Ancaman Longsor di Pacitan Masih Tinggi, Pemprov Jatim Siapkan Huntara
Longsor susulan di Desa Gembuk, Kabupaten Pacitan, berpotensi terjadi karena ada retakan tanah di kawasan tebing yang terus meluas. Itu mendorong penyintas bertahan di pengungsian swadaya ataupun kantor desa.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
PACITAN,KOMPAS — Potensi terjadi bencana longsor susulan di Desa Gembuk, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, sangat besar karena ada retakan tanah di kawasan tebing yang terus meluas. Hal itu mendorong masyarakat penyintas tetap bertahan di lokasi pengungsian swadaya ataupun yang disiapkan oleh pemerintah desa.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan dukungan kepada masyarakat korban bencana untuk mengurangi beban derita mereka. Salah satunya dengan menyiapkan rumah atau hunian sementara yang layak tinggal mengingat saat ini masih masa pandemi Covid-19.
”Pemerintah Kabupaten Pacitan agar segera mengusulkan kepada Gubernur Jatim dan menyiapkan tanah untuk lokasi pembangunan hunian sementara. Bagi rumah warga yang rusak parah akan disubsidi pembangunannya,” ujar Emil Elestianto Dardak.
Ada 94 jiwa korban bencana longsor Desa Gembuk. Dari 94 jiwa tersebut, sebanyak 35 jiwa tinggal di balai desa, sedangkan 59 jiwa lainnya tinggal di rumah warga. Penyintas bertahan di pengungsian karena selain rumah rusak, potensi terjadi bencana longsor juga sangat tinggi.
Dalam kunjungannya ke Pacitan, Rabu (18/11/2020), Emil mengingatkan kepada semua warga, terutama yang tinggal di lereng pegunungan dan kawasan rawan bencana, agar berhati-hati dan selalu waspada. Kewaspadaan itu lebih tinggi harus diterapkan saat terjadi hujan deras dalam waktu cukup lama karena rawan terjadi bencana.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jatim Sriyono menambahkan, total ada 20 rumah hunian sementara yang diperlukan untuk menolong warga korban bencana longsor. Huntara ini sebagai pengganti rumah warga yang rusak parah karena terjangan material longsor yang terjadi pada Minggu (15/11/2020).
Selain itu, beberapa rumah warga yang bangunannya masih berdiri kondisinya tidak layak ditinggali karena rawan ambruk. Kekhawatiran warga semakin tinggi karena retakan tanah di kawasan tebing di atas permukiman warga terus meluas. Retakan itu terdapat pada tebing setinggi sekitar 20 meter dengan lebar sekitar 100 meter.
Pemerintah Kabupaten Pacitan agar segera mengusulkan kepada Gubernur Jatim dan menyiapkan tanah untuk lokasi pembangunan hunian sementara.
Pembangunan huntara ini semuanya dibiayai Pemprov Jatim dengan sumber pendanaan dari alokasi Belanja Tak Terduga (BTT). Adapun syaratnya, Pemkab Pacitan harus menyediakan lahan yang lokasinya aman dari bencana. Selain itu, biaya pembebasan lahan menjadi tanggungan pemkab.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan Dianitta Agustinawati mengatakan, pihaknya telah mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan konsumsi korban bencana longsor. Sukarelawan juga bekerja keras membersihkan material longsor yang menimbun rumah warga.
”Pembersihan material longsor sudah mencapai 80 persen. Namun, untuk kondisi jalan desa belum bisa dilalui dengan aman karena masih ada genangan sehingga licin,” kata Dianitta.
Sementara itu, untuk penanganan korban banjir di Desa Banjarjo, BPBD Jatim telah menyalurkan bantuan bahan kebutuhan pokok. Jembatan penghubung dengan Banjarjo dengan Desa Punjung yang putus tersebut rencananya akan segera diperbaiki.
Perbaikan dilakukan dengan mekanisme kolaborasi, di mana Pemprov Jatim akan membantu pengadaan material untuk pembuatan bronjong sebagai penunjang pembangunan jembatan darurat. Adapun kebutuhan lainnya akan dianggarkan oleh Pemkab Pacitan.
BPBD Pacitan melaporkan hujan berintensitas tinggi, yakni 182,8 milimeter per hari, terjadi pada 15 November lalu. Cuaca ekstrem serupa terjadi sebelumnya, yakni pada 1 November dan 26 Oktober. Akibat hujan deras, sebanyak delapan desa di tiga kecamatan dilanda banjir.
Selain itu, ada lima desa di Kecamatan Sudimoro dan Kebonagung yang dilanda bencana longsor. Total rumah terdampak bencana banjir dan longsor ini 111 unit, ada 30 infrastruktur jalan, 8 jembatan, serta 1 sarana umum.
Dianitta mengatakan, hingga saat ini masih ada 94 korban longsor yang mengungsi di Desa Gembuk. Pihaknya sudah menyalurkan bantuan kepada para korban berupa bahan pokok, perlengkapan keluarga, perlengkapan bayi, perlengkapan kebersihan, alas tidur, dan terpal.
Untuk penanganan di lokasi bencana, BPBD Pacitan sudah menyusun rencana kerja prioritas, seperti pembangunan jembatan darurat di Desa Banjarjo dan Desa Kembang, pembuangan material longsoran dan penguatan badan jalan, serta pembangunan plengsengan Sungai Kebonangung.