Banjir Kembali Landa Cilacap, Waspada Hujan Lebat Sepekan ke Depan
Banjir akibat hujan lebat dan tanggul sungai yang jebol kembali terjadi di Cilacap, Jawa Tengah. Kewaspadaan perlu ditingkatkan mengingat sepekan mendatang diprediksi hujan lebat masih terjadi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Banjir kembali terjadi di wilayah Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada Selasa (1/12/2020) malam. Ratusan rumah terendam banjir dengan ketinggian 20-150 sentimeter dan menyebabkan 70 keluarga mengungsi.
Pada Rabu (2/12/2020) pagi, banjir akibat tanggul sungai jebol di sejumlah titik itu sudah mulai surut. Namun, banjir susulan perlu diwaspadai mengingat hujan lebat diprediksi masih akan terjadi sepekan ke depan.
”Pengungsi sudah mulai pulang ke rumah masing-masing pagi ini karena banjir sudah surut,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cilacap Heru Kurniawan saat dihubungi dari Banyumas, Jateng, Rabu.
Heru menyampaikan, banjir terjadi di lima desa, yaitu Desa Cilopadang, Padangsari, Sindangsari, Mulyasari, dan Padangjaya, Kecamatan Majenang. ”Hujan lebat di hulu sungai mulai pukul 14.00 sampai pukul 19.30 sehingga terjadi luapan air sungai dan tanggul jebol di lima titik di Sungai Cilopadang serta Sungai Cilumuh,” kata Heru.
Berdasarkan laporan, kata Heru, di Desa Cilopadang, banjir merendam 387 rumah di Dusun Benda dengan ketinggian 20-80 sentimeter. Di Dusun Benda Wetan, Desa Padangsari, air merendam areal pekarangan dan persawahan dengan ketinggian 30-50 sentimeter. ”Tidak ada warga yang mengungsi dari dua desa ini,” ujarnya.
Kemudian banjir juga terjadi di Dusun Tanjungsari, Desa Sindangsari, dan merendam 91 rumah dengan ketinggian 20-150 sentimeter. Di desa ini terdapat 50 keluarga yang mengungsi ke masjid, tetangga, dan kerabat. Adapun di Desa Padangjaya, ada 130 rumah terendam air dengan ketinggian 20-70 sentimeter dan tidak ada pengungsian di desa ini.
Di Dusun Bojongsari, Desa Mulyasari, banjir merendam 383 rumah dengan ketinggian 30-150 sentimeter. ”Di Desa Mulyasari ini ada 20 keluarga yang mengungsi dengan total jiwa sekitar 60 orang. Mereka semalam mengungsi di Mi Ma’arif 1 dan di rumah warga,” kata Heru.
Heru menyampaikan, tim BPBD telah menyiapkan logistik yang dibutuhkan warga terdampak banjir dan mengadakan kerja bakti memperbaiki tanggul yang jebol.
Seperti diberitakan sebelumnya (Kompas, 20/11/2020), banjir di Cilacap menyebabkan 2 orang tewas dan 19.188 keluarga atau 48.528 jiwa terdampak banjir. Banjir yang terjadi sejak Selasa (17/11/2020) berketinggian air lebih dari 1,5 meter. Berdasarkan data yang dikumpulkan BPBD Cilacap, banjir melanda 45 desa yang tersebar di 14 kecamatan sehingga menyebabkan 5.677 orang mengungsi.
Secara terpisah, prakirawan Stasiun BMKG Cilacap, Rendi Krisnawan, menyampaikan, dalam sepekan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi di wilayah Cilacap dan Banyumas. Ini, antara lain, disebabkan oleh fenomena La Nina kategori moderat yang menyebabkan suhu permukaan laut di wilayah Indonesia lebih hangat daripada normalnya.
”Ini menyebabkan penguapan yang cukup tinggi sehingga ketersediaan uap air di atmosfer juga cukup banyak,” ujar Rendi.
Selain itu, ada gelombang atmosfer, seperti Madden-Julian Oscillation, gelombang Rossby, gelombang Kelvin. ”Ini berpengaruh terhadap kondisi atmosfer menjadi labil sehingga pertumbuhan awan semakin besar dan berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat,” tuturnya.
Rendi melanjutkan, ada pula beberapa daerah tekanan rendah, daerah belokan angin, dan daerah pertemuan angin di wilayah Indonesia. ”Di situ terdapat penumpukan massa udara yang berpotensi membuat tumbuhnya awan-awan hujan. Jadi, seminggu ke depan wilayah Cilacap dan Banyumas masih besar peluangnya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Perlu juga diwaspadai untuk masyarakat karena biasanya saat terjadi hujan lebat berpotensi ada genangan, banjir, dan di pegunungan berpotensi tanah longsor,” ujarnya.