Dua Harimau di Solok Tak Bisa Diusir, BKSDA Sumbar Pasang Perangkap
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat memasang perangkap untuk menangkap dua individu harimau sumatera yang berkeliaran di Nagari Simpang Tanjuang Nan IV, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok Sumbar.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
SOLOK, KOMPAS — Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat memasang perangkap untuk menangkap dua individu harimau sumatera yang berkeliaran di Nagari Simpang Tanjuang Nan IV, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok. Harimau-harimau itu ditangkap karena tidak bisa dihalau kembali ke dalam hutan.
Kepala Resor Konservasi Wilayah Solok BKSDA Sumbar Afrilius di Solok, Jumat (4/12/2020), mengatakan, perangkap dipasang di tiga jorong nagari tersebut, yaitu Lurah Ingu, Rawang Gadang, dan Aka Gadang. Perangkap harimau mulai efektif berfungsi pada Jumat ini.
"Satwa liar yang masuk permukiman kalau diusir biasanya menyingkir. (Dua harimau ini) Ketika diusir, sepertinya tidak mau menyingkir. Jadi, kami lanjutkan dengan pemasangan perangkap," kata Afrilius, Jumat sore.
Sebelumnya, dua harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) berkeliaran di Nagari Simpang Tanjuang Nan IV, sejak Rabu (2/12) dini hari. Seekor harimau berkeliaran di sekitar rumah warga di Jorong Lurah Ingu. Sedangkan seekor lainnya berkeliaran di jalan raya di Jorong Rawang Gadang. Harimau itu diketahui memangsa anjing, ayam, dan itik peliharaan warga.
Menurut Afrilius, kedua individu harimau itu masih terpantau di sekitar lokasi pada Jumat pagi. Harimau di Jorong Lurah Ingu masih berkeliaran di sekitar rumah warga. Sedangkan harimau di Jorong Rawang Gadang dilaporkan mulai bergeser ke Jorong Aka Gadang.
Pantauan Kompas di Jorong Rawang Gadang, Jumat siang, puluhan warga, anggota kepolisian, petugas BKSDA Sumbar, dan lainnya berjaga-jaga di jalan raya dekat perladangan warga. Sementara itu, di Jorong Lurah Ingu, Jumat sore, puluhan warga sekitar juga berkumpul untuk menanti momen kemunculan harimau.
Di Jorong Lurah Ingu, ada dua perangkap yang dipasang berjarak sekitar sepuluh hingga belasan meter dari rumah warga. Petugas BKSDA Sumbar, dokter hewan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD), dan warga berjaga-jaga di rumah sekitar perangkap.
Kata Afrilius, lokasi kemunculan harimau sekitar satu kilometer dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan berbatasan dengan Suaka Margasatwa Tarusan Arau Hilir. Kedua harimau itu diduga keluar dari hutan konservasi tersebut.
Afrilius mengimbau, agar masyarakat sekitar tidak berkumpul di sekitar perangkap karena akan membuat harimau takut untuk mendekat. Selain itu, warga diminta pula untuk tidak berkumpul-kumpul di persimpangan yang berkemungkinan menjadi tempat perlintasan harimau-harimau tersebut.
Terkait kemungkinan kedua harimau ini adalah Putra Singgulung dan Putri Singgulung, Afrilius belum dapat memastikannya. Putra-Putri Singgulung dilepasliarkan di salah satu suaka margasatwa yang masih pada bentangan Taman Nasional Kerinci Seblat di Kabupaten Solok pada Jumat (27/11) pagi.
"Belum terkonfirmasi individu ini Putra-Putri Singgulung. Yang jelas, sekarang kami tangkap dulu harimau ini baru kemudian diidentifikasi," ujar Afrilius.
Alhadi (42), warga Jorong Lurah Ingu mengaku, pernah melihat langsung harimau di sekitar tempat pemasangan perangkap. Menurutnya, harimau ini bertingkah tidak wajar karena tidak menghindar ataupun marah ketika bertemu manusia.
"Saya melihatnya bersama warga lain dengan jarak sekitar 10 meter. Harimaunya diam saja, tidak pergi dan tidak pula menyeringai. Harimaunya terlihat jinak. Harimau liar di hutan sekitar sini tidak pernah mau menampakkan dirinya. Kemungkinan ini bukan harimau asli di sini," kata Alhadi.
Trauma
Kemunculan harimau itu membuat Alhadi dan warga lainnya takut beraktivitas di ladang. Sudah tiga hari Alhadi tidak ke ladang untuk mengurus tanaman bawang, lobak, dan cabai. "Saya khawatir pas ke ladang, harimau tiba-tiba datang dari belakang," ujarnya.
Hal sama diungkapkan pula oleh Tapriadi (35), warga Jorong Lurah Ingu. Sudah tiga hari ia tidak bisa mencari nafkah ke ladang. Bahkan, Tapriadi dan satu anak perempuannya masih trauma karena beberapa kali berjumpa langsung dengan harimau yang berkeliaran di halaman rumahnya.
"Sampai sekarang selera makan saya belum seperti biasa. Sejak Rabu dini hari hingga sekarang belum sampai sepiring makan nasi. Detak jantung saya masih lemah saat ini," kata Tapriadi.
Selain trauma dan tidak bisa mencari nafkah, Tapriadi juga mengalami kerugian. Setidaknya empat ekor anjing, seekor itik, dan seekor ayam Tapriadi sudah disantap harimau. Sementara itu, di Jorong Lurah Ingu, setidaknya total 10 ekor anjing, tiga ayam, dan satu itik habis dimangsa.
Setiap malam Tapriadi bersama istri dan dua anaknya mengungsi ke rumah saudaranya, sekitar 200 meter dari lokasi. Pada siang hari, Tapriadi berani kembali ke rumah karena warga relatif ramai di sekitar rumahnya. Tapriadi berharap harimau ini segera dievakuasi karena ia dan keluarga tidak bisa mencari nafkah.
"Sekarang kami memakan apa yang ada saja di rumah. Kalau berlangsung lama, kami tidak tahu hendak makan apa lagi. Tidak ada pemasukan karena tidak bisa ke ladang," ujar Tapriadi.