Sepuluh Hari Dilepasliarkan, Harimau Putra-Putri Singgulung Kembali Dievakuasi
Harimau sumatera Putra Singgulung dan Putri Singgulung kembali dievakuasi dari Kabupaten Solok, Sumatera Barat, setelah dilepasliarkan 10 hari lalu. Mereka ditangkap karena berkeliaran di permukiman dan jalan raya.
Oleh
yola sastra
·5 menit baca
PADANG, KOMPAS — Harimau sumatera Putra Singgulung dan Putri Singgulung kembali dievakuasi dari Kabupaten Solok, Sumatera Barat, setelah dilepasliarkan selama 10 hari lalu. Ironisnya, keduanya ditangkap karena berkeliaran di permukiman, jalan raya, dan perladangan masyarakat.
Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat Rully Permana, Senin (7/12/2020), mengatakan, seekor harimau kembali masuk perangkap pada Senin pagi. Lokasinya di Jorong Lurah Ingu, Nagari Simpang Tanjuang Nan IV, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, Senin sekitar pukul 09.00.
Perangkap yang dimasuki harimau ini berjarak 15-20 meter dari salah satu rumah warga. Dari hasil identifikasi dan komunikasi dengan dokter hewan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) Arsari, harimau ini dipastikan Putra Singgulung.
”Harimau kedua ini masuk perangkap sekitar pukul 09.00. Sekarang sedang proses pemindahan ke kadang transfer untuk dibawa ke PRHSD. Kami pastikan itu Putra (Singgulung),” kata Rully.
Minggu (6/12/2020) pagi, Putri Singgulung, saudara Putra, juga masuk perangkap yang dipasang BKSDA Sumbar di Jorong Rawang Gadang, Nagari Simpang Tanjuang Nan IV. Putri telah dievakuasi ke PRHSD Arsari.
Sebelumnya, sejak Rabu (2/12/2020) dini hari, dua harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) berkeliaran di permukiman, perladangan, dan jalan raya. Seekor berkeliaran di permukiman dan perladangan masyarakat di Jorong Lurah Ingu.
Sementara harimau lainnya berkeliaran di jalan raya dan perladangan masyarakat di Jorong Rawang Gadang. Harimau ini bahkan dilaporkan telah memangsa anjing, ayam, dan itik peliharaan warga.
Lokasi kemunculan harimau di nagari tersebut merupakan daerah penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Suaka Margasatwa (SM) Tarusan Arau Hilir. Menurut Kepala Resor Konservasi Wilayah Solok BKSDA Sumbar Afrilius, jarak lokasi tempat harimau berkeliaran itu berkisar 1-2 kilometer dari TNKS dan SM Tarusan Arau Hilir.
Sejak Jumat (4/12/2020), BKSDA Sumbar memasang perangkap untuk menangkap harimau tersebut. Sebelumnya, petugas sudah berupaya mengusir harimau itu kembali ke hutan dengan membunyikan meriam karbit dan senjata api. Namun, harimau itu tidak takut dan tidak merespons bebunyian itu.
Rully melanjutkan, meski kedua harimau itu sudah ditangkap, sejumlah petugas BKSDA Sumbar tetap berjaga-jaga di sekitar lokasi untuk pengawasan pascakonflik. Perangkap juga masih dipasang.
Hal ini dilakukan untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat dan mengantisipasi masih ada individu harimau lain di sekitar lokasi. Sebab, pada 26 November 2020, sehari sebelum Putra-Putri dilepasliarkan, ada laporan dari masyarakat bahwa ternak dimangsa harimau.
Secara terpisah, Camat Danau Kembar Eka Putra mengatakan, masyarakat sudah mulai tenang setelah penangkapan itu. ”Masyarakat sudah disarankan beraktivitas seperti biasa, tapi tetap hati-hati. Kalau berjumpa individu harimau lain atau bertemu jejak baru, masyarakat diminta agar menghubungi petugas BKSDA,” kata Eka.
Pada Jumat (27/11/2020), BKSDA Sumbar melepasliarkan sepasang harimau sumatera bersaudara Putra-Putri Singgulung di salah satu suaka margasatwa di Kabupaten Solok. Kata Kepala BKSDA Sumbar Erly Sukrismanto (kini pensiun), Sabtu (28/11/2020), lokasinya masih di bentangan TNKS.
”Keduanya dilepasliarkan di salah satu suaka margasatwa di Kabupaten Solok. Lokasinya masih di bentangan Taman Nasional Kerinci Seblat. Tempatnya relatif jauh dari tempat mereka ditangkap (di Nagari Gantuang Ciri, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok),” kata Erly, Sabtu (28/11/2020) sore.
Putra-Putri Singgulung sebelumnya ditangkap karena berkonflik dengan manusia di Nagari Gantuang Ciri, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Mereka kemudian ditangkap dan menjalani rehabilitasi di PRHSD Arsari, yang dikelola Yayasan Arsari Djojohadikusumo, sejak Juni 2020. Putri masuk terlebih dahulu pada 13 Juni 2020, kemudian disusul saudaranya, Putra, pada 29 Juni 2020.
Penyebab keluar
Rully menjelaskan, dari analisis BKSDA Sumbar, dapat disimpulkan Putra-Putri Singgulung keluar dari hutan karena perilakunya belum siap menghadapi kehidupan di habitat baru. Kondisi ini terjadi karena mereka dievakuasi dari Nagari Gantuang Ciri saat masih dalam pengasuhan induknya. Dari catatan Kompas, ketika masuk ke PRHSD, usia harimau itu diperkirakan sekitar 1 tahun.
”Mereka berdua masih dalam pengasuhan induknya (ketika dievakuasi). Mereka belum mandiri untuk bisa hidup sendiri di habitatnya meskipun kami nilai lokasi lepas liar yang kami pilih itu sudah memenuhi syarat-syarat sebagai lokasi lepas liar. Secara kelayakan dan ketersediaan makanan cukup, tidak ada pesaing,” kata Rully.
Rully menambahkan, usai lepas liar, petugas terus mendorong dan menghalau agar kedua harimau itu ke dalam hutan. Petugas juga melakukan pengawasan pada 2-3 hari setelah lepas liar. Namun, ternyata belum terbentuk kemandirian kedua harimau itu untuk bertahan hidup di lingkungan baru sehingga cenderung mendekat ke permukiman masyarakat.
”Dengan kekosongan area yang sudah kami nilai sebelumnya, kami berharap mereka berdua memberi kontribusi ekologis, antara lain pengendalian hama babi dan kera. Area kosong tidak diisi harimau bisa diisi individu baru yang justru memberikan dampak baik bagi ekologis dan masyarakat sekitarnya. Namun, perilaku kemandirian yang belum terbentuk itu membuat mereka gamang terhadap lingkungan baru dan cenderung mendekat ke permukiman masyarakat,” ujar Rully.
Catrini Pratihari Kubontubuh, Direktur Eksekutif Yayasan Arsari Djojohadikusumo, pengelola PRHSD Arsari, mengatakan, dari hasil kajian dan evaluasi yayasan, pihaknya meyakini sejumlah penyebab Putra-Putri Singgulung keluar hutan.
”Salah satunya adalah lokasi lepas liar yang dinilai masih cukup dekat dengan jarak pelintasan masyarakat serta masih banyak aktivitas masyarakat di sekitarnya, seperti pengambilan hasil hutan dan perburuan babi, sehingga menjadi potensi berkurangnya satwa mangsa,” kata Catrini, Senin sore.
Catrini melanjutkan, hal tersebut patut dipertimbangkan ke depan agar lokasi lepas liar diupayakan betul-betul lokasi yang sangat terbatas aksesnya dengan manusia. Yayasan juga berharap lepas liar selanjutnya mempergunakan helikopter untuk bisa mengantarkan harimau ke lokasi di tengah habitat alaminya, yakni hutan yang jauh dari akses dengan manusia.
Dari video yang ditayangkan di akun Youtube Yayasan Yayasan Arsari Djojohadikusumo sejak 28 November 2020, terlihat lokasi pelepasliaran Putra-Putri Singgulung diakses dengan mobil bak terbuka. Putra Singgulung terlihat dilepaskan dari atas bak mobil dan lokasinya masih dekat dengan jalan tanah.
Catrini menambahkan, sesuai prosedur tetap PRHSD, Putra-Putri Singgulung saat ini dimasukkan ke kandang isolasi. Setelah menjalani karantina selama 14 hari, yang sekaligus untuk meredakan stres, baru kemudian dievaluasi apakah akan dimasukkan kandang perawatan atau bisa langsung ke kandang habituasi atau enklosur.
”Apabila sudah di enklosur, Putra dan Putri bisa betul-betul beradaptasi dengan lingkungan semialami yang berbeda dengan kandang biasa. Dengan demikian, diharapkan saat lepas liar nantinya betul-betul siap hidup di habitat alaminya,” kata Catrini.