Perbedaan Data dengan Pusat, Masalah yang Belum Juga Terselesaikan di Jateng
Kejomplangan masih terjadi antara data pusat dan Jateng. Menurut data pusat terdapat 2.153 orang meninggal di Jateng, sedangkan data Pemprov Jateng ada 3.351 orang. Artinya, ada perbedaan data sebanyak 1.198 orang.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Perbedaan data Covid-19 dengan pemerintah pusat menjadi masalah yang belum juga terselesaikan di Jawa Tengah. Padahal, kini sudah delapan bulan berlalu sejak kasus pertama terdeteksi di provinsi tersebut. Komunikasi dengan pemerintah pusat harus terus dijalin guna menekan perbedaan itu.
Pada Jumat (13/11/2020), misalnya, laporan harian Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyebutkan Jateng sebagai provinsi dengan penambahan tertinggi, yakni 1.362 kasus. Namun, menurut Pemprov Jateng, itu terjadi karena ada penundaan data yang diterima pusat.
Hal itu terulang pada Selasa (24/11/2020). Menurut data pusat, terdapat 2.153 orang meninggal di Jateng, sedangkan data Pemprov Jateng menyebutkan 3.351 orang meninggal. Artinya, ada perbedaan data hingga 1.198 orang di daerah yang sama.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Kota Semarang, Selasa (24/11/2020), mengakui perbedaan tersebut. ”Setelah kami cek, angka-angka itu delay (tertunda). Ceritanya masih sama seperti kemarin, masih delay. Namun, bahwa ada peningkatan betul. Peningkatan tes juga betul,” kata Ganjar.
Ganjar menambahkan, pihaknya masih berupaya meminimalkan perbedaan itu, antara lain dengan berkomunikasi dengan pusat. Kendati demikian, baginya, ada data yang tertinggal dicatat bukan masalah. Namun, hal itu perlu dijelaskan agar masyarakat mengerti.
”Agar bisa dicek, benar tidak. Kalau datanya benar, penanganan kami tidak keliru. Saya khawatir, data yang masuk (di pusat) ada yang masuk tanpa pakai jalur kami. Padahal, kalau (sistem) semua direkam, semestinya sama, tetapi ini perbedaan banyak lagi,” lanjut Ganjar.
Kendati demikian, pihaknya juga sudah mengantisipasi adanya lonjakan kasus dengan menambah kapasitas ruang perawatan intensif dan sentra isolasi. Ganjar pun telah meminta bupati dan wali kota untuk menyewa hotel jika kapasitas ruang perawatan dan isolasi sudah tak mencukupi.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo membenarkan adanya perbedaan data antara Pemprov Jateng dan pusat. Pihaknya pun terus berkoordinasi untuk menyelesaikan persoalan itu.
Berdasarkan catatan Kompas, persoalan perbedaan data, terutama pada jumlah kematian Covid-19, sudah terjadi sejak lama. Pemprov Jateng pun berulang kali mengatakan berkoordinasi dengan pusat untuk mengatasinya. Namun, hingga kini masalah itu belum juga terselesaikan.
Terkait jumlah pasien, Yulianto merinci, sebanyak 3.551 pasien terkonfirmasi Covid-19 di Jateng dirawat di rumah sakit. Adapun 3.944 pasien menjalani isolasi mandiri.
Yulianto menuturkan, ketersediaan ICU untuk pasien Covid-19 masih mencukupi. Dari 402 ruang ICU untuk pasien Covid-19, yang terpakai 253 ruangan (62,9 persen). Adapun total ruang isolasi RS Covid-19 sebanyak 5.124 dan terpakai 3.889 (75,9 persen).
Menurut data pada laman informasi Covid-19 Pemprov Jateng, yang dimutakhirkan Selasa pukul 12.00, terdapat 49.971 kasus positif kumulatif. Sebanyak 7.463 orang dirawat, sembuh (39.157), dan meninggal (3.351). Ada penambahan 1.698 kasus positif dalam 24 jam terakhir.
Usulkan tidak libur
Pada Selasa, Ganjar juga memberi usul kepada pemerintah pusat untuk menghapus rencana pemberian libur bersama pada akhir Desember 2020. Dia menduga salah satu pemicu kenaikan kasus adalah libur panjang.
”Saya usulkan enggak usah ada libur bersama. Sebab, setelah kami analisis, hipotesisnya bahwa peningkatan kasus konfirmasi positif di Jateng akhir-akhir ini karena libur panjang yang kemarin,” katanya.
Ganjar menerangkan, pada 10-12 November lalu, peningkatan kasus positif di Jawa Tengah naik drastis. ”Sebenarnya sudah kami hitung, makanya saya berharap akhir tahun nanti jangan ada libur bersama. Sudah secukupnya saja liburnya, karena saat ini rasa-rasanya kita semua banyak di rumah. Sekolah ya di rumah,” ucap Ganjar.