TPS Rawan Bencana di Sumut Dipindah ke Tempat Aman
Untuk mengantisipasi banjir dan longsor, tempat pemungutan suara di daerah rawan banjir dan longsor di Sumut akan digeser ke tempat yang aman. Sementara peralatan protokol kesehatan dibagikan hingga jelang pencoblosan.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·5 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Komisi Pemilihan Umum Sumatera Barat memindahkan lokasi tempat pemungutan suara atau TPS di Kota Medan, Deli Serdang, dan Binjai yang rawan bencana banjir dan longsor ke tempat yang lebih aman. Jika terjadi bencana saat hari pemilihan, sesuai peraturan KPU, bisa dilakukan pemungutan suara susulan.
Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Utara, Benget Manahan Silitonga, Senin (7/12/2020), mengatakan, pihaknya juga masih memantau situasi cuaca di Sumut pada dua hari ini. Jika terjadi bencana, termasuk banjir seperti akhir pekan lalu di Medan, Deli Serdang, dan Binjai, sesuai peraturan KPU, bisa dilakukan pemungutan suara susulan di kawasan bencana.
Untuk mengantisipasi bencana alam berupa banjir dan longsor, tempat pemungutan suara di daerah rawan banjir dan longsor digeser ke tempat yang aman.
Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sumut Syafrida Rasahan menambahkan, pihaknya juga terus memantau cuaca dan mewaspadai daerah rawan bencana banjir dan longsor, seperti Medan, Asahan, Binjai, Karo, dan Simalungun.
”Kami lihat dalam dua hari ini. Jika cuaca buruk, TPS di tempat rawan digeser,” katanya. Selain itu, juga telah disiapkan TPS bergerak di Asahan. TPS disediakan di sampan untuk kawasan yang rawan dilanda banjir.
Sementara itu, terkait kekurangan peralatan protokol kesehatan dalam pemilihan kepala daerah di kabupaten/kota di Sumut, yakni sarung tangan lateks dan termometer pistol, akan didistribusikan hingga jelang pelaksanaan pemilihan berlangsung, Rabu (9/12/2020) pagi.
Sarung tangan lateks yang akan digunakan oleh petugas pemungutan suara dan termometer pistol untuk mendeteksi suhu tubuh pemilih saat ini sudah ada di 23 kabupaten/kota penyelenggara pemilihan daerah di Sumut. ”Memang kemarin sempat tersendat pengadaannya, tetapi saat ini sudah ada di kabupaten/kota. Distribusi terus dilakukan dan dipastikan sampai TPS sebelum pemilihan berlangsung,” ucap Benget.
Kekurangan alat protokol kesehatan dalam pilkada kabupaten/kota di Sumatera Utara, yakni sarung tangan lateks dan termometer pistol, akan didistribusikan hingga jelang pelaksanaan pemilihan.
Di Kota Medan, distribusi sarung tangan lateks dan termometer pistol akan dilakukan pada H-1 setelah distribusi logistik selesai. Di Kepulauan Nias yang merupakan daerah terpencil, distribusi sudah dilakukan sejak tiga hari lalu.
”Untuk ke Pulau-pulau Batu (Nias Selatan), sudah ada kapal cepat yang bisa disewa untuk mendistribusikan logistik dengan cepat, dengan catatan cuaca mendukung. Harapannya, bisa sampai tepat waktu,” tutur Benget.
Pihak KPU Sumut juga telah melakukan tes cepat terhadap semua petugas di lapangan untuk mengantisipasi munculnya kluster Covid-19 saat pilkada. Pada tes cepat pertama, ditemukan banyak petugas dengan hasil tes reaktif. Namun, pada tes cepat kedua, hasilnya jauh berkurang. ”Masih ada yang menjalankan tes kedua hari ini,” kata Benget.
Jika pada tes cepat kedua masih ditemukan petugas yang reaktif, petugas tersebut akan diganti. Namun, jika kesulitan mengganti, sesuai Peraturan KPU No 18/2020, jika hanya lima anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang bertugas saat pemilihan berlangsung dari tujuh yang semestinya, pemilihan tetap bisa berlangsung dan sah.
Ketua KPU Kota Medan Agussyah Damanik mengatakan, KPU Kota Medan telah mengganti 29 anggota KPPS yang masih reaktif pada tes cepat tahap kedua. Untuk penanganan selanjutnya, petugas yang reaktif tersebut bisa melakukan tes usap yang difasilitasi pemerintah.
Pada Senin pagi, KPU Kota Medan melepas pendistribusian logistik Pilkada Kota Medan ke 17 kecamatan di Kota Medan minus empat kecamatan di Medan Utara yang saat ini masih banjir. Pendistribusian di empat kecamatan itu menunggu banjir surut. Apabila banjir tidak surut, TPS akan digeser ke tempat yang lebih aman.
Adapun distribusi sarung tangan lateks dan thermogun akan disusulkan pada H-1 setelah logistik pemilihan selesai didistribusikan. ”Yang besar-besar dulu kami selesaikan, baru nanti itu kami susulkan,” kata Agussyah.
Peralatan protokol kesehatan lainnya, seperti masker, pelindung wajah, dan baju hazmat, sudah didistribusikan sebelumnya.
Pada pilkada kali ini, ada 4.303 TPS yang dibangun di Kota Medan dengan jumlah pemilih 1,6 juta jiwa. KPU Kota Medan menargetkan partisipasi pemilih mencapai 77,5 persen sesuai dengan standar nasional.
Syafrida Rasahan mengatakan, saat tes cepat tahap pertama, hasil tes hampir 1.000 petugas pengawas pilkada di Sumut reaktif. Namun, pada tes cepat tahap kedua, hasilnya semua nonreaktif.
Sejauh ini, pihaknya masih memantau hasil tes cepat petugas KPPS tahap kedua di seluruh Sumut. ”Di Nias Selatan, misalnya, pada tes cepat tahap I ada 500 petugas pemilihan yang reaktif. Pada tes cepat kedua tinggal 50 yang reaktif. Yang tersisa itu diganti,” tutur Syafrida.
Terkait distribusi logistik, pihaknya melihat sudah berjalan dengan baik. ”Logistik sudah dibungkus dengan plastik,” lanjutnya.
Terkait ketersediaan alat protokol kesehatan, yakni termometer pistol dan sarung tangan lateks, KPU di daerah juga diminta berkoordinasi dengan dinas kesehatan/puskesmas setempat terkait penyediaan peralatan itu jika pendistribusian barang terganggu. ”Sepanjang anggaran pengadaannya tidak digunakan, peminjaman peralatan tak masalah dilakukan,” kata Syafrida.
Pilkada serentak 2020 di Sumut diselenggarakan di 23 kabupaten/kota dengan jumlah TPS lebih dari 19.000. Sumut menjadi provinsi penyelenggara pilkada terbanyak tahun ini.
Tati Prahartati (47), warga Kelurahan Pahlawan, Kecamatan Medan Perjuangan, mengatakan, dirinya sudah menerima undangan untuk mengikuti pemilu pada 9 Desember nanti. Namun, ia mengaku belum tahu bagaimana aturan pemilihannya. ”Saya juga belum tahu aturannya, tapi saya pasti datang memilih,” ucapnya.
Tati juga belum tahu bahwa pemilih diwajibkan menggunakan masker dan disarankan membawa alat tulis sendiri. ”Pikir saya, nanti lihat saja di TPS. Menurut kepala lingkungan, memang kedatangan pemilih dibuat bergelombang sesuai gang rumahnya. Tapi, saya belum pastikan kami di jam berapa,” tuturnya.