Membangun Dua Sisi ”Bumi Keris” Badung
Pariwisata dan pertanian ibarat dua sisi mata uang yang menjadi modal utama di Kabupaten Badung, Bali. Keseimbangan dan sinergi program pengembangan kedua sektor itu menjadi tantangan pemimpin ke depan.
Pariwisata dan pertanian ibarat dua sisi mata uang yang menjadi modal utama untuk menghadirkan kemakmuran dan pemerataan di Kabupaten Badung, Bali. Keseimbangan dan sinergi program pengembangan kedua sektor itu menjadi tantangan ke depan.
Gemerincing dollar dari industri pariwisata di Bali menunjukkan hasil nyata bagi Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Kutuh mengalami pembalikan kondisi yang luar biasa berkat geliat pariwisata.
Desa Kutuh yang terkenal gersang bangkit dari keterbatasan wilayahnya dengan mengoptimalkan potensi desa. Aset berupa pantai dan tebing batu karang diolah secara kreatif dan dikembangkan menjadi daya tarik wisata desa. Hasilnya, Desa Kutuh dengan Pantai Pandawa yang memesona berubah menjadi destinasi pariwisata andalan di Kabupaten Badung.
Bandesa (Kepala Desa) Adat Kutuh I Nyoman Mesir mengungkapkan, keberadaan Pantai Pandawa dan kawasan wisata Gunung Payung Cultural Park menjadi daya tarik utama pariwisata. Pengembangan wilayah desa yang definitif sejak 2002 tersebut juga semakin terdorong dengan adanya program dana desa mulai 2015.
Dengan dukungan program dana desa dan pemasukan desa dari aktivitas pariwisata, Desa Kutuh menjelma menjadi desa mandiri dengan aset di lembaga perkreditan desa (LPD) setempat pernah mencapai Rp 125 miliar. Sinergi antara desa dan desa adat, menurut Mesir, berperan besar dalam transformasi Desa Kutuh.
Jika pariwisata menjadi andalan pundi-pundi pendapatan di Badung selatan, pertanian menjadi penggerak ekonomi di Badung utara dan Badung tengah. Dihubungi pada Jumat (20/11/2020), Penjabat Kepala Desa Pelaga, Kecamatan Petang, I Made Sandu mengatakan, 95 persen lebih dari penduduk Desa Pelaga hidup dari hasil pertanian.
Baca juga : Bali Jadi Contoh Pengelolaan Wisata dalam Era Kehidupan Baru
Hasil pertanian dari Desa Pelaga di antaranya labu siam, baby corn, dan asparagus. Desa Pelaga juga menghasilkan kopi dan jeruk siam. Selain itu, komoditas sayuran yang dihasilkan dari lahan pertanian di Desa Pelaga juga diserap oleh aktivitas pariwisata di Bali.
Sekretaris Daerah Kabupaten Badung I Wayan Adi Arnawa menyatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung menyiapkan dan menjalankan program pembangunan dengan mempertimbangkan potensi dan keunggulan wilayah yang membentang dari utara ke selatan. Wilayah Badung selatan memiliki kekuatan di sektor pariwisata, sedangkan Badung utara memiliki keunggulan di sektor pertanian.
Tulang punggung
Secara umum, pariwisata memang menjadi lokomotif utama ekonomi di Provinsi Bali. Ketika pariwisata menyepi akibat dampak pandemi Covid-19, ekonomi Bali, termasuk Badung, juga terpuruk.
Badan Pusat Statistik Bali menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Bali triwulan II-2020 terkontraksi -7,22 persen dibandingkan pada periode triwulan I- 2020. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tekanan yang dialami ekonomi Bali triwulan II-2020 jauh lebih dalam, yakni minus 10,98 persen.
Bagi Badung, industri pariwisata merupakan tulang punggung ekonomi. Adi menyebutkan, sekitar 85 persen pendapatan asli daerah (PAD) Badung bersumber dari pariwisata.
Baca juga : Bali Jangan Sepi
Tekanan ekonomi akibat pandemi berdampak terhadap rasionalisasi target PAD Kabupaten Badung tahun anggaran 2020. Pemkab Badung menurunkan target PAD hingga 49 persen, dari semula Rp 5,3 triliun menjadi Rp 2,6 triliun.
Selain sektor pariwisata, dampak pandemi Covid-19 juga dirasakan masyarakat yang bergelut di sektor pertanian. I Made Sandu mengatakan, warga Desa Pelaga yang mayoritas petani turut terimbas dampak pandemi Covid-19. ”Meski secara produksi hasil pertanian di Desa Pelaga tidak terpengaruh, pemasaran hasil pertanian warga kami menjadi berkurang dan harganya juga turun,” katanya, Jumat (20/11/2020).
Secara terpisah, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, I Wayan Ramantha menilai, Pemkab Badung sudah memahami potensi pertanian di daerahnya dan sudah menyiapkan fasilitas untuk mendukung pembangunan pertanian di Badung. Salah satunya, Pemkab Badung menyediakan fasilitas cold storage sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian.
Meski secara produksi hasil pertanian di Desa Pelaga tidak terpengaruh, pemasaran hasil pertanian warga kami menjadi berkurang dan harganya juga turun.
Pembangunan kawasan Agro Techno Park di wilayah Badung utara juga diapresiasi. Program dan pembangunan fasilitas serta kawasan itu, menurut Ramantha, menjadi langkah diversifikasi dari sektor pariwisata ke sektor pertanian, sekaligus upaya pemerataan pembangunan agar tidak bertumpu di Badung selatan.
Baca juga : Bali Dorong Pemasaran Produk Lokal Pertanian
Menurut Adi, kebijakan dan program Pemkab Badung sudah diarahkan untuk membangun daerah secara seimbang. Badung sudah memiliki citra dan nama di kalangan pariwisata sehingga modal tersebut dimanfaatkan sebagai potensi dan pasar penyerapan produk lokal Badung. ”Ke depannya, pariwisata ini menjadi bonus bagi daerah Badung,” ujar Adi.
Program kandidat
Menyeimbangkan pengembangan pariwisata dan pertanian serta mewujudkan pemerataan pembangunan di Badung menjadi tantangan bagi calon petahana, I Nyoman Giri Prasta dan I Ketut Suiasa. Dalam Pilkada 2020, mereka berpeluang besar memimpin kembali Kabupaten Badung jika bisa mengungguli kolom kosong.
Sebagai satu-satunya kandidat yang maju dalam Pilkada Badung 2020, Giri Prasta dan Ketut Suiasa diusung koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, dan Partai Demokrat. Gabungan partai politik koalisi itu menguasai 37 dari 40 kursi di DPRD Badung. Meskipun meraih dukungan mayoritas di parlemen, pasangan yang populer dengan sebutan Giri-Asa tersebut tetap harus mampu meraih simpati mayoritas dari 362.950 pemilik hak suara.
Calon bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta, memiliki ambisi untuk mendorong pengembangan sektor pertanian di Badung utara. Ia berharap pembangunan Badung Agro Techno Park di wilayah Badung utara mampu menjadi penarik minat kalangan muda kembali bertani dan sekaligus menjaga keberlanjutan pertanian di ”Bumi Keris”, sebutan bagi Kabupaten Badung.
Ke depannya, pariwisata ini menjadi bonus bagi daerah Badung.
Giri Prasta menerangkan, program yang disiapkan untuk pembangunan Badung Agro Techno Park di antaranya menyewa lahan pertanian milik warga dan menyiapkan koperasi pertanian. Selain itu, disiapkan pula mekanisme membagi hasil pertanian antara pemerintah dan petani yang menggarap lahan.
Adapun calon wakil bupati Badung, I Ketut Suiasa, menyebutkan, pariwisata dan pertanian di Kabupaten Badung ibarat sekeping mata uang. Ia meyakini, pariwisata dan pertanian akan bernilai atau memberikan manfaat bagi Badung jikalau keduanya bersinergi.
”Badung selatan akan memanfaatkan semaksimal mungkin produk pertanian dari Badung utara,” kata Suiasa.
Salah satu program yang tengah mereka siapkan ialah regulasi yang mewajibkan pengelola industri pariwisata di Badung memaksimalkan penyerapan produk lokal, termasuk hasil pertanian dan perkebunan dari petani setempat. Dengan demikian, perkembangan pariwisata juga memberi dampak bagi kemajuan pertanian di Kabupaten Badung.