Tantangan Inovasi di "Bumi Sai Wawai"
Sebagai kota kecil dan daerah perlintasan, Kota Metro di Lampung memiliki keterbatasan sumber daya alam. Kebijakan inovatif dan pelibatan warga menjadi keniscayaan guna mendongkrak nilai tambah.
Sebagai kota kecil dan daerah pelintasan, Kota Metro, Provinsi Lampung, memiliki keterbatasan sumber daya alam. Kebijakan inovatif dan pelibatan warga menjadi keniscayaan guna mendongkrak nilai tambah.
Isriyah (49) menanti pembeli di teras rumah yang disulap sebagai warung siomai dan batagor di Kelurahan Hadimulyo Barat, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro, Lampung, Senin (16/11/2020). Selama pandemi Covid-19, penghasilannya sebagai pedagang makanan menurun drastis.
Padahal, untuk menarik konsumen, dia dan suaminya sudah berupaya menjemput pembeli. Selain berjualan di rumah, suaminya, Sugiono (50), juga acap kali berjualan keliling ke tempat keramaian, seperti pasar tradisional dan alun-alun kota.
Sayangnya, upaya itu belum dapat meningkatkan penjualan karena daya beli masyarakat menurun selama pandemi Covid-19. Beruntung, pasangan suami istri yang sudah merintis usaha lebih dari 10 tahun lalu itu bisa bertahan di tengah hantaman pandemi Covid-19.
Selama ini, tidak banyak pilihan pekerjaan di Kota Metro. Kota kecil dengan luas wilayah 68,74 kilometer persegi itu bukanlah kawasan industri sehingga tak banyak tawaran pekerjaan di perusahaan atau sebagai buruh pabrik. Keterbatasan lahan pertanian dan perkebunan juga membuat serapan pekerjaan di sektor pertanian terbatas.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Metro, pada 2019, status pekerjaan utama warga Kota Metro didominasi oleh pegawai atau karyawan dan pelaku usaha mandiri. Jumlah warga yang bekerja di dua sektor itu 58.603 atau setara dengan 67,89 persen dari angkatan kerja Kota Metro yang tercatat 86.308 orang.
Isriyah berharap, pemerintah mampu menciptakan inovasi yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah seperti dirinya. ”Pelaku UMKM membutuhkan pendampingan, pelatihan, dan akses permodalan agar bisa mengembangkan usaha,” kata Isriyah.
Dia juga berharap, Kota Metro bisa berkembang sebagai kawasan wisata. Kunjungan wisatawan diyakini bakal membuat peluang pasar bagi pelaku UMKM semakin besar. Apalagi, terbangunnya Jalan Tol Trans-Sumatera membuat aksesibilitas ke wilayah itu semakin terbuka.
Destinasi wisata
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, Usep Syaipudin, menilai, ke depan, pemerintah daerah harus mampu mengoptimalkan infrastruktur Jalan Tol Trans-Sumatera bagi pembangunan daerah. Keterbatasan sumber daya alam menuntut pemimpin daerah berinovasi untuk meningkatkan pamor dan pendapatan daerah.
Pelaku UMKM membutuhkan pendampingan, pelatihan, dan akses permodalan agar bisa mengembangkan usaha. (Isriyah)
Saat ini, Kota Metro menjadi kawasan pelintasan bagi wisatan yang ingin berkunjung ke Taman Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, yang berjarak sekitar 50 kilometer dari kota itu. Kota Metro pun berkembang menjadi pusat kuliner bagi wisatawan. Karena itulah, banyak warga yang memanfaatkan peluang itu untuk membuka usaha makanan dan oleh-oleh.
Pemerintah kota diharapkan juga dapat mengembangkan wisata perkotaan berbasis agrowisata maupun ekowisata, dengan memberdayakan lahan pertanian warga. Dengan begitu, Kota Metro juga bisa menjadi daerah tujuan wisata. Masyarakat di sekitarnya juga bisa mendapatkan nilai tambah.
Dalam pembangunan, menurut Usep, pemerintah kota juga dituntut lebih banyak melibatkan warga dalam pembangunan kota. Apalagi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Metro beberapa tahun terus meningkat, yang artinya tingkat pendidikan juga masyarakat semakin baik. Hal ini menjadi modal besar untuk memberdayakan warga dalam menciptakan inovasi untuk pembangunan daerah.
Selain itu, pemerintah juga harus terus memperkuat citra sebagai ikon kota pendidikan di Lampung. Kualitas pendidikan daerah harus terus ditingkatkan agar Kota Metro menjadi daerah tujuan warga luar daerah untuk menuntut ilmu.
Permasalahan lain yang tidak boleh dilupakan adalah menjaga daya dukung lingkungan dalam pembangunan dan penataan kota. Beberapa tahun terakhir, Kota Metro dilanda bencana banjir yang mengindikasikan kondisi lingkungan semakin buruk.
Baca juga: Kerja Keras Calon Perseorangan Pilkada Kota Metro
Momentum
Pemilihan kepala daerah Kota Metro pada 9 Desember 2020 menjadi momentum penentuan asa dan peluang dalam lima tahun mendatang. Kontestasi pilkada kali ini diikuti empat pasangan calon. Tiga pasangan calon didukung partai politik, sedangkan satu lainnya merupakan calon perseorangan.
Keempat pasangan calon itu meliputi Wahdi-Qomaru Zaman (calon perseorangan); Ahmad Mufti Salim-R Saleh Chandra Pahlawan yang didukung PKS dan Partai Nasdem; Ampian Bustami-Rudy Santoso didukung Golkar, PKB, dan PAN; dan Anna Morinda-Fritz Akhmad Nuzir didukung PDI-P dan Partai Demokrat.
Pengamat politik dari Universitas Lampung, Robi Cahyadi Kurniawan, menilai, potret demokrasi dalam Pilkada Kota Metro 2020 cukup baik dengan munculnya empat pasangan calon. Bahkan, dari delapan daerah yang menggelar pilkada di Lampung, kandidat yang muncul di Kota Metro merupakan yang terbanyak.
Selain itu, pasangan calon yang muncul di Metro juga tidak hanya didominasi kader partai politik. Namun, pasangan calon perseorangan juga mendapat panggung dalam kontestasi Pilkada 2020.
Para calon yang muncul pun tidak memiliki ikatan keluarga dengan petahana. Kondisi itu mencerminkan perebutan kekuasaan kepala daerah di Kota Metro tidak terlalu dibayangi dinasti politik.
Dengan luas wilayah dan penduduk yang tidak terlalu besar, pertarungan para kandidat dalam meraih suara di Kota Metro diprediksi berlangsung secara terbuka. Keempat pasangan calon memiliki peluang yang sama besar untuk menang dalam Pilkada 2020.
Kendati begitu, Robi menilai, Anna Morinda yang sebelumnya menjabat sebagai pimpinan DPRD Kota Metro memiliki modal sosial yang cukup kuat. Sebagai satu-satunya calon perempuan, dia juga memiliki peluang untuk merebut suara dari pemilih perempuan.
Untuk itu, pasangan calon lainnya juga harus gencar mendekatkan diri pada warga. Faktor kedekatan pasangan calon pada warga dinilai memiliki pengaruh yang cukup besar pada elektabilitas pasangan calon.
Selain itu, para pasangan calon juga harus mampu menawarkan program yang memiliki daya gebrak di masyarakat. Warga menantikan kebijakan yang inovatif dari para calon pemimpin.
Konsep pembangunan kota yang ramah lingkungan juga menjadi prioritas pemimpin kota ke depan. Hal itu agar selaras dengan slogan Kota Metro sebagai ”Bumi Sai Wawai”, yang mengandung makna tanah nan indah.
Baca juga: Merindu "Tapis Berseri" Jadi Kenyataan di Bandar Lampung