. Yang jelas, kami berharap semua pihak tetap sehat dan tidak terjadi lonjakan kasus Covid-19 ke depannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua DPD I Golkar Sulsel Taufan Pawe membenarkan bahwa Malkan meninggal pada pukul 11.30 Wita. Malkan meninggal di RS Wahidin Sudirohusodo setelah dirawat sejak Rabu dini hari. Menurut Taufan, ia mendapat konfirmasi meninggalnya Malkan dari pihak keluarga dan dari tim yang mendampingi selama pilkada.
Meninggalnya calon bupati usungan Golkar ini, tutur Taufan, menjadi pukulan berat bagi partai di tengah proses pilkada yang berlangsung. Hal ini merupakan sebuah kehilangan yang begitu besar, terlebih lagi Malkan adalah tokoh politik dengan beragam sepak terjang di Sulawesi Selatan.
Direktur RS Wahidin Sudirohusodo, Khalid Saleh, membenarkan berita meninggalnya Malkan Amin dengan konfirmasi positif Covid-19. ”Pak Malkan, cabup Barru, meninggal pukul 11.30 Wita. Masuk rumah sakit dini hari tadi di ICU Covid Infection Center RSWS. Pasien adalah rujukan dari RS Bhayangkara,” kata Khalid.
Pengamat politik Universitas Hasanuddin, Sukri Tamma, menyampaikan, meninggalnya satu calon bupati di Sulsel ini memang menjadi duka bersama. Terlebih lagi, diketahui almarhum meninggal dengan konfirmasi positif Covid-19.
Meski demikian, tutur Sukri, dari semua proses yang telah berlangsung, menunjukkan adanya perubahan perilaku politik pemilih di situasi pandemi Covid-19 ini. Pemilih, juga peserta, bisa mematuhi aturan, menjalankan protokol kesehatan, dan menciptakan situasi demokrasi yang tertib dan kondusif.
”Di luar dari meninggalnya salah satu calon, saya kira proses yang terjadi saat ini bisa menjadi sebuah proses pendewasaan politik bagi kita semua. Bahwa kita bisa menciptakan hajatan demokrasi yang tertib untuk mencapai tujuan bersama,” katanya.
Perhelatan pilkada serentak 2020 ini, tutur Sukri, memang sebuah pertaruhan yang diambil oleh pemerintah. Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat diarahkan berkumpul dan mendatangi TPS untuk melakukan pemilihan.
Hanya saja, dengan protokol ketat dan partisipasi aktif masyarakat, situasi lapangan terkontrol dan berjalan dengan baik. Petugas bisa menjaga ketertiban dan mengarahkan masyarakat berdasarkan aturan yang ada.
”Memang masih ada beberapa hal minor, tetapi secara garis besar saya kira semuanya berjalan dengan baik. Ini di luar prediksi kita semua dan semoga tidak terjadi lonjakan kasus karena protokol cukup dilakukan dengan ketat,” ucap Sukri.
Dalam pelaksanaan di lapangan, dari pantauan Kompas, memang masih ada beberapa kontrol yang kurang ketat dalam proses pemilihan. Di sejumlah TPS di Makassar, misalnya, sejumlah pemilih datang bersama anaknya yang tidak dipakaikan masker. Selain itu, sejumlah TPS tidak memberikan sarung tangan kepada pemilih, padahal menjadi hal yang wajib dibagikan.
Di beberapa TPS juga terlihat petugas yang mengarahkan warga untuk mencelupkan jari ke wadah tinta yang disediakan. Seharusnya, tinta pemilu diteteskan oleh petugas ke jari pemilih.
Sejumlah pihak sebelumnya meminta kepada pemerintah agar pilkada serentak ini ditunda dahulu. Sebab, mereka memprediksi lonjakan kasus akan terjadi setelah pilkada akibat kerumunan masyarakat.