logo Kompas.id
NusantaraAdu Strategi Keluar dari Zona ...
Iklan

Adu Strategi Keluar dari Zona Nyaman Pariwisata Banyuwangi

Warga Banyuwangi akan memilih bupati baru antara Yusuf Widiatmoko, Wakil Bupati yang selama dua periode mendampingi Bupati Abdullah Azwar Anas atau Ipuk Festiandani yang merupakan istri bupati.

Oleh
ANGGER PUTRANTO
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/1oPBdrnXSwXRbbjfgi_fG2CzW9w=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F11%2F20201119GER_Pilkada-Banyuwangi1_1605780541.jpg
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Warga melintasi baliho visi misi dua pasangan calon bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas-Sugirah (kiri) dan Yusuf Widiatmoko-Muhammad Riza Aziziy, Senin (2/11/2020).

Satu dekade terakhir, Banyuwangi  berkembang pesat berkat pariwisata. Warga Banyuwangi akan memilih bupati baru, antara Yusuf Widiatmoko, Wakil Bupati yang selama dua periode mendampingi Bupati Abdullah Azwar Anas; atau Ipuk Festiandani yang merupakan istri Bupati.

Banyuwangi boleh bangga dan bersandar pariwisata. Namun, bergantung pada pariwisata saja adalah sebuah kesalahan. Pandemi Covid-19 mengingatkan Banyuwangi agar menyiapkan strategi untuk keluar dari zona nyaman pariwisata.

Sejak 2010 Banyuwangi telah menggenjot pariwisata sebagai bagian dari upaya meningkatkan ekonomi daerah. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi mencatat laju pertumbuhan kunjungan wisatawan Nusantara dari  654.602 orang tahun 2010 menjadi 5,4 juta orang di tahun 2019. Demikian pula  wisatawan mancanegara yang meningkat dari 16.977 orang pada 2010 menjadi 109.000 orang pada 2019.

Rata-rata para wisatawan menghabiskan waktu di Banyuwangi selama 2,8 hari atau dua hari tiga malam. Selama itu, wisatawan nusantara menghabiskan uang (spending money) Rp 1,5 juta per hari, sedangkan wisatawan mancanegara menghabiskan Rp 2,8 juta per hari.

Baca Juga: Nasib Pariwisata Banyuwangi di Tengah Pandemi

https://cdn-assetd.kompas.id/tzeJ-_vWXDzkO88JRijYV-zJKjA=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F9c46461c-fa16-4f4f-ab18-9debdcd9141f_jpg.jpg
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Wisatawan mancanegara berbaur dengan wisatawan Nusantara menyaksikan penampilan sendratari meras gandrung di Festival Lembah Ijen yang digelar di Taman Gandrung Terakota, Sabtu (14/3/2020). Hingga saat ini belum ada langkah strategis dan tegas yang diambil terkait pembatasan kegiatan di wilayah Kabupaten Banyuwangi guna mencegah penyebaran pandemi Covid-19

Perputaran uang di sektor pariwisata memang besar. Namun, apa jadinya bila roda pariwisata itu terhenti? Pandemi yang terjadi menunjukkan dampak yang dirasakan.

”Selama April hingga Juni 2020 sama sekali tidak ada wisatawan berkunjung ke Banyuwangi. Anggap saja jumlah wisatawan sama seperti tahun 2019, berarti ada potensi kehilangan sebesar Rp 277 miliar. Uang itu harusnya beredar di masyarakat,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuarto Bramuda.

Pariwisata memang menjanjikan karena laju pertumbuhan ekonomi di sektor tersebut sangat signifikan. Hal itu tampak dari pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor penyedia akomodasi dan makanan.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh dari 8,35  tahun 2010 menjadi 11,30 tahun 2018. Adapun sektor penyedia akomodasi dan makanan tumbuh dari 8,46 tahun 2010 menjadi 10,78 tahun 2018.

https://cdn-assetd.kompas.id/UFAzLjfXgplcGZSM5aUZC20M-Oc=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2F88c91b84-fe92-44bc-b76a-02c49cf48114_jpg.jpg
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Sejumlah pelajar menarikan Tari Gandrung dalam pergelaran Gandrung Sewu 2019 di Pantai Marina Boom, Banyuwangi, Sabtu (12/10/2019). Festival Gandrung Sewu yang sudah berjalan delapan tahun, masuk dalam Kalender Event Nasional dalam tiga tahun terakhir.

Pertanian

Perlu diingat, selain pariwisata, Banyuwangi juga dianugerahi potensi pertanian yang luar biasa. Kendati tidak sepesat pariwisata, sektor pertanian memiliki kontribusi yang paling tinggi bagi PDRB Banyuwangi 10 tahun terakhir.

Sejak 2010 hingga 2017, kontribusi yang diberikan sektor pertanian selalu di atas 30 persen. Baru di tahun 2018, kontribusi pertanian terhadap PDRB turun menjadi 29,62 persen.

Kabupaten Banyuwangi memiliki luas 5.782.50 km2, dengan lahan persawahan sekitar 66.152 hektar atau 11,44 persen, perkebunan seluas 82.143,63 hektar atau 14,21 persen. Berdasarkan data statistik, potensi lahan pertanian di Kabupaten Banyuwangi berada dalam peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan Jember sehingga Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu lumbung padi Jawa Timur.

Baca Juga: Petani Banyuwangi Keluhkan Pupuk Subsidi yang Langka dan Mahal

https://cdn-assetd.kompas.id/wF9MCD5QY0IiQHR6VapqaWhweRA=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2F6cc58118-ac18-4e57-a33b-ef2741510cd4_jpg.jpg
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Petani memeriksa padi siap panen di Desa Jambesari, Banyuwangi, Jumat (11/10/2019). Total luas panen padi di Banyuwangi dalam tahun ini diproyeksi mencapai 120.844 hektar yang terdiri dari 67.859 hektar panen musim hujan dan 62.985 hektar panen gadu.

Selain padi, Banyuwangi juga dikenal dengan produksi buah naga dan cabai. Sejak 2014, setiap tahun Banyuwangi memproduksi lebih dari 15.000 ton buah naga, 18.000 ton cabai rawit, dan 10.000 ton cabai besar. Dengan potensi pertanian tersebut, Banyuwangi seharusnya juga bisa menyandarkan dirinya pada sektor pertanian.

Ketua Asosiasi Agrobisnis Cabai Indonesia Banyuwangi Nanang Tri Atmoko mengatakan, para petani punya harapan besar terhadap kepemimpnan baru di Banyuwangi. Ia berharap bupati yang baru dapat lebih melindungi dan mendorong perkembangan pertanian terlebih hadir untuk membela petani saat harga-harga komoditas anjlok.

”Secara konkret kami berharap bupati yang baru bisa mewujudkan hadirnya industri berbasis pertanian. Tidak hanya pengolahan hasil panen berbasis industri rumah tangga, tetapi benar-benar industri sekala besar yang bisa menyerap hasil panen sehingga panenan petani bisa langsung terserap ke industri pengolahan tersebut,” tuturnya.

Namun, sejauh mana gelombang investasi tersebut tidak akan berbenturan dengan nilai-nilai budaya tradisional dan lingkungan di Banyuwangi. Itu PR besarnya. (Niko Pahlevi)

Iklan

Nanang mencontohkan petani tomat sempat merugi karena harga jual jauh di bawah titik impas Rp 1.500 per kg. Andai saja Banyuwangi memiliki industri pengolahan tomat yang biasa membeli tomat petani Rp 2.000-Rp 3.000 per kg, tentu hal itu akan membuat petani tomat lebih terjamin.

Baca Juga: Kondisi Cuaca Picu Kenaikan Harga Buah Naga di Banyuwangi

https://cdn-assetd.kompas.id/fRYbzN9t-kurrhiSnFgWH2RIZzM=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F2e3f728e-8df2-4fb2-9cec-ad02763ab7df_jpg.jpg
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Seorang pengepul menata buah naga sebelum dikirim dari Tegaldlimo ke sejumlah pedangang dan pasar di Banyuwangi, Selasa (25/2/2020). Tahun lalu saat panen raya, harga buah naga anjlok hingga Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kg, sedangkan saat ini buah naga dihargai Rp Rp 4.000 hingga 5.000 per kg.

Hal senada disampaikan Ketua Asosiasi Buah Naga Rukyan. Menurut dia, pihaknya mendambakan sosok bupati yang bisa menjaga atau bahkan meningkatkan kemajuan Banyuwangi. Ia berharap bupati yang baru memiliki visi tentang pertanian.

”Kami berharap Bupati yang akan datang memiliki program yang dapat memajukan pertanian. Kalau pertanian terganggu, pariwisata yang selama ini dinomorsatukan juga pasti terganggu. Kalau pertanian terganggu, apa yang mau dikonsumsi para wisatawan?” tutur Rukyan.

Hal itu dikuatkan dosen Kebijakan Publik Universitas 17 Agustus 1945 Niko Pahlevi. Pariwisata memiliki peran untuk mendongkrak Banyuwangi. Pariwisata sudah menjadi panggung bagi Banyuwangi untuk mempromosikan potensi daerah.

”Namun, ingat, ada panggung lain yang bisa menjadi alternatif. Panggung ini ialah potensi Banyuwangi yang tidak tampak. Salah satunya pertanian. Karena terlalu lama ditinggalkan, kini banyak anak-anak petani tidak ingin mengolah potensi pertanian yang sangat besar ini,” tuturnya.

Baca Juga: Yang Muda Yang Cinta Sastra Kuno

https://cdn-assetd.kompas.id/rbsCzB_AgAKP9uqbZnoWBJFO1h8=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F03%2F20200817GER_Selametan-Sawah-Mohon-Panen-Melimpah5_1597649646.jpg
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Samsul (34) berjalan di tengah pematang sawah sambil membawa hantaran berupa nasi berkat dan wewangian dupa saat menggelar tradisi Slametan Sawah suku Osing (suku asli Banyuwangi) di Desa Kemiren Banyuwangi, Senin (17/8/2020). Dalam tradisi slametan sawah tersebut, pemilik sawah akan meletakkan hantaran di titik masuknya air di lahan sawah (uwangan).

Niko menambahkan, pekerjaan rumah terbesar bupati baru Banyuwangi nantinya ialah menyelaraskan nilai-nilai budaya tradisional dan kelestarian alam dengan gelombang investasi. Pariwisata yang selama ini menjadi panggung potensi Banyuwangi tak ubahnya seperti undangan bagi para investor untuk menanamkan investasi ke Banyuwangi.

”Namun, sejauh mana gelombang investasi tersebut tidak akan berbenturan dengan nilai-nilai budaya tradisional dan lingkungan di Banyuwangi. Itu PR besarnya,” ujar Niko.

Lantas bagaimana para calon Bupati ini menanggapi aneka persoalan terebut?

Baca Juga: Rantang Kasih untuk Lansia

https://cdn-assetd.kompas.id/cde2zYMUpQtCXqXwYOw1cFmbuxM=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F11%2F20181121GER_Rantang-Kasih-10_1542787388.jpg
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas bercengkrama dengan Misini, penerima manfaat program Rantang Kasih Rantang Kasih. Rantang kasih merupakan program pemberian makanan bergizi secara gratis kepada warga miskin, terutama warga lanjut usia (lansia) nonproduktif di Banyuwangi. Makanan yang diberikan kepada penerima manfaat sudah sesuai gizi seimbang yang disupervisi dinas kesehatan.

Calon bupati nomor urut 01 Yusuf Widiatmoko mengatakan, ketimpangan atau tidak adanya pemerataan justru menjadi persoalan terbesar. Ia optimistis mampu membawa pemerataan ekonomi di Banyuwangi melalui aneka program antara lain, Rp 100 juta per dusun per tahun dan 1 sarjana per keluarga miskin.

”Petani merupakan salah satu korban dari ketimpangan. Petani kerap mendapat kerugian justru saat hasil panen melimpah. Salah satu solusi mengatasi persoalan tersebut ialah mendirikan industri pertanian,” tutur Yusuf.

Kendati demikian, Yusuf tetap ingin menjaga iklim pariwisata di Banyuwangi. Pasalnya, pariwisata terbukti berhasil mengangkat pamor Banyuwangi. Namun, Yusuf berjanji bila ia terpilih, pertanian juga akan mendapat perhatian yang seimbang seperti perhatian kepada sektor pariwisata.

Berbeda dengan Yusuf, calon bupati nomor urut 02 Ipuk Festiandani justru merasa selama ini perhatian pemerintah terhadap pertanian sudah sangat besar. Hanya saja terkesan condong ke pariwisata karena selama ini sektor pariwisata mendapat porsi promosi lebih besar dari pada pertanian.

”Bila kami terpilih, pariwisata tetap menjadi sektor unggulan bersama sektor pertanian. Kami ingin menyinergikan sektor pariwisata dan pertanian. Produksi, produktivitas dan nilai tambah akan menjadi fokus perhatian di sektor pertanian. Kami ingin tunjukkan kepada siapa saja bahwa selain punya destinasi wisata yang indah, Banyuwangi juga masih menjadi lumbung pangan Jawa Timur,” ujarnya.

Ipuk optimistis perekonomian petani dan sejumlah kelompok ekonomi arus bawah dapat segera dibangkitkan setelah terpuruk akibat pandemi. Program asuransi gagal panen hingga UMKM naik kelas menjadi salah satu program unggulan untuk membantu memulihkan perekonomian warga.

https://cdn-assetd.kompas.id/rd8LHe6pVSgu60-6UnLN0QgLDas=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F11%2F20201119GER_Pilkada-Banyuwangi2_1605780545.jpg
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Warga melintasi baliho visi misi dua Pasangan calon bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas-Sugirah (kiri) dan Yusuf Widiatmoko-Muhammad Riza Aziziy, Senin (2/11/2020). Pasangan calon bupati Banyuwangi nomor urut 01 Yusuf Widiatmoko-Riza Aziziy didukung oleh PKB, Golkar, Demokrat, dan PKS. Adapun pasangan calon bupati Banyuwangi nomor urut 02 Ipuk Fiestiandani Azwar Anas-Sugirah didukung oleh PDI-P, Nasdem, Gerindra, Hanura, dan PPP.

Pasangan calon bupati Banyuwangi nomor urut 01 Yusuf Widiatmoko-Riza Aziziy didukung oleh PKB, Golkar, Demokrat, dan PKS. Adapun pasangan calon bupati Banyuwangi nomor urut 02 Ipuk Fiestiandani Azwar Anas-Sugirah didukung oleh PDI-P, Nasdem, Gerindra, Hanura, dan PPP.

Kedua pasangan calon akan memperebutkan 1.304.909 suara pemilih. Siapa pun yang akhirnya nanti memenangkan petarungan ini memiliki beban dan tugas yang tidak mudah. Warga pasti menaruh standar keberhasilan yang tinggi seperti yang terjadi dalam 10 tahun terakhir di bawah kepemimpinan Bupati Anas.

KOMPAS
Dua calon bupati diwawancarai mengenai pemikiran mereka mengenai potensi Banyuwangi dan juga permasalahan besar yang ada di Banyuwangi, serta solusi apa yang akan mereka tawarkan.
Editor:
Siwi Yunita
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000