Kasus Covid-19 Kembali Muncul di Ponpes di Sleman, 78 Santri Terinfeksi
Penularan penyakit Covid-19 kembali terjadi di lingkungan pondok pesantren di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selama beberapa hari terakhir, terdapat 78 orang santri di sebuah ponpes yang positif Covid-19.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS – Penularan Covid-19 kembali terjadi di lingkungan pondok pesantren di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selama beberapa hari terakhir, 78 orang santri di Sleman dinyatakan positif Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo, Kamis (26/11/2020), mengatakan, 78 orang santri itu berasal dari sebuah ponpes di Kecamatan Gamping, Sleman. Sebanyak 77 orang di antaranya dinyatakan positif pada Rabu (25/11/2020). Sedangkan seorang santri diketahui positif sekitar sepekan sebelumnya.
Kejadian ini bukan yang pertama kalinya terjadi di Sleman. Sebelumnya, santri di empat ponpes lainnya di Sleman terinfeksi Covid-19.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sleman Novita Krisnaeni menyampaikan, kasus di Gamping itu diketahui setelah ada seorang santri yang sakit. Santri itu kemudian menjalani tes cepat (rapid test) Covid-19.
Berdasarkan tes cepat, santri itu reaktif sehingga harus menjalani swab atau tes usap. “Hasilnya, dia terkonfirmasi positif Covid-19. Diumumkannya lebih kurang sepekan lalu,” kata Novita.
Setelah hasil itu diketahui, Novita mengatakan, pihaknya menelusuri kontak eratnya. Hasilnya, 77 orang santri lainnya terkonfirmasi positif Covid-19. Para santri mengalami batuk, pilek, dan kehilangan kemampuan indera penciuman.
Novita memaparkan, Dinkes Sleman telah berkoordinasi dengan pengelola ponpes, puskesmas, hingga satuan tugas Covid-19 di sana. Semuanya sepakat mengisolasi santri-santri itu di salah satu bangunan di ponpes tersebut. Selain itu, pengawasan protokol kesehatan di ponpes juga akan dilakukan lebih ketat.
“Kami juga merekomendasikan agar dilakukan disinfeksi di seluruh lokasi tersebut secara masif tiga hari berturut-turut. Protokol kesehatan juga harus lebih kuat. Satgas Covid-19 setempat akan memonitor bila ada yang tidak bermasker, tidak jaga jarak, tidak cuci tangan. Akan ada semacam teguran bagi yang tidak melakukannya,” ungkap Novita.
Lebih lanjut, Novita menjelaskan, banyaknya tambahan kasus positif dari sekolah berasrama seperti ponpes disebabkan tingginya interaksi antarpenghuni. Selain itu, aktivitas penghuni asrama di luar komplek asrama juga dinilai sulit dikendalikan.
Oleh karena itu, ia mengharapkan, pengelola sekolah berasrama bisa lebih ketat lagi mengawasi interaksi maupun pergerakan para penghuninya. Tujuannya, agar potensi penularan semakin dapat dicegah.
Satgas Covid-19 setempat akan memonitor bila ada yang tidak bermasker, tidak jaga jarak, tidak cuci tangan, dan akan ada semacam teguran
Tempat isolasi
Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman Harda Kiswaya mengatakan, apabila ponpes tersebut tak memiliki ruangan yang memadai, pihaknya akan menyiapkan tempat isolasi. Saat ini, ada dua tempat isolasi untuk pasien Covid-19 tanpa gejala di Sleman, yakni Asrama Haji Yogyakarta serta Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Gemawang.
“Kalau di situ (ponpes) ada tempat untuk melakukan isolasi, enggak usah dibawa ke mana-mana. Tapi kalau enggak ada, kita carikan tempat,” ujar Harda.
Harda menambahkan, selain mengisolasi para santri yang terinfeksi Covid-19, Pemkab Sleman juga menelusuri (tracing) kontak erat. Hal itu dilakukan untuk mencari orang-orang yang berpotensi tertular Covid-19 karena berinteraksi dengan para santri itu.
"Tracing tidak hanya dilakukan di ponpes, tetapi juga wilayah sekitarnya. Ini harus dilakukan agar penularannya tidak ke mana-mana,” ungkapnya.
Harda memaparkan, Pemkab Sleman juga akan mengevaluasi kegiatan belajar-mengajar tatap muka di ponpes di Sleman. Alasannya, penularan Covid-19 di ponpes sudah beberapa kali terjadi. Selain itu, penerapan protokol kesehatan di sana juga harus ditingkatkan.
“Kedisiplinan kita menerapkan protokol kesehatan sedang diuji. Tugas kami bagaimana mendisiplinkan masyarakat,” tutur Harda.