Sebagian Warga Magelang Mulai Tinggalkan Pengungsian
Sebagian warga lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang kembali ke rumah. Mereka terdesak untuk melakukan beragam aktivitas keseharian seperti panen dan mengurus ternak.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebagian warga lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saat ini mulai meninggalkan pengungsian. Selain karena melihat belum ada perkembangan aktivitas vulkanik Merapi, mereka juga harus kembali mengurus ladang dan ternak yang terbengkalai.
Giyanti (29), warga yang sekaligus menjadi pendamping dari 29 pengungsi asal Dusun Karangaranyar, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, mengatakan, setelah hampir sebulan mengungsi, warga mulai gelisah memikirkan beragam aktivitas dan pekerjaan yang harus dilakukan.
Mereka perlu mengurus ternak serta memanen dan menjual hasil panen sayuran di lahan. Pekerjaan itu dinilai tidak mungkin dipercayakan atau dilakukan oleh tetangga atau kepala keluarga yang masih tinggal di rumah.
Karena ada beragam aktivitas yang harus dijalani dan mempertimbangkan aktivitas Merapi yang terkendali, mereka pun memutuskan tidak akan kembali ke pengungsian dalam waktu dekat.
”Kami baru akan kembali ke pengungsian saat kondisi benar-benar mendesak dan memang ada instruksi untuk segera turun ke pengungsian,” ujar Giyanti, Jumat (27/11/2020).
Sebanyak 29 warga Dusun Karanganyar tersebut sebelumnya mengungsi di sebuah panti asuhan di Kecamatan Muntilan. Pengungsi adalah kelompok rentan yang terdiri dari ibu hamil dan menyusui, warga lanjut usia, anak-anak, warga yang menderita sakit dan penyandang cacat. Mereka sudah menghuni pengungsian sejak Jumat (6/11/2020).
Kami baru akan kembali ke pengungsian saat kondisi benar-benar mendesak dan memang ada instruksi untuk segera turun ke pengungsian.
Sebelumnya, jumlah pengungsi memang berubah-ubah karena biasanya ada satu atau dua warga yang izin pulang sebentar untuk mengurus ternak atau membereskan rumah. Namun, karena terdesak kebutuhan untuk melakukan aktivitas di rumah, pada Kamis (26/11/2020), mereka memutuskan untuk beramai-ramai pulang.
Sementara itu, di lokasi pengungsian lain di Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan, tujuh warga Dusun Ngandong, Desa Ngargomulyo, juga terdata meminta izin untuk pulang dan meninggalkan pengungsian. Adapun lima orang di antaranya pulang dengan alasan mengurus anggota keluarganya yang sakit dan dua orang lainnya beralasan ada anggota keluarganya yang meninggal.
Novianto (23), pendamping pengungsi asal Dusun Ngandong, mengatakan, karena alasan keluarga, tujuh pengungsi tersebut tidak bisa didesak untuk segera kembali ke pengungsian. ”Lama tidaknya berada di rumah, tergantung pada urusan keluarga mereka di rumah,” ujarnya.
Total jumlah warga dari kelompok rentan asal Dusun Ngandong, sebanyak 40 orang. Sama seperti yang terjadi di Dusun Karanganyar, menurut Novianto, warga Dusun Ngandong terbiasa pulang dan kembali ke pengungsian dengan berbagai alasan, seperti mengurus ternak atau bertani. Mereka biasanya akan pulang selama satu hari dan kembali ke pengungsian keesokan harinya.
Selama ini warga dari nonkelompok rentan yang tak mengungsi masih terus menjalankan aktivitas ronda dan memantau aktivitas Gunung Merapi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, ketidakpastian kapan terjadinya erupsi Merapi kerap menimbulkan masalah tersendiri. Status Siaga bisa berlangsung lama sehingga pada akhirnya membuat pengungsi jenuh dan ingin kembali pulang. Padahal, di satu sisi, bahaya erupsi masih mengancam.
Menyikapi kondisi ini, Edy tidak bisa bersikap terlalu keras. ”Di satu sisi, kami berharap mereka patuh dan tetap tinggal di pengungsian, tetapi di sisi lain, kami pun harus maklum dan tidak bisa melarang mereka untuk pulang,” ujarnya.
Oleh karena itu, dia pun terus mengingatkan warga untuk tetap meningkatkan kewaspadaan karena peningkatan status Gunung Merapi bisa terjadi kapan saja. Saat status Merapi sudah meningkat menjadi Awas, maka mengungsi menjadi pilihan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Di Kabupaten Magelang, terdapat sembilan lokasi pengungsian yang menampung warga yang direkomendasikan untuk segera mengungsi. Namun, keseharian warga yang masih terdesak oleh aktivitas di rumah ini membuat jumlah pengunjung setiap hari sering berubah.